Rabu, 12 Juni 2013

Memahami Agama, Kunci Dari Tarekat


DARI sini kaum sufi mengatakan: “Pahamilah agama anda lebih dahulu baru anda kemari dan
masuk ke dalam tarekat.” Ini dengan harapan tidak banyak memperhatikan lagi kepada selain
tarekat. Barangkali ia baru mulai masuk dalam majelis dzikir misalnya, kemudian masih butuh
menelaah pelajaran-pelajaran syariatnya, menghadiri diskusi bersama para pencari ilmu
(mahasiswa) dan banyak berdebat. Ini akan menjauhkan dari makna yang dimaksud dalam
tarekat untuk selalu muraqabah kepada Allah Swt. saja, dimana sebagian besar ilmu-ilmu yang
rumit dan pelik akan ikut mempengaruhi bagian nafsu. Sementara seluruh landasan tarekat
dibangun atas dasar melawan dan tidak menuruti kesenangan nafsu. — Dan hanya Allah Yang
Mahatahu.
Dan seyogianya seorang murid memiliki saksi yang bisa membuktikan pengakuannya dalam
setiap kondisi dan tingkatan spiritual, apakah pengakuannya sekadar berpura-pura atau
memang pengakuan yang sesungguhnya. Kalau ia mengaku cinta kepada Allah maka warna
temperamennya akan lebih cenderung pucat, bila mengaku zuhud dalam masalah dunia maka ia
akan menjauhi orang-orang yang jahat, dan bila mengaku dalam kondisi kelaparan maka
tubuhnya kelihatan kurus.
Asy-Syarifal-Ahmadi bercerita: Kami pernah di majelis orang-orang fakir sufi yang ada di
Bahasna untuk mengunjungi orang-orang saleh. Ternyata secara tiba-tiba ada seorang pemuda
yang kelihatan kurus datang kepada kami. Warna kulitnya kelihatan pucat dan menunjukkan
tanda-tanda orang baik. Ketika salah seorang dari kami yang bisa bersyair melihatnya maka ia
melagukan bait syair:
Dan kerinduan menjadikannya kurus dan selalu mendapat bagian ketika terbenamnya bintang
untuk selalu merintih
Kemudian pemuda itu menjerit dan dengan tangannya ia memukuli tiang, sampai pecah. Dan
akhirnya kerinduan semua orang yang ada di tempat itu bergerak.
Maka bisa diketahui, bahwa setiap orang fakir sufi yang tidak pernah menderita kelaparan dan
beratnya mujahadat ia akan terus diliputi kebekuan hati dan diliputi oleh hijab yang sangat
tebal. Andaikan mendengar al-Qur’an ia hampir tidak bisa mendapatkan nasihat apa pun dan
larangan-larangan-Nya karena sangat tebalnya hijab. — Dan hanya Allah Yang Mahatahu.
MENGAMBIL ALTERNATIF YANG LEBIH BERHATI-HATI
DAN diantara perilaku murid, hendaknya ia mengambil cara yang lebih berhati-hati dalam
masalah agama dan keluar dari perbedaan pendapat para ahli fikih menuju pada pendapat yang
paling disepakati mereka semampu mungkin. Ini dimaksudkan agar ibadahnya bisa dianggap
sah oleh semua madzhab, atau paling tidak sebagian besar madzhab fikih. Sebab kalau syariat
memberikan keringanan (rukhshah) itu hanya diperuntukkan orang-orang lemah dan mereka
yang dalam kondisi darurat atau memiliki kesibukan. Sedangkan kaum sufi tidak memiliki
kesibukan apa pun kecuali selalu mengambil tindakan nafsunya untuk selalu melakukan
ketentuan syariat yang bersifat hukum asal (azimah). Oleh karenanya kaum sufi mengatakan:
“Apabila seorang fakir sufi telah turun dari tingkatan hakikat menuju pada keringanan-
keringanan yang diberikan syariat, berarti ia telah merusak dan membatalkan perjanjiannya
dengan Allah.”
Dan diantara perilaku yang harus dilakukan murid hendaknya menyembunyikan seluruh kondisi
spiritualnya yang terjadi antara dia dengan Allah Swt. semampu mungkin, sampai tertanam kuat
pada tingkatan menjaga dan memperhatikan al-Haq saja, tanpa memperhatikan siapa pun dan
makhluk-Nya. Maka hampir tidak seorang pun yang mampu mengambil kedudukan spiritualnya
dan tidak seorang pun yang tahu kondisi spiritualnya, karena sangat rapat dalam menjaga dan
menyembunyikannya.
Ada salah seorang fakir sufi datang kepada Syekh Muhammad asy-Syarbini dan melantunkan
bait syair di depannya:
Berapa banyak pemuda yang menyangka aku jauh
Sedangkan dia diam berada di bawah tenda
Maka Syekh asy-Syarbini berteriak dan bangkit kemudian memegang si pemuda yang
melantunkan syair tersebut sembari bertanya, “Dari mana anda tahu akan hal itu?”
Para ahli tarekat telah sepakat bahwa, seorang murid apabila yang memberikan dorongan untuk
beramal itu selain al-Haq, maka tidak akan ada sesuatu yang muncul darinya. Mereka juga
sepakat bahwa, setiap murid yang suka pamer agar semua orang bisa melihat
kesempurnaannya maka ia telah terputus. Apalagi kalau semua orang ingin mencari berkah
darinya maka habislah sudah secara keseluruhan.
Seorang murid juga harus melatih dan memantapkan dirinya untuk selalu sanggup memikul
beban penderitaan dalam menempuh tarekatnya, dan tidak segera berpaling dan tarekat untuk
mencari alternatif lain bila ditimpa penyakit, kekurangan, dan bencana yang menyusulnya.
Untuk selamanya ia juga tidak boleh mengambil keringanan bila sedang ditimpa kesulitan,
kemiskinan dan kondisi yang membahayakan. Sering kali terjadi pada murid dijauhi oleh semua
orang bila ia sudah masuk ke dalam tarekat kaum sufi. Mereka akan menguasai harga dirinya
dengan mencemooh dan meremehkannya. Pada saat seperti itu setan akan datang menemuinya
sembari mengatakan, ‘Anda tidak perlu untuk mencari tarekat kaum sufi seperti itu. Berapa
tahun anda enak dan tidak ada masalah di tengah-tengah masyarakat? Semua orang
mengatakan anda baik dan tidak pernah mengumpat karena kesalahan anda!” Akhirnya kalau
menuruti omongan setan, si murid akan segera membatalkan perjanjiannya dan mengundurkan
diri dari tarekat, akhirnya semakin bercerai-berai, yang tidak layak lagi masuk di tarekat dan
juga yang lain. Maka hendaknya seorang murid berteguh pendirian untuk tetap berjalan di
tarekat dan tidak guncang dengan membawa kebenaran hanya karena ujian yang ada di
dalamnya, karena sesungguhnya hal itu dari setan. — Dan hanya Allah Yang Mahatahu.
TIDAK PERNAH MENINGGALKAN SANG GURU
DIANTARA perilaku yang harus dilakukan murid, bila ia memiliki seorang guru maka ia harus
tetap bersama sang guru dan tidak pernah meninggalkannya. Kalau ia sedang bermujahadat
hendaknya berkhalwat dengan menghadap ke pintu rumah sang guru, agar penglihatan sang
guru selalu menatap kepadanya ketika dia hendak keluar. Hal itu merupakan tanda keberhasilan
dan kebahagiaan Si murid. Barangkali sekali tatapan mata sang guru mampu menjadikannya
“emas” yang tampak di mata sehingga tidak butuh lagi bermujahadat, sebagaimana yang terjadi
pada Tuan Guru Yusufal-’Ajami.
Suatu hari ia keluar dan khalwat, dan tidak menemukan seorang pun dari kaum fakir sufi yang
bisa dilihatnya. Pertama kali yang ditatap oleh penglihatan matanya adalah seekor anjing.
Akhirnya seluruh anjing yang ada di Mesir mengikutinya, dan berjalan di belakangnya ke mana
pun ia berjalan, dan berhenti bersamanya di mana pun ia berhenti. Akhirnya semua orang
mengkhawatirkan sapi dan binatang ternak yang lainnya akan seperti anjing-anjing tersebut.
Maka Tuan Guru berjalan di belakang anjing-anjing tersebut sembari mengusirnya. Akhirnya
anjing-anjing itu meninggalkannya. Tuan Guru berkata, “Andaikan tatapan pandangan mata yang
pertama kali itu tertuju pada manusia, tentu ia akan menjadi seorang imam yang diikuti.”
Kaum sufi mengatakan: “Sepantasnya seorang murid tidak mengadakan perjalanan jauh atau
bepergian sebelum diterima oleh tarekat. Sebab bepergian bagi seorang murid merupakan
racun yang mematikan.”
Imam al-Qusyairi —rahimahullah— mengatakan: “Apabila Allah menghendaki seorang murid itu
baik, maka Allah akan menetapkannya di tempat keinginannya dan melanggengkannya untuk
selalu berada dijalan mujahadatnya. Akan tetapi bila Allah menghendakinya jelek, maka Allah
akan mengembalikannya pada kondisi sebelum ia bertobat dan disibukkan dengan urusan dunia
sehingga jauh dari-Nya.” Al-Qusyairi juga mengatakan: “Kebaikan dan segala kebaikan adalah
selalu berhenti di depan pintu gerbang sang guru. Apabila Allah menghendaki seorang hamba
itu jelek maka Dia akan mencerai-beraikannya ke tempat pengasingan sebelum ia kokoh dalam
masalah-masalah Tuhannya.”
Sementara akhir dari masalah dalam pengembaraannya hanya akan menjadi hijab yang kosong
dari adab yang diinginkan atau bertambahnya tempat-tempat baru yang ia kunjungi atau
bertemu dengan guru-guru yang tidak harus mengikatkan diri dengan salah seorang dari mereka
untuk mendidik. Orang seperti ini tidak terbebani untuk selalu berjalan pada jalur tarekat yang
telah ditentukan. Sebab Allah tidak menghendakinya naik ke tingkatan para tokoh sufi. Andaikan
Allah menghendaki untuk naik tentu Dia akan mengikatkannya dengan seorang guru yang bakal
dia layani dan berjanji untuk selalu mendengar dan taat terhadap apa yang disuka dan dibenci.

Dan hanya Allah Yang Maha Tahu.
Sumber: Sufinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar