Minggu, 28 Juli 2013

Menjaring Lailatul Qadar

LAILATUL QADAR

Margasatwa tak berbunyi
gunung menahan nafasnya
angin pun berhenti
pohon-pohon tunduk
dalam gelap malam
pada Bulan Suci
Qur’an turun ke bumi
Qur’an turun ke bumi .....
Inilah malam seribu bulan
ketika cahaya sorga menerangi bumi
ketika cahaya sorga menyinari bumi
Inilah malam seribu bulan
ketika Tuhan menyeka airmata kita
ketika Tuhan menyeka dosa-dosa kita
*****
Bait-bait puisi Taufiq Ismail yang dimusikalisasi apik oleh Grup Kasidah Bimbo di atas,
setidaknya dapat memberikan sedikit gambaran kepada kita tentang keagungan dan makna
(malam) “Lailatul Qadar ”, malam yang nilainya lebih baik daripada 1.000 bulan (=83 tahun 4
bulan), sebagaimana tertuang dalam Surat Al-Qadar Ayat 1-5.
Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya,
maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan
itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu,
dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk
menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahalaNya
yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah
lalu . (HR. Bukhari dan Muslim ).
Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly dan Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid
mengatakan : Lailatul Qadar memiliki keutamaan sangat besar, karena malam ini menyaksikan
turunnya Al-Qur'anul Karim yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya ke jalan
kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi. Ummat Islam yang mengikuti
sunnah Rasul -nya tidak memasang tanda-tanda tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak
panah untuk memperingati malam ini (malam Lailatul Qodar/Nuzul Qur’an , pen.), akan tetapi
mereka bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah.
Memang, kapan tepatnya Lailatul Qadar terjadi? Wallahu a’lam bis-shawaab . Namun banyak
riwayat yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu terjadi pada (malam ganjil)
sepuluh hari terakhir. Pendapat ini didasarkan pada hadits ‘Aisyah rah. yang mengatakan :
Rasulullah saw. beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, (yang
artinya) " Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan ”. (HR Bukhari dan Muslim ).
Juga dari ‘Aisyah rah., (dia berkata), " Adalah Rasulullah saw. bersungguh-sungguh (beribadah
apabila telah masuk) malam kesepuluh (hari terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada
malam-malam lainnya ”. (HR Muslim ).
Dengan kata lain, bahwa malam tersebut saat ini sedang berada di tengah-tengah kita, atau di
sekeliling orang-orang beriman yang sekarang ini sedang melaksanakan ibadah puasa
Ramadhan pada hitungan ke-21 ini. Sungguh beruntung orang yang memperoleh kesempatan
untuk beribadah di malam tersebut, seolah-olah ia telah beribadah selama 83 tahun 4 bulan.
Ini merupakan Karunia yang sangat besar dari Allah swt. Bagi orang yang mau menghargainya,
ini adalah Nikmat yang sangat tinggi. Dan alangkah sangat meruginya bagi mereka yang
melewati moment berharga ini begitu saja, sebab belum tentu di tahun berikutnya masih ada
kesempatan untuk menjumpainya kembali.
Lantas, bagaimana mestinya kita bersikap? .
Hadits-hadits berikut ini kiranya dapat menjadi acuan :
Dari Aisyah rah, " Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk pada sepuluh
hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya (menjauhi wanita yaitu istri-
istrinya karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul Qadar), menghidupkan
malamnya dan membangunkan keluarganya”. (HR Bukhari dan Muslim ).
Telah diriwayatkan dari sayyidah ‘Aisyah rah., (dia) berkata, " Aku bertanya, Ya Rasulullah, apa
pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?"
Beliau menjawab, "Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii. Yaa Allah, Engkau
Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku”. (HR
Tirmidzi, Ibnu Majah , dari Aisyah , sanadnya shahih).
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), " Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul
Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu ”. (HR Bukhari dan Muslim )
Adapun qiyamul-lail di dalamnya yaitu menghidupkan malam tersebut dengan shalat, membaca
Al-Qur'anul Karim , berdzikir, berdo'a, beristighfar dan taubat kepada Allah swt. Sebagian ulama
menganjurkan mengisi malam lailatul qadar dengan melaksanakan shalat Tasbih dan shalat
Lailatul Qadr .
Shalat Tasbih
SHALAT TASBIH adalah shalat sunnah 4 rakaat yang di dalamnya dibacakan “kalimat tasbih”
sebanyak 75 kali pada tiap rakaatnya. Shalat ini boleh dikerjakan di siang hari ataupun malam
hari --pada waktu yang dianjurkan dan bukan pada waktu terlarang shalat--. Bila dikerjakan
malam hari, shalat tasbih dilakukan dalam dua salam, sedangkan di siang hari cukup dilakukan
dalam satu salam dengan satu tahiyat, namun tidak ada larangan dikerjakan dalam dua salam.
Shalat Tasbih lebih utama dikerjakan secara perorangan (tidak berjama'ah), boleh secara
bersamaan dalam waktu dan tempat yang sama, asalkan tidak ada imam dan tidak ada
makmum . Namun ada sebagian ulama membolehkan shalat tasbih dilaksanakan secara
berjama’ah, khususnya di bulan Ramadhan mengingat keagungan pahalanya.
Kalimat tasbih yang dibaca pada shalat tasbih adalah sebagai berikut :
َﻥﺎَﺤْﺒُﺳ ِﻪﻠﻟﺍ ُﺬْﻤَﺤْﻟﺍَﻭ ِﻪَّﻠِﻟ َﻻَﻭ َﻪَﻟﺍ َّﻻِﺍ ُﻪﻠﻟﺍ ُﻪﻠﻟﺍَﻭ ْﺮَﺒْﻛَﺍ
“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah tidak ada Tuhan selain Dia dan Dia Maha Besar ”
ada juga yang melengkapi dengan menambahkan kalimat “tahawwul ” di belakangnya, sehingga
bacaannya menjadi :
َﻥﺎَﺤْﺒُﺳ ِﻪﻠﻟﺍ ُﺬْﻤَﺤْﻟﺍَﻭ ِﻪَّﻠِﻟ َﻻَﻭ َﻪَﻟﺍ َّﻻِﺍ ُﻪﻠﻟﺍ ُﻪﻠﻟﺍَﻭ َﻝْﻮَﺣَﻻ،ْﺮَﺒْﻛَﺍ َﻻَﻭ َﺓَّﻮُﻗ َّﻻِﺍ
ِﻪﻠﻟﺍﺎِﺑ ِﻲِّﻠَﻌْﻟﺍ ِﻢْﻴِﻈَﻌْﻟﺍ
“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah tidak ada Tuhan selain Dia dan Dia Maha Besar; Tidak
ada daya (untuk menghindar dari maksiat) dan tidak ada kekuatan untuk taat, kecuali dengan
pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha agung "
Shalat tasbih ini sangat dianjurkan oleh Baginda Rasulullah saw. Sebagaimana hadits yang
dirawatkan Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepada ‘Abbas bin ‘Abdul
Muththolib (paman nabi) : “Wahai ‘Abbas, maukah saya berikan padamu?, maukah saya
anugerahkan padamu?, maukah saya berikan padamu?, saya akan tunjukkan suatu perbuatan
yang mengandung 10 keutamaan yang jika kamu melakukannya maka diampuni dosamu, yaitu
dari awalnya hingga akhirnya, yang lama maupun yang baru, yang tidak disengaja maupun yang
disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang nampak. Semuanya
10 macam; Kamu shalat 4 raka’at setiap raka’at kamu membaca Al-Fatihah dan satu surah. Jika
telah selesai maka bacalah " َﻥﺎَﺤْﺒُﺳ ِﻪﻠﻟﺍ ُﺬْﻤَﺤْﻟﺍَﻭ ِﻪَّﻠِﻟ َﻻَﻭ َﻪَﻟﺍ َّﻻِﺍ ُﻪﻠﻟﺍ ُﻪﻠﻟﺍَﻭ ْﺮَﺒْﻛَﺍ "
sebelum ruku’ sebanyak 15 kali, kemudian kamu ruku’ lalu bacalah kalimat itu di dalamnya
sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku’ baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud baca
lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud
lagi dan baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud sebelum berdiri baca lagi
sebanyak 10 kali, maka semuanya sebanyak 75 kali setiap raka’at. Lakukan yang demikian itu
dalam empat raka’at, lakukanlah setiap hari, kalau tidak mampu lakukan setiap pekan, kalau
tidak mampu setiap bulan, kalau tidak mampu setiap tahun dan jika tidak mampu maka
lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu". ( Abu Dawud, shohih Huzaimah, Ibnu Majah, At-
Thabrany, dan lain-lain.)
Tata cara Shalat Tasbih
Berdasarkan materi hadits di atas, shalat tasbih dilakukan dengan urutan-urutan yang didahului
dengan niat. Adapun niat yang dilafalkan adalah :
ْﻲِّﻠَﺻُﺍ َﺔَّﻨُﺳ ﺍ ِﺢْﻴِﺒْﺴَّﺘﻟ ِﻦْﻴَﺘَﻌْﻛَﺭ ِﻪَّﻠِﻟ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ
" Aku niat Shalat Tasbih dua raka’at karena Allah Ta’ala "
Kemudian takbiratul ihram, membaca Surat Alfatihah dan surat-surat pilihan (Rakaat awal Surat
At-Takatsur , rakaat kedua Surat Al-‘Asyr , rakaat ketiga Surat Al-Kafiruun , dan rakaat akhir Surat
Al-Ihlash . Namun ini bukan ketentuan baku, artinya surat yang dibaca boleh apa saja).
Selanjutnya sebelum melakukan ruku’ membaca tasbih sebanyak 15 kali. Tasbih berikutnya
dibaca 10 kali-10 kali pada setiap rukun-rukun shalat :
Ketika ruku' sesudah membaca do'a ruku’ ;
Ketika i’tidal sesudah membaca do'a i’tidal ;
Di waktu sujud pertama sesudah membaca do'a sujud;
Ketika duduk antara dua sujud (duduk iftirosy ) sesudah membaca do'a duduk iftirosy ; kemudian
Di waktu sujud kedua sesudah membaca do'a sujud; dan
Pada saat duduk istirahah sebelum berdiri ke raka’at kedua.
Pada rakaat terakhir, bacaan tasbih 10 kali dibaca ketika duduk tahiyat akhir sebelum membaca
do'a/dzikir tahiyat dan tasyahud .
Bila dikalkulasi, bacaan tasbih yang dilafalkan berjumlah 75 kali dalam satu rakaat. Dengan
demikian bila dikerjakan dalam 4 rakaat, seluruh bacaan tasbih yang dilafalkan berjumlah 300
kali.
Kemudian setelah semua rukun shalat selesai dikerjakan (dalam 4 rakaat), ditutup dengan
membaca do'a berikut ini :
ُﺪْﻤَﺤْﻟَﺍ ِﻪَّﻠِﻟ ِّﺏَﺭ ْﻦﻴِﻤَﻟﺎَﻌﻟْﺍ َّﻢُﻬَّﻠﻟَﺍ ِّﻞَﺻ ْﻢِّﻠَﺳَﻭ ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻧِﺪِّﻴَﺳ ٍﺪَﻤَﺤُﻣ ِﻪِﻟَﺍَﻭ
ِﻪِﺒَﺤْﺻَﻭ ْﻦﻴِﻌَﻤْﺟَﺃ َّﻢُﻬَّﻠﻟَﺍ ﻲِّﻧِﺍ َﻚُﻟَﺄْﺳَﺍ ََﻖﻴِﻓْﻮََﺗ ِﻞْﻫَﺃ ﻯﺪُﻬﻟﺍ َﺃَﻭ ﻝﺎَﻤْﻋ َ ِﻞْﻫَﺃ
،ِﻦْﻴِﻘَﻴْﻟﺍ َﺔَﺤَﺻﺎَﻨُﻣَﻭ ِﻞْﻫَﺃ ْﻮَّﺘﻟﺍ ،ِﺔَﺑ ْﺰَﻋَﻭ َﻡ ِﻞﻫَﺃ ،ِﺮْﺒَّﺼﻟﺍ َّﺪِﺟَﻭ ِﻞﻫَﺃ ،ِﺔَﻴْﺸَﺨﻟﺍ
َﺐْﻠَﻃَﻭ ِﻞْﻫَﺍ ﺍ ،ِﺔَﺒﻏَّﺮﻟ َﺪُّﺒَﻌَﺗَﻭ ِﻞْﻫَﺍ ،ﻉَﺭَﻮﻟﺍ َﻥﺎَﻓْﺮِﻋَﻭ ِﻞﻫَﺃ ِﻢْﻠِﻌﻟﺍ ﻰَّﺘَﺣ .َﻚَﻓﺎَﺧَﺃ
َّﻢُﻬَّﻠﻟَﺍ ْﻲِّﻧِﺍ َﻚُﻟَﺄْﺳَﺍ َﺔَﻓﺎَﺨَﻣ ﻲﻧُﺰِﺠْﺤُﺗ َﻚﻴِﺻﺎَﻌَﻣ ْﻦَﻋ ﻰَّﺘَﺣ َﻞَﻤْﻋَﺍ َﻚِﺘَﻋﺎَﻄِﺑ
ًﻼَﻤَﻋ ُّﻖِﺤَﺘْﺳَﺍ ِﻪِﺑ ،َﻙﺎَﺿِﺭ ﻰَّﺘَﺣَﻭ َﻚَﺤِﺻﺎَﻧُﺍ ْﻮَّﺘﻟﺎِﺑ ِﺔَﺑ ﺎًﻓْﻮَﺧ َﻚْﻨِﻣ ﻰَّﺘَﺣَﻭ َﺺﻠﺧُﺃ
َﻚَﻟ َﺔَﺤْﻴِﺼَّﻨﻟﺍ ًﺀﺎَﻴَﺣ َﻚْﻨِﻣ ﻰَّﺘَﺣَﻭ َﻮَﺗَﺍ َﻞَّﻛ َﻚْﻴَﻠَﻋ ْﻲِﻓ ِﺭْﻮُﻣُﻻﺍ ِّﻦَﻇ َﻦْﺴُﺣ َﻚِﺑ
َﻥﺎَﺤْﺒُﺳ ِﻖِﻟﺎَﺧ ﺍ ِﺭْﻮُّﻨﻟ ﻰَّﻠَﺻَﻭ ُﻪﻠﻟ ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻧِﺪِّﻴَﺳ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ِﻪِﻟَﺍَﻭ ِﻪِﺒْﺤَﺻَﻭ ،َﻢَّﻠَﺳَﻭ
َﻥﺎَﺤْﺒُﺳ َﻚِّﺑَﺭ ِّﺏَﺭ ﺎَﻤَﻋ ِﺓَّﺰِﻌﻟﺍ َﻥْﻮُﻔِﺼِﻳ َﻼَﺳَﻭ ْﻡ ﻰَﻠَﻋ َﻦْﻴِﻠَﺳْﺮُﻤﻟﺍ َﻭ ُﺪْﻤَﺤْﻟﺍ ِﻪَّﻠِﻟ
ِّﺏَﺭ َﻦْﻴِﻤَﻟﺎَﻌﻟﺍ َﺩَﺪَﻋ ِﻪِﻘْﻠَﺧ ﻰَﺿِﺭَﻭ ِﻪِﺴْﻔَﻧ َﺔَﻧِﺯَﻭ ِﻪِﺷْﺮَﻋ َﺩﺍَﺪِﻣَﻭ ِﻪِﺗﺎَﻤِﻠَﻛ
Shalat Lailatul Qadr
SHALAT LAILATUL QADR adalah shalat sunnah 2 rakaat yang dikerjakan pada malam hari (Lailatul
Qadr ) di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, dengan Niat sebagai berikut :
ْﻲِّﻠَﺻُﺍ َﺔَّﻨُﺳ ﻰﻓ ﺔﻠﻴﻟ ﺭﺪﻘﻟﺍ ﻦﻴﺘَﻌﻛَﺭ ِﻪَّﻠِﻟ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ
" Aku niat Shalat (malam) Lailatul Qadar dua raka’at karena Allah Ta’ala "
Setelah takbiratul ihram membaca Surat Alfatihah kemudian diteruskan Surat Al-Ikhlas sebanyak
7 kali, demikian juga di rakaat yang kedua.
Disebutkan dalam hadits (yang artinya) : Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw bersabda :
“Barangsiapa mengerjakan shalat dua rakaat pada malam qadar, sedang pada tiap-tiap rakaat
dia membaca Al-Fatihah sekali dan Surat Al-Ihlas tujuh kali, dan setelah salam dia membaca
“ ﺮﻔﻐﺘﺳﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻮﺗﺍﻭ ﻪﻴﻟﺍ ” sebanyak 70 kali, maka dia tidak bisa berdiri di tempatnya
sehingga Allah swt. mengampuni dia dan kedua orang tuanya, dan Allah akan mengirim para
malaikat ke sorga guna menanam baginya beberapa pohon untuk membangun gedung istana
dan mengalirkan air sungai. Dan dia tidak keluar dari dunia (mati) sehingga dia melihat semua
itu ” (Tafsir Hanafi )
Do'a-do'a yang dianjurkan pada (malam) Lailatul Qadar
" Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang merupakan penjaga urusanku, dan perbaikilah
untukku duniaku yang di dalamnya adalah kehidupanku, dan perbaikilah untukku akhiratku yang
kepadanya aku kembali, dan jadikanlah kehidupan (ini) menambah untukku dalam setiap
kebaikan, dan kematian menghentikanku dari setiap kejahatan. Ya Allah bebaskanlah aku dari
(siksa) api Neraka, dan lapangkanlah untukku rizki yang halal, dan palingkanlah daripadaku
kefasikan jin dan manusia, Wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya) "
" Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
jagalah kami dari siksa Neraka. Wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya), wahai Dzat Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan "
" Ya Allah, sesungguhnya aku memohon hal-hal yang menyebabkan (turunnya) rahmat-Mu,
ketetapan ampunan-Mu, keteguhan dalam kebenaran dan mendapatkan segala kebaiikan,
selamat dari segala dosa, kemenangan dengan (mendapat) Surga serta selamat dari Neraka.
Wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), Wahai Dzat yang
memiliki Keagungan dan Kemuliaan "
" Ya Allah, aku memohon kepada-Mu pintu-pintu kebajikan, kesudahan (hidup) dengannya serta
segala yang menghimpunnya, secara lahir-batin, di awAl-maupun di akhirnya, secara terang-
terangan maupun rahasia. Yaa Allah, kasihilah keterasinganku di dunia dan kasihilah
kengerianku di dalam kubur serta kasihilah berdiriku di hadapanmu kelak di akhirat. Wahai Dzat
Yang Maha Hidup, yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan "
" Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, 'afaaf (pemeliharaan
dari segala yang tidak baik) serta kecukupan "
" Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, mencintai pengampunan maka ampunilah
aku"
" Ya Allah, aku mengharap Rahmat-Mu maka janganlah Engkau pikulkan (bebanku) kepada diriku
sendiri meski hanya sekejap mata, dan perbaikilah keadaanku seluruhnya, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Engkau "
" Ya Allah, jadikanlah kebaikan sebagai akhir dari semua urusan kami, dan selamatkanlah kami
dari kehinaan dunia dan siksa akhirat "
" Ya Tuhan kami, terimalah (permohonan) kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui, wahai Dzat Yang Maha Hidup, yang memiliki keagungan dan kemuliaan”.
" Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, segenap keluarga dan para
sahabatnya"
*****
Dengan mengetahui keutamaan-keutamaan malam yang agung ini --yang ia terbatas hanya pada
10 hari terakhir bulan Ramadhan-- maka seyogyanya kita bersemangat dan bersungguh-sungguh
menyongsongnya, dengan shalat, dzikir, do'a, taubat dan istighfar. Mudah-mudahan kita
termasuk orang-orang yang dapat menjaring keagungannya, Allahumma amien ...... ( ASF /dari
banyak sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar