Senin, 26 Agustus 2013

Apa Itu Qunut Nazilah?

Qunut Nazilah adalah pembacaan doa yang dilakukan umat Islam
untuk menolak kezhaliman musuh-musuh Islam dan
menghindarkan diri dari berbagai fitnah serta musibah. Doa
Qunut diucapkan pada saat shalat fardhu, yaitu ketika i’tidal
setelah ruku’ pada rakaat terakhir.

Dan Rasulullah SAW mencontohkan kepada umatnya bagaimana
melakukan Qunut Nazilah. Ketika sahabat Nabi SAW yang diutus
untuk mengajarkan Islam dan Al-Qur’an dikhianati dan dibantai
oleh kaum kafir pada peristiwa yang dikenal sebagai Ba’tsul
Raji’ (10 sahabat) dan Bi’ru Ma’unah (70 sahabat).

Rasulullah SAW
melakukan Qunut Nazilah pada setiap shalat wajib sebagaimana
disebutkan dalam hadits “Rasulullah saw melakukan qunut
(Nazilah) selama satu bulan setelah ruku’ mendoakan untuk
kebinasaan beberapa perkampungan dari bangsa
Arab,” (Mutafaqun alaihi)
“Rasulullah SAW melakukan qunut (Nazilah) satu bulan berturut-
turut dalam shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh,
tatkala berkata sami’allahu liman hamidah pada rakaat terakhir.

Mendoakan untuk kebinasaan perkampungan Bani Sulaim, kabilah
Ri’l, Dzikwan dan ‘Ushiyyah. Sahabat di belakangnya mengamini”
(HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Doa Qunut Nazilah tetap dibaca jahar baik pada shalat jahriyah
maupun sirriyah. Dan bagi imam dibolehkan membaca doa
dengan teks. Contoh Doa Qunut:

َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ْﻦَﻤﻴِﻓ ﺎﻧِﺪْﻫﺍ ْﻦَﻤﻴِﻓ ﺎﻨِﻓﺎَﻋﻭ ،َﺖْﻳَﺪَﻫ ﻦَﻤﻴِﻓ ﺎﻨّﻟَﻮَﺗَﻭ ،َﺖْﻴَﻓﺎَﻋ ،َﺖْﻴَّﻟَﻮَﺗ ْﻙِﺭﺎَﺑﻭ
ﺎﻨِﻟ ﺎﻤﻴِﻓ ،َﺖْﻴَﻄْﻋَﺃ ﻚﺘﻤﺣﺮﺑ ﺎﻨِﻗَﻭ َّﺮَﺷ ﺎﻣ ،َﺖْﻴَﻀَﻗ َﻚَّﻧﺈﻓ ﻲِﻀْﻘَﺗ ﻻَﻭ ﻰَﻀْﻘُﻳ
،َﻚْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻧِﺇَﻭ ﻻ ْﻦَﻣ ُّﻝِﺬَﻳ َﺖْﻴَﻟﺍَﻭ ﻻﻭ ﺰﻌﻳ ﺖﻳﺩﺎﻋ ﻦﻣ َﺖْﻴَﻟﺎﻌَﺗَﻭ ﺎﻨَّﺑَﺭ َﺖْﻛَﺭﺎَﺒَﺗ
َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ﺎَّﻧﺇ َﻚُﻨﻴِﻌَﺘْﺴَﻧ َﻙُﺮِﻔْﻐَﺘْﺴَﻧَﻭ َﻻَﻭ ،َﻙُﺮُﻔْﻜَﻧ ُﻊَﻠْﺨَﻧَﻭ َﻚِﺑ ُﻦِﻣْﺆُﻧَﻭ ،َﻙُﺮُﺠْﻔَﻳ ْﻦَﻣ
َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ َﻙﺎَّﻳﺇ ،ﺪُﺒْﻌَﻧ َﻚَﻟﻭ ﻲِّﻠَﺼُﻧ ،ﺪُﺠْﺴَﻧَﻭ َﻚْﻴَﻟِﺇَﻭ ﻰَﻌْﺴَﻧ ،ُﺪِﻔْﺤﻧَﻭ ﻮُﺟْﺮَﻧ َﻚَﺘَﻤْﺣَﺭ

ﻰَﺸْﺨَﻧَﻭ ،َﻚَﺑﺍَﺬَﻋ َّﻥﺇ َﻚَﺑﺍَﺬَﻋ َّﺪِﺠﻟﺍ ِﺭﺎَّﻔُﻜﻟﺎﺑ ٌﻖِﺤْﻠُﻣ .
َّﻢﻬﻠﻟﺍ ْﺮُﺼْﻧﺍ ﺎَﻨَﻧﺍﻮﺧﺇ ﻲﻓ ﻦﻴِﻔَﻌْﻀَﺘْﺴُﻤْﻟﺍ ﻦﻴِﻄْﺴِﻠِﻓ َّﻢُﻬّﻠﻟﺍ ْﺮُﺼْﻧﺍ ﺎَﻨَﻧﺍﻮْﺧﺇ
ﻦﻳِﺪِﻫﺎﺠُﻤْﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻴﻄﺴﻠﻓ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻢﻫﺮﺼﻧﺍ ًﺍﺮﺼﻧ ًﺍَﺭَّﺯَﺆﻣ ْﺪِّﺣَﻭ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻢُﻬَﺘَﻤِﻠَﻛ
ْﺩِّﺪَﺳﻭ ْﻝِﺰْﻧَﺃَﻭ ﻢُﻬَﻴْﻣَﺭ ﻲِﻓ ﻢِﻬِﺑْﻮُﻠُﻗ َﺔﻨﻴِﻜَﺴﻟﺍ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻢﻬﻟ ﻦﻛ ،ًﺍﺮﻴﺼﻧﻭ ًﺎّﻴﻟﻭ
ﻢﻬﻠﻟﺍ ﻢﻬﻧﺃ ﻥﻮُﻣﻮُﻠْﻈَﻣ ُﺀﺍَﺮَﻘُﻓ ْﻢُﻬَّﻧِﺇ ،ْﻢُﻬَﻟ ْﺮِﺼَﺘْﻧﺎَﻓ َّﻢُﻬّﻠﻟﺍ.ْﻢِﻬِﻨْﻏَﺄَﻓ ْﻢَﺣْﺭﺍ
ِﻒْﺷﺍَﻭ ْﻢُﻫﺎَﺗْﻮَﻣ .ْﻢُﻫﺎَﺣْﺮُﺟ ْﻞَّﺒَﻘَﺗَﻭ ،ْﻢُﻫَﺀﺍَﺪَﻬُﺷ َّﻢﻬﻠﻟﺍ َﻙِﺪْﻴِﻳْﺄَﺘِﺑ ْﻢُﻫْﺪِّﻳَﺃ

ْﻢُﻬْﻈَﻔْﺣﺍَﻭ ﺎَﻳ َﻚِﻈْﻔِﺤِﺑ ﺎَﻳ ُّﻱِﻮَﻗ ُﺰﻳِﺰَﻋ .
َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ،ِﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ َﻝِّﺰَﻨُﻣ ،ِﺏﺎَﺤَّﺴﻟﺍ َﻱِﺮْﺠُﻣ َﻡِﺯﺎَﻫ ،ِﺏﺎَﺴِﺤْﻟﺍ َﻊﻳِﺮَﺳ ْﻡِﺰْﻫﺍ ِﺏﺍَﺰْﺣَﻷﺍ
َﺩﻮﻬﻴﻟﺍ ْﻦﻳِﺪَﺘْﻌُﻤْﻟﺍ َﺔَﻨِﻳﺎَﻬَّﺼﻟﺍَﻭ َﻦﻴِّﻴِﻠِﺋﺍَﺮْﺳﻹﺍ ْﻢُﻬْﻟِﺰْﻟَﺯَﻭ َﻦْﻴِﺒِﺻﺎَﻐﻟﺍ ْﻢُﻬْﺑِّﺬَﻋﻭ ًﺎﺑﺍَﺬَﻋ
.ًﺍﺪْﻳِﺪَﺷ َّﻢﻬﻠﻟﺍ ْﻢُﻬَّﻧﺇ ْﺪَﻗ ﺍْﻮَﻐَﺑ ﻲِﻓ ﺍﻮَﻌﺳَﻭ ِِﺽْﺭﻷﺍ .ًﺍﺩﺎَﺴَﻓ َّﻢﻬﻠﻟﺍ ْﻕِّﺮَﻓ
ْﻢُﻬَﻌْﻤَﺟ ْﺖِّﺘَﺷَﻭ ْﻝِﺰْﻧﺃَﻭ ْﻢُﻬَﻠْﻤَﺷ ﻲِﻓ ُﻢِﻬِﺑﻮُﻠُﻗ ْﻞَﻌْﺟﺍَﻭ .َﺐْﻋُّﺮﻟﺍ ْﻢُﻬَﺳْﺄَﺑ ﻢُﻬَﻨْﻴَﺑ
،ﺍًﺪْﻳِﺪَﺷ َﻦِﻣ ُﻢِﻘَﺘْﻨُﻣﺎَﻳَﻭ َﻦﻴِﻣِﺮْﺠُﻤْﻟﺍ ْﻢِﻘَﺘْﻧِﺍ ْﻝِﺰْﻧَﺃَﻭ ْﻢُﻬْﻨِﻣ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﻚَﺳْﺄَﺑ

ُّﺩَﺮُﻳَﻻ ْﻦﻴِﻣِﺮْﺠُﻤْﻟﺍ ِﻡْﻮَﻘْﻟﺍ ِﻦَﻋ
َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ْﻊَﻓْﺩﺍ َﻼَﻐْﻟﺍ ﺎَّﻨَﻋ ﺎَﺑِّﺮﻟﺍَﻭ َﺀَﻼَﺒْﻟﺍَﻭ َﻦَﺤِﻤْﻟﺍَﻭ َﻝِﺯَﻻَّﺰﻟﺍَﻭ ﺎَﻧِّﺰﻟﺍَﻭ َﺀْﻮُﺳَﻭ ِﻦَﺘِﻔْﻟﺍ ﺎَﻣ
ﺎَﻬْﻨِﻣ َﺮَﻬَﻇ َﻦَﻄَﺑ ﺎَﻣَﻭ ْﻦَﻋ ﺎَﻧِﺪَﻠَﺑ ًﺔَّﺻﺎَﺧ ْﻦَﻋَﻭ َﺮِﺋﺎَﺳ َﻦْﻴِﻤِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ ِﺩَﻼِﺑ ﺎَﻳ ًﺔَّﻣﺎَﻋ َّﺏَﺭ
َﻦْﻴِﻤَﻟﺎَﻌْﻟﺍ

“Ya Allah berilah keteguhan pada kami bersama orang yang
mendapat hidayah, berikanlah pada kami afiyah (kesehatan dan
keselamatan) bersama orang yang engkau beri afiyah,, jadikanlah
pada kami pelindung bersama orang yang Engkau lindungi,
berikanlah kepada kami keberkahan dari apa yang Engkau berikan
kepada kami, selamatkanlah kami dari keburukan yang Engkau
telah tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah yang memutuskan dan
bukan yang diputuskan, sesungguhnya Engkau tidak menghinakan
orang yang berlindung pada-Mu, Maha Suci Engkau dan Maha
Agung”.

Ya Allah kami memohon pertolongan kepada-Mu, beristighfar
pada-Mu dan tidak kufur pada-Mu, kami beriman pada-Mu dan
berlepas dari orang yang bermaksiat kepada-Mu. Ya Allah hanya
pada-Mu lah kami beribadah, shalat dan sujud, kepada Engkau
kami beramal dan berusaha, kami mengharap rahmat-Mu dan
takut akan azab-Mu. Sesungguhnya azab-Mu pasti sampai pada
orang kafir.

Ya Allah tolonglah saudara kami yang terzhalimi di Palestina, Ya
Allah tolonglah saudara kami mujahidin di Palestina Ya Allah
tolonglah mereka dengan pertolongan yang kuat, satukanlah
kalimat mereka, tepatkanlah tembakan mereka, turunkanlah
kepada mereka sakinah, jadilah Engkau penolong dan pelindung
mereka,

Ya Allah mereka terzhalimi maka bantulah mereka, mereka
faqir berilah mereka kecukupan , rahmatilah orang yang
meninggal di antara mereka, sembuhkanlah yang luka di antara
mereka, terimalah yang mati syahid di antara mereka, ya Allah
dukunglah mereka dengan dukunganMu, jagalah mereka dengan
penjagaanMu, Wahai Dzat Yang Maha Kuat Maha Perkasa.
Ya Allah Dzat yang menurunkan kitab, menjalankan awan, Yang
Maha Cepat perhitungannya, Yang mengalahkan pasukan sekutu,
kalahkan Yahudi dan goncangkanlah mereka dengan goncangan
yang dahsyat. Ya Allah mereka telah kurang ajar dan berbuat
kerusakan di bumi, ya Allah berantakanlah kumpulan mereka
cerai beraikan mereka, lemparkan di hati mereka rasa takut. Ya
Allah jadikanlah perselisihan yang sengit antar mereka, wahai
Dzat Yang Maha membalas, balaslah kaum durjana, dan turunkan
atas mereka siksa-Mu yang tidak bisa dielakkan oleh kaum yang
zhalim.”

Beda Istri & Suami Soal Hasrat

Beda Istri & Suami Soal Hasrat
DALAM Islam
wanita dan laki-laki
jelas berbeda
segalanya. Baik
dari segi
kebutuhan, fisik,
atau fitrah. Namun
pemenuhan hak
laki-laki dan
perempuan adalah
sama sesuai
dengan kadar dan
kapasitasnya
masing-masing.
Termasuk juga
dalam hal
hubungan suami-
istri. Tentu saja
bagi mereka yang sudah menikah.
Secara ringkas, seorang istri memenuhi keinginan suaminya
sebagai seorang pengikut yang taat kepada suaminya. Sedangkan
seorang suami memenuhi keperluan istrinya adalah dalam posisi
sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan berkasih sayang.
Seorang istri dalam memenuhi hasrat suami, pertimbangannya
relatif sederhana:
Ketaatannya pada Allah terutama fardhu ‘ain
Ketaatannya pada suami
Jadi selama tidak bertentangan dengan perkara fardhu ‘ain,
seorang istri langsung menunaikan kewajibannya tersebut.
Sedangkan seorang suami dalam memenuhi hasrat istrinya,
pertimbangannya lebih banyak:
Ketaatannya pada Allah terutama fardhu ‘ain
Posisi sebagai pemimpin & pendidik keluarga
Kewajibannya terhadap masyarakat terutama fardhu
kifayah
Jadi dengan demikian seorang suami tidak dapat serta-merta
memenuhi hasrat istrinya, karena ada pertimbangan lain.
Misalkan sang suami ada kewajiban di luar rumah yang mendesak
dalam perkara fardhu kifayah, sehingga tidak dapat segera
mengurus istrinya. Dapat juga terjadi istri perlu dididik dengan
didiamkan dulu sementara jika ada masalah syariat yang perlu
diselesaikan dengan cara didiamkan.
Ringkasan
Bagi istri: wajib segera memenuhi kebutuhan fitrah
suaminya.
Bagi suami: dalam kondisi ringan, yang terbaik bagi
suami adalah untuk segera memenuhi kebutuhan
fitrah istrinya tersebut. [sumber: seks-islam]

Pentingnya “Prolog” Dalam Hubungan Suami Istri

islampos.com—DALAM Islam, salah
satu unsur terpenting ketika
melakukan jima (hubungan suami istri)
adalah pendahuluan atau pemanasan
yang dalam bahasa asing disebut
foreplay ( isti’adah ). Karena dianggap
sangat penting inilah, pemanasan
sebelum berjima’ juga diperintahkan
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi
Wasallam . Beliau bersabda:
“Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya
seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan
pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu,” (HR. At-Tirmidzi).
Ciuman Suami Istri
Ciuman dalam hadits diatas tentu saja dalam makna yang
sebenarnya. Bahkan, Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam,
diceritakan dalam Sunan Abu Dawud, mencium bibir Aisyah dan
mengulum lidahnya. Dua hadits tersebut sekaligus mendudukan
ciuman antar suami istri sebagai sebuah kesunahan sebelum
berjima’ .
Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya
kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis
sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling
mengigit bibir denganmu,” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim
(II:1087).
Rayuan Yang Membangkitkan Gairah
Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan
yang dapat memikat pasangan, menambah kemesraan dan
merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat
rayuan yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram
diucapkan kepada selain istrinya.
Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan
adalah sentuhan mesra. Bagi pasangan suami istri, seluruh
bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk
kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’.
Demikian Ibnu Taymiyyah berpendapat.
Syaikh Nashirudin Al-Albany, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-
Hanbali dalam kitabnya yang masih berbentuk manuskrip, Al-
Kawakbu Ad-Durari,
“Diperbolehkan bagi suami istri untuk melihat dan meraba
seluruh lekuk tubuh pasangannya, termasuk kemaluan. Karena
kemaluan merupakan bagian tubuh yang boleh dinikmati dalam
bercumbu, tentu boleh pula dilihat dan diraba. Diambil dari
pandangan Imam Malik dan ulama lainnya.”
Berkat kebesaran Allah, setiap bagian tubuh manusia memiliki
kepekaan dan rasa yang berbeda saat disentuh atau dipandangi.
Maka, untuk menambah kualitas jima’, suami istri diperbolehkan
pula menanggalkan seluruh pakaiannya. Dari Aisyah , ia
menceritakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalam satu
bejana…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya
suami istri mengetahui dengan baik titik-titik yang mudah
membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka
diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan santai antara
pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut, agar
menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.
Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’
untuk mendesah. Karena desahan adalah bagian dari
meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada
seorang qadhi yang menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri
meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun
tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru
berkata, “Lakukan seperti yang kemarin.” [sa/islampos/
muslimahzone/berbagaisumber]

Hukum Suami yang Minum Air Susu Istri

islampos.com—TAK
ada yang tidak
transparan dalam
Islam, termasuk
soal urusan
ranjang. Sepanjang
tidak terkait dengan
deskripsi praktik
dan detil, maka
semua terbuka, dan
dibolehkan untuk
dibicarakan.
Satu hal yang mungkin tak akan bisa terhindarkan dalam
hubungan suami istri adalah percumbuan sebelum dan ketika
melakukan hubungan yang dalam Islam ini sangat suci.
Bagaimana jika istri kemudian tengah berada dalam kondisi
menyusui?
Dibolehkan bagi suami untuk menghisap puting istrinya. Bahkan
hal ini dianjurkan, jika dalam rangka memenuhi kebutuhan
biologis sang istri. Sebagaimana pihak lelaki juga menginginkan
agar istrinya memenuhi kebutuhan biologis dirinya.
Adapun ketika kondisi istri tengah menyusui bayi, kemudian
suami minum susu istri, para ulama ada bebarapa pendapat di
sebagian kalangan.
Madzhab Hanafi berselisih pendapat. Ada yang mengatakan boleh
dan ada yang me- makruh-kan.
Dalam Al-Fatawa al-Hindiyah (5/356) disebutkan, “Tentang hukum
minum susu wanita , untuk laki-laki yang sudah baligh tanpa ada
kebutuhan mendesak, termasuk perkara yang diperselisihkan
ulama belakangan.”
Dalam Fathul Qadir (3/446) disebutkan pertanyaan dan jawaban,
“Bolehkah menyusu setelah dewasa? Ada yang mengatakan tidak
boleh. Karena susu termasuk bagian dari tubuh manusia,
sehingga tidak boleh dimanfaatkan, kecuali jika terdapat
kebutuhan yang mendesak.”
Sikap yang lebih tepat adalah suami berusaha agar tidak minum
susu istri dengan sengaja, karena dua hal:
1. Keluar dari perselisihan ulama. Karena ada sebagian
yang melarang, meskipun hanya dihukumi makruh .
2. Perbuatan ini menyelisihi fitrah manusia.
Suami yang pernah minum susu istrinya, tidaklah menyebabkan
dirinya menjadi anak persusuan bagi istrinya.
Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin mengatakan:
“Menyusui orang dewasa tidak memberi dampak apapun, karena
menyusui seseorang yang menyebabkan adanya hubungan
persusuan adalah menyusui sebanyak lima kali atau lebih dan
dilakukan di masa anak itu belum usia disapih. Adapun
menyusui orang dewasa tidak memberikan dampak apapun. Oleh
karena itu, andaikan ada suami yang minum susu istrinya, maka
si suami ini TIDAK kemudian menjadi anak
sepersusuannya,” (Fatawa Islamiyah, 3/338). Wallohu alam bi
shawwab. [sa/islampos]
Terkait:

Berapa Lama Batas Tidak Berhubungan Suami Istri

Berapa Lama Batas Tidak Berhubungan Suami Istri

islampos.com

—BUKAN hanya kualitas,Islam juga memperhatikan kuantitas dalam bermesraan dengan pasangan. Bukan hanya untuk suami, tapi juga untuk istri.

Pada zaman khalifah Umar bin Khatthab Radhiyallaahu ‘Anhu
pernah terjadi kisah yang menggambarkan derita seorang istri
yang merindukan sentuhan suaminya, sementara suaminya
sedang tidak berada di sisinya karena tengah mengemban tugas
berjihad di medan perang. Diriwayatkan suatu malam
Khalifah Umar bin Khatthab Radhiyallaahu ‘Anhu tengah
melakukan perjalanan keliling Madinah yang mana hal demikian
sering dilakukannya semenjak ia menjabat khalifah. Ketika
melintasi suatu rumah yang terkunci, sekonyong-konyong Umar
bin Khatthab Radhiyallaahu ‘Anhu mendengar  seorang
perempuan Arab berkata :
Malam kian larut berselimut gulita
Telah sekian lama kekasih tiada kucumbu
Demi Allah, sekiranya bukan karena mengingat-Mu
Niscaya ranjang ini berguncang keras
Namun, duhai Rabbi…
Rasa malu telah menghalangiku
Dan suamiku itu…
Terhormat lagi mulia
Pantang kendaraannya dijamah orang
Setelah itu perempuan itu menghela nafas dalam-dalam seraya
berkata “Alangkah sepinya, betapa lama suamiku meninggalkan
diriku…”
Umar pun terpaku mendengar tuturan perempuan itu lalu ia
bergumam “Semoga Allah merahmatimu.” Lalu keesokan harinya
Umar membawakan pakaian dan sejumlah uang untuk wanita itu.
Lalu ia mencari tahu perihal suami wanita itu. Menurut informasi
yang diterimanya, suami wanita itu sedang berjihad fi sabilillah
di medan perang, Umar pun menulis surat kepada suami wanita
tersebut dan menyuruhnya pulang.
Selanjutnya Umar mendatangi putrinya Hafshah dan bertanya
“Wahai putriku, berapa lamakah seorang perempuan tahan
berpisah dengan suaminya?”
“Subhaanallah ! Orang seperti engkau bertanya kepada anak
sepertiku mengenai masalah seperti ini?” jawab Hafshah.
“Kalau bukan karena aku ingin mengatasi persoalan kaum
muslimin aku tidak akan bertanya kepadamu,” kata Umar.
Lalu Hafshah menjawab, “Bisa sebulan, dua bulan atau tiga
bulan. Setelah empat bulan ia tidak akan mampu lagi bersabar.
Riwayat lain menyebutkan “Lima bulan, enam bulan.”
Maka sejak saat itu, khalifah Umar bin Khatthab Radhiyallaahu
‘Anhu menetapkan jangka waktu itu sebagai ukuran lamanya
pengiriman pasukan ke medan perang. ( Manaqib Umar Bin
Khatthab karya Ibnul Jauzi).
Demikianlah banyak pelajaran penting yang dapat dari sepenggal
kisah diatas, khususnya bagi kaum laki-laki yang sudah beristri,
agar tidak mengabaikan hak sang istri, karena ada Hak Istri Atas
Suami. Jika memang keadaan yang mengharuskan sang suami
bepergian, maka usahakanlah pada waktu-waktu tertentu yang
tidak terlalu lama untuk “melihat” istrinya, jika tidak
memungkinkan, maka sebaiknya istrinya juga diboyong, karena
dengan yang demikian itu, hati akan menjadi tenang insyaAllah.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir,” (QS. 30:21).
Demikian Islam tidak memandang remeh permasalahan yang satu
ini, karena urusan hubungan suami istri juga merupakan perkara
ibadah. [sa/islampos/semilir hati]

Pengorbanan Istri Yang Sering Tidak Disadari Suami

Pengorbanan Istri Yang Sering Tidak Disadari suami

“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah
wanita shalihah”. (HR. Muslim).
WANITA adalah karunia terindah yang ada dan penting di dunia,
tapi banyak perjuangan dan pengorbanan wanita tidak di ketahui
pria.
1. Ketika suami menikah lagi dan perempuan berusaha menerima
(karena alasan ekonomi atau agama atau alasan apapun), ia akan
duduk sendiri di setiap malam dalam gelap kamar saat suaminya
tengah mendekap mesra seorang perempuan lain di ranjang lain.
Ia akan (mungkin) menangis karena terluka, tapi demi anak-anak
ia akan berusaha menerimanya dengan sabar.
2. Sebagai isteri ia siap mengorbankan impian-impiannya demi
mengurus suami (yang kadang bersifat kekanak-kanakan dan
minta diurus) dan anak-anak yang bandel.
3. Ketika suami mencela masakannya, ia akan bersusah payah
belajar masak dari siapapun untuk bisa menghidangkan makanan
dengan rasa terbaik pada suami dan anak-anaknya.
4. Ia bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Jam kerjanya tak
berbatas. Ia bangun ketika siapapun di rumah belum bangun,
mulai bekerja, memasak, membersihkan rumah, mencuci
pakaian, lalu mengurus suami sebelum pergi kerja, mengurus
anak-anak berangkat sekolah, ketika pakaian kering di jemuran ia
akan mengangkatnya dan menyetrika dengan rapi.
5. Kemudian setelah begitu capek mengurus rumah tangga,
malam giliran memenuhi ini itu suaminya. Mulianya seorang
isteri adalah: tukang masak, tukang cuci, cleaning service, babu
dan penghibur suaminya digabung jadi satu.
6. Ketika suaminya menginginkan punya anak 4, 5, 6 atau 9 orang,
ia sebagai isteri harus siap menderita mengandung anak dan
bertarung nyawa melahirkannya. Suami kadang tidak terlalu
paham penderitaan macam begini karena mereka tidak
mengalaminya
7. Meski laki-laki tak paham benar, tapi Allah Maha Mengerti,
karena itulah ia memberi reward pada pengorbanan perempuan.
Bagi yang meninggal karena melahirkan anak, Tuhan langsung
memberinya surga. Bagi isteri yang setia bekerja mengurus
rumah tangganya, dengan sabar dan ikhlas, maka silahkanlah ia
masuk surga dari pintu mana saja ia suka.
Mulialah wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi
keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia
wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan
wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya,
“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah
wanita shalihah”. (HR. Muslim). [kisahislami]

FPI SIAP BUBARKAN PAKSA AJANG KONTES MISS WORD DI INDONESIA

FPI Siap Bubarkan Ajang Miss World Apapun Resikonya

Salah satu poin penting hasil dari Munas FPI yang ketiga pada 24 Agustus lalu adalah peserta
Munas sepakat untuk menolak digelarnya ajang Miss World berlangsung di Indonesia dan
mendesak pemerintah untuk membatalkan digelarnya ajang pamer aurat tersebut.

Habib Rizieq sebagai Imam besar ormas Amar Ma’ruf Nahi Munkar Front Pembela Islam dengan tegas menyatakan bahwa ormas yang ia pimpin menolak dengan keras diselenggarakannya kontes Ratu kecantikan sedunia itu. Menurutnya tidak ada manfaatnya gelaran acara ajang pamer aurat itu diselenggarakan di Indonesia.

Dalam orasinya pada acara puncak Munas FPI pada hari Ahad kemarin (25/8/2013) di markas
besarnya jalan Petamburan Tanah Abang Jakarta, Habib Rizieq menyinggung adanya upaya
pemindahan lokasi ajang Miss World ke wilayah Indonesia yang berpenduduk minoritas Muslim jika gelaran acara itu batal dilakukan di Jakarta dan Bogor karena ada penolakan masyarakat.

“Saya ingatkan kepada pemerintah indonesia jangan coba-coba berkilah bahwa yang menolak Miss World hanya daerah yang berpenduduk mayoritas Muslim sehingga kemudian menjadikan Bali yang berpenduduk mayoritas non Muslim, sebagai lokasi digelarnya ajang Miss World.

Pemerintah mesti paham bahwa Bali bagian dari Indonesia. Bali bagian dari NKRI, Bali bukan
berdiri sendiri. Bali tidak boleh eklusif, kita tidak rela Bali hanya menjadi pulau maksiat karena Bali bagian dari NKRI,” tegas Habib Rizieq dalam orasinya di depan ribuan massa FPI.
Beliau juga menyerukan kepada seluruh anggota FPI agar di daerah masing-masing menggelar aksi demonstrasi secara massif menolak digelarnya ajang Miss World berlangsung di seluruh wilayah Indonesia. Lebih khusus lagi Habib Rizieq meminta FPI Jawa Timur melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh di Bali agar mau ikut serta mendukung penolakan ajang Miss World.

“Dengan segala apapun yang bisa kita lakukan maka kita wajib bubarkan acara Miss World. Jika pemerintah memaksakan kehendaknya untuk tetap menggelar acara maksiat tersebut, saya siap tanggung jawab dunia akhirat kalau acara Miss World dibubarkan oleh masyarakat dan pemerintah tidak usah kemana-kemana mencari provokatornya, ada di sini Habib Rizieq yang siap pasang badan,” tantang beliau.[fq/islampos]

Minggu, 25 Agustus 2013

Muslimina: Apa yang akan terjadi apabila semua tanda Kedatangan Imam Mahdi sudah Muncul ?

Muslimina: Apa yang akan terjadi apabila semua tanda Kedatangan Imam Mahdi sudah  Muncul ?

Tanda Terakhir yang MEMBUAT Para Ulama dan Ahli Hadist di seluruh Timur Tengah
MERINDING dan BERGETAR ialah Sudah Mengeringnya SUNGAI EUFRAT dan Di Temukannya
cadangan Emas yang Sangat melimpah di dasarnya oleh Satelit NASA, lalu nanti akan
Menimbulkan Konflik dan Peperangan sehingga dari 100 orang yg berperang 99 akan tewas dan hanya 1 yang selamat.

Namun menyongsong hari kiamat tersebut muncul peristiwa-peristiwa besar yang disebut
dengan asyrothus saa’ah (tanda-tanda hari kiamat). Para ulama pun menjelaskan bahwa tanda-tanda kiamat itu ada dua macam yaitu tanda shughro (kecil) dan tanda kubro (besar).
Dan sebenarnya dapat pula tanda tersebut dirinci menjadi empat macam.

Pertama, tanda shughro yang pernah terjadi dan telah berakhir. Contohnya adalah diutusnya
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan terbelahnya bulan.

Kedua, tanda shughro yang terus menerus terjadi dan berulang. Contohnya adalah
menyerahkan amanah kepada orang yang bukan ahlinya, muncul para pendusta yang mengaku sebagai nabi, muncul wanita-wanita yang berpakaian namun hakekatnya telanjang dan merebaknya perzinaan.

Ketiga, tanda shughro yang sudah terjadi. Contohnya adalah tanah Arab akan menjadi subur
dan penuh pengairan, turunnya salju di Padang Pasir di Arab.
Keempat, tanda kubro, artinya bila tanda-tanda ini muncul, maka kiamat sebentar lagi akan
tiba. Di antara tanda tersebut adalah munculnya Imam Mahdi, Dajjal, turunnya Nabi ‘Isa ke
dunia, dan keluarnya Ya’juj-Ma’juj.

Tanda Kiamat Besar lainnya yang Sudah Muncul yakni Ketika ada yang menanyakan, “Mengapa kita harus mengetahui dan mengenal tanda-tanda hari kiamat ? Buat apa kita Perduli mengenai Tanda-tanda Kiamat ? Ingat, mengenalnya bukanlah hanya untuk menambah wacana. Namun ada beberapa alasan kita mesti mengenalnya.
Pertama: Mengenal tanda-tanda hari kiamat merupakan bagian dari beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena bagaimana mungkin seorang hamba dikatakan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, namun tidak membenarkan berita keduanya?! Padahal Allah Ta’ala berfirman

, َﻚِﻟَﺫ ُﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ َﺐْﻳَﺭ ﻻ ِﻪﻴِﻓ ﻯًﺪُﻫ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ,َﻦﻴِﻘَّﺘُﻤْﻠِﻟ ِﺐْﻴَﻐْﻟﺎِﺑ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻳ

“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
gaib.” (QS. Al Baqarah: 2-3).

Kedua: Mengenal tanda-tanda tersebut juga merupakan bagian dari rukun iman –yaitu beriman kepda hari akhir-. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan mengenai definisi iman,

ْﻥَﺃ َﻦِﻣْﺆُﺗ ِﻪِﺘَﻜِﺋَﻼَﻣَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ِﻪِﺒُﺘُﻛَﻭ ِﻡْﻮَﻴْﻟﺍَﻭ ِﻪِﻠُﺳُﺭَﻭ َﻦِﻣْﺆُﺗَﻭ ِﺮِﺧﻵﺍ ِﻩِّﺮَﺷَﻭ ِﻩِﺮْﻴَﺧ ِﺭَﺪَﻘْﻟﺎِﺑ

“Iman adalah engkau beriman
pada Allah, pada malaikat-Nya, pada kitab-kitab-Nya, pada para Rasul-Nya, pada hari akhir danengkau beriman pada takdir yang baik dan buruk.”

Ketiga: Semakin mengenal tanda-tanda tersebut akan semakin memperkokoh keimanan
seseorang pada hari kiamat.
Selanjutnya kita akan melihat beberapa penjelasan mengenai tanda-tanda kiamat kubro. Karena tanda-tanda ini yang biasa diperselisihkan oleh Ahlus Sunnah dan aliran yang menyimpang. Kita akan mengkaji empat peristiwa besar yaitu kedatangan Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam, keluarnya Dajjal, dan keluarnya Ya’juj-Ma’juj.

Tanda Kubro Pertama: Kedatangan Imam Mahdi yang Dinanti-nanti Makna Mahdi Mahdi berarti orang yang diberi petunjuk dan dalam bahasa Arab mahdi masuk dalam kategori isim maf’ul.Makna ini sebagaimana terdapat dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah,

ِﺔَّﻨُﺳَﻭ َﻦﻳِﺪِﺷﺍَّﺮﻟﺍ ِﺀﺎَﻔَﻠُﺨْﻟﺍ َﻦﻴِّﻳِﺪْﻬَﻤْﻟﺍ

“Dan sunnah para Khulafa’ rosyidin (yang mendapat petunjuk dalam beramal),
mahdiyin (yang mendapat petunjuk ilmu).” Ibnul Atsir mengatakan, “Yang dimaksud al mahdi
dalam hadits ini adalah orang yang diberi petunjuk pada kebenaran. Mahdi kadang menjadi
nama orang bahkan sudah seringkali digunakan seperti itu. Begitu pula Al Mahdi juga bermakna orang yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akan muncul di akhir zaman.

Juga mahdi bisa dimaksudkan dengan Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali radhiyallahu
‘anhum. Bahkan mahdi juga bisa bermakna lebih luas, yaitu siapa saja yang mengikuti jalan
hidup mereka dalam beragama.”
Namun yang dimaksudkan dengan Mahdi dalam pembahasan kali ini adalah Imam Mahdi yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan datang di akhir zaman. Dia akan menguatkan agama ini dan menyebarkan keadilan. Kaum muslimin dan kerajaan Islam akan berada di bawah kekuasaannya.
Imam Mahdi berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia hidup di zaman Nabi Isa ‘alaihis salam turun dan di masa keluarnya Dajjal. Beberapa Pendapat Mengenai Siapakah Imam Mahdi Ibnul Qayim rahimahullah mengatakan, “Hadits-hadits yang membicarakan tentang Imam Mahdi ada empat macam. Ada yang shahih, ada yang hasan, ada yang ghorib dan ada pula yang maudhu’ (palsu).“ Dari sini, manusia berselisih pendapat siapakah Imam Mahdi yang sebenarnya.....???

Pendapat pertama, mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah Al Masih ‘Isa bin Maryam. Itulah
Imam Mahdi yang sebenarnya menurut mereka. Mereka beralasan dengan hadits dari
Muhammad bin Kholid Al Jundi, namun hadits tersebut adalah hadits yang tidak shahih.
Seandainya pun shahih, itu bukanlah dalil untuk mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah Nabi ,Isa ‘alaihis salam. Karena Nabi ‘Isa tentu saja lebih pantas disebut Mahdi (karena asal makna mahdi adalah yang diberi petunjuk, -pen) daripada Imam Mahdi itu sendiri.

Nabi ‘Isa itu diutus
sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau akan turun lagi menjelang hari
kiamat.Sebagaimana pula telah diterangkan dalam hadits yang shahih dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bahwa Nabi ‘Isa ‘alaihis salam akan turun di menara putih, sebelah timur
Damaskus. ‘Isa pun akan turun dan berhukum dengan Kitabullah (Al Qur’an), beliau akan
membunuh orang Yahudi dan Nashrani, menghapuskan jizyah dan akan membinasakan
golongan-golongan yang menyimpang.
Pendapat kedua, Imam Mahdi adalah pemimpin di masa Bani Al ‘Abbas dan masa tersebut
sudah berakhir. Namun hadits-hadits yang membicarakan hal tersebut seandainya shahih, itu
bukanlah dalil bahwa Imam Mahdi yang memimpin Bani Al ‘Abbas adalah Imam Mahdi yang
akan muncul di akhir zaman. Ibnul Qayyim mengatakan, “Dia memang mahdi (karena asal
makna mahdi adalah yang diberi petunjuk, namun dia bukan Imam Mahdi yang akan muncul di
akhir zaman, pen). Sebagaimana ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz adalah mahdi (yang diberi petunjuk) dan
sebenarnya beliau lebih pantas disebut mahdi daripada penguasa Bani Al ‘Abbas.”
Pendapat ketiga, Imam Mahdi adalah seseorang yang berasal dari keturunan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, keturunan Al Hasan bin ‘Ali. Dia akan datang di akhir zaman di saat zaman
penuh dengan kezholiman. Lalu Imam Mahdi datang dengan membawa keadilan. Inilah Imam Mahdi yang dimaksudkan dalam banyak hadits. Adapun hadits-hadits yang membicarakan mengenai Imam Mahdi, sebagian sanadnya ada yang dho’if dan ghorib. Namun hadits-hadits tersebut saling menguatkan satu dan lainnya. Inilah yang menjadi pendapat Ahlus Sunnah dan inilah pendapat yang benar.

Ibnul Qayyim kemudian menjelaskan, “Adapun Rofidhoh (Syi’ah Al Imamiyah), mereka memiliki pendapat yang keempat. Mereka berpendapat bahwa Imam Mahdi adalah Muhammad bin Al Hasan Al ‘Askariy Al Muntazhor (yang dinanti-nanti). Dia merupakan keturunan Al Husain bin Ali, bukan dari keturunan Al Hasan bin ‘Ali (sebagaimana yang diyakini Ahlus Sunnah, -pen).

Dia akan hadir di berbagai negeri tetapi tidak kasatmata, dia akan mewariskan tongkat dan
menutup padang sahara. Dia akan masuk Sirdab Samira’ semasa kanak-kanak sejak lebih dari
500 tahun. Kemudian tidak ada satu pun melihatnya setelah itu. Dan tidak pernah diketahui
berita, begitu pula jejaknya. Namun, setiap hari orang-orang Rafidhah selalu menanti dengan
tunggangan kuda di pintu Sirdab. Mereka sering berteriak agar Imam Mahdi tersebut dapat
keluar menemui mereka. Mereka memanggil, “Wahai tuan kami, keluarlah.” Namun mereka pun pulang dengan tangan hampa, tidak mendapatkan apa-apa. Usaha mereka yang begitu giat, hanya sia-sia belaka.”

Nama Imam Mahdi adalah Muhammad, sedangkan nama ayahnya adalah ‘Abdullah. Jadi, nama Imam Mahdi dan nama ayahnya sama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُﺐَﻫْﺬَﺗ َﻻ ﻰَّﺘَﺣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ٌﻞُﺟَﺭ َﺏَﺮَﻌْﻟﺍ َﻚِﻠْﻤَﻳ ْﻦِﻣ ِﻞْﻫَﺃ ﻰِﺘْﻴَﺑ ُﻪُﻤْﺳﺍ ُﺊِﻃﺍَﻮُﻳ ﻰِﻤْﺳﺍ

“Dunia ini tidak akan sirna hingga seorang pria dari keluargaku yang
namanya sama dengan namaku (yaitu Muhammad) menguasai Arab.” Maksud bahwa orang
tersebut akan menguasai Arab adalah ia akan menguasai non Arab juga. Ath Thibi mengatakan, “Dalam hadits di atas tidak disebutkan non Arab, namun mereka tetap termasuk dalam hadits tersebut. Jika dikatakan menguasai Arab, maka itu berarti juga menguasai non Arab karena Arab dan non Arab adalah satu kata dan satu tangan.” Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai Imam Mahdi,

ْﻦِﻣ ِﻞْﻫَﺃ ﻰِﺘْﻴَﺑ ُﻪُﻤْﺳﺍ ُﺊِﻃﺍَﻮُﻳ ِﻪﻴِﺑَﺃ ُﻢْﺳﺍَﻭ ﻰِﻤْﺳﺍ ﻰِﺑَﺃ َﻢْﺳﺍ

“Dia berasal dari keluargaku. Namanya (yaitu Muhammad) sama dengan namaku. Nama ayahnya (yaitu ‘Abdullah) pun sama dengan nama ayahku.” Imam Mahdi berasal dari keturunan Fathimah, putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُّﻯِﺪْﻬَﻤْﻟﺍ ْﻦِﻣ ْﻦِﻣ ﻰِﺗَﺮْﺘِﻋ َﺔَﻤِﻃﺎَﻓ ِﺪَﻟَﻭ

“Imam Mahdi adalah dari keluargaku dari keturunan Fathimah.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu dari jalur Fathimah. Inilah pendapat yang tepat. Oleh karena itu, nama Imam Mahdi –sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir- adalah:

ٌﺪَّﻤَﺤُﻣ ُﻦْﺑ ﻱِﻮَﻠَﻌﻟﺍ ِﻪﻠﻟﺍ ِﺪْﺒَﻋ ﻲِﻤِﻃﺎَﻔﻟﺍ ﻲِﻨَﺴَﺤﻟﺍ

Muhammad bin Abdullah Al ‘Alawi (keturunan Ali bin Abu Tholib) Al Fathimiy (keturunan
Fatimah binti Muhammad) Al Hasaniy (keturunan Hasan bin ‘Ali). Waktu Munculnya Imam Mahdi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َﻻ ْﻭَﺃ ُﺐَﻫْﺬَﺗ ﻰِﻀَﻘْﻨَﺗ َﻻ ﻰَّﺘَﺣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ٌﻞُﺟَﺭ َﺏَﺮَﻌْﻟﺍ َﻚِﻠْﻤَﻳ ْﻦِﻣ ِﻞْﻫَﺃ ﻰِﺘْﻴَﺑ ُﻪُﻤْﺳﺍ ُﺊِﻃﺍَﻮُﻳ ﻰِﻤْﺳﺍ

“Dunia tidak akan lenyap atau tidak akan sirna hingga
seseorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sama dengan namaku.” Ibnu Katsir mengatakan, “Imam Mahdi akan muncul di akhir zaman.

Saya mengira bahwa munculnya Imam Mahdi adalah sebelum turunnya Nabi ‘Isa, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang menyebutkan hal ini.” Sifat Fisik Imam Mahdi Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُّﻯِﺪْﻬَﻤْﻟﺍ ﻰِّﻨِﻣ ﻰَﻠْﺟَﺃ ِﺔَﻬْﺒَﺠْﻟﺍ ﻰَﻨْﻗَﺃ ِﻒْﻧَﻷﺍ

“Imam Mahdi adalah keturunanku. Dahinya lebar (atau rambut kepala bagian depannya
tersingkap) dan hidungnya mancung.” Al Qori’ dalam mengatakan, “Hidung beliau tidaklah pesek karena bentuk hidung semacam ini kurang disukai.” Di Masa Imam Mahdi akan Tersebar Kemakmuran dan Keadilan Di masa Imam Mahdi akan penuh dengan keadilan dan kemakmuran,berbeda dengan masa-masa sebelumnya.

Di zaman beliau, harta begitu melimpah, banyak ditumbuhi tanaman dan semakin banyak
hewan ternak. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُّﻯِﺪْﻬَﻤْﻟﺍ ﻰِّﻨِﻣ ﻰَﻠْﺟَﺃ ِﺔَﻬْﺒَﺠْﻟﺍ ﻰَﻨْﻗَﺃ ُﻸْﻤَﻳ ِﻒْﻧَﻷﺍ َﺽْﺭَﻷﺍ ﺎًﻄْﺴِﻗ ًﻻْﺪَﻋَﻭ ْﺖَﺌِﻠُﻣ ﺎَﻤَﻛ ﺍًﺭْﻮَﺟ ُﻚِﻠْﻤَﻳ ﺎًﻤْﻠُﻇَﻭ َﻊْﺒَﺳ َﻦﻴِﻨِﺳ

“Imam Mahdi berasal dari keturunanku. Beliau memiliki dahi yang lebar dan hidung yang
mancung. Di masanya, akan tersebar keadilan di muka bumi, sebagaimana sebelumnya penuh dengan kezholiman dan kelaliman. Beliau akan berkuasa selama 7 tahun.”

Allahu 'allam

Pudar by Rossa

Kurasakan pudar dalam hatiku
Rasa cinta yang ada untuk dirimu
Kulelah dengan semua yang ada
Inginku lepas semua.

Setan dalam hati ikut bicara
Bagaimana kalau kuselingkuh saja
Kupunya banyak teman prempuan
Sepertinya kukan bahagia.

Mestinya kau cari pengganti diriku saja
Karena kita sudah tak saling bicara
Pastikan cerita tentang kita yang telah lalu
Hanya ada dalam ingatan hatimu
Maafkan aku jika kau kecewa.

Bintangmu bukanlah untuk diriku
Jika memang semua kan jadi cerita
Kutahu kau semakin terluka
Kurasakan pudar dalam hatiku.

Rasa cinta yang ada untuk dirimu
Kulelah dengan semua yang ada
Inginku lepas semua.

Setan dalam hati ikut bicara
Bagaimana kalau kuselingkuh saja
Kupunya banyak teman lelaki
Sepertinya kukan bahagia

10 Janji Allah Kepada Yang Ingin Berkahwin

Apabila seorang muslim baik lelaki atau wanita akan berkahwin, biasanya akan timbul
pelbagai perasaan akan timbul. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk juga
tidak sabar menunggu datangnya si pendamping. Bahkan ketika dalam proses taaruf
sekalipun masih ada juga perasaan keraguan.
Inilah khabar gembira berupa janji Allah bagi orang yang akan berkahwin. Bergembiralah
wahai saudaraku…
1. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk lelaki yang keji, dan lelaki yang keji adalah
buat wanita-wanita yang keji (pula),dan wanita-wanita yang baik adalah untuk lelaki yang
baik dan lelaki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (An Nuur : 26)
Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai dengan
ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah lelaki yang soleh, jadilah wanita yang solehah.
Semoga Allah memberikan hanya yang baik buat kita. Amin.
2. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurniaNya. Dan Allah Maha Luas
(Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32)
Sebahagian para pemuda ada yang merasa bingung dan bimbang untuk berkahwin. Salah
satu sebabnya adalah kerana belum mempunyai pekerjaan. Dan yang telah mempunyai
pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebahagian mereka tetap ragu nilai
gajinya. Dalam fikiran mereka, “apakah gaji ini cukup untuk berkeluarga dengan gaji
sekian?”.
Ayat tersebut merupakan jawapan buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jinjang
pernikahan kerana alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada para pemuda dalam
masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah, dan terus bekerja mencari
nafkah memenuhi keperluan keluarga.
Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, apabila tanggungjawab
para pemuda bertambah dengan kewajipan memberi nafkah kepada isteri dan anak-
anaknya, maka Allah akan memberikan rezeki yang lebih. Tidakkah kita lihat
kenyataannya di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak mempunyai apa-
apa ketika berkahwin, kemudian Allah memberinya rezeki yang berlimpah dan
mencukupkan keperluannya?
3. “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, iaitu seorang mujahid fi
sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang
menikah kerana ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi,
Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)
Bagi siapa sahaja yang berkahwin dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka berhak
mendapatkan pertolongan dari Allah berdasarkan penegasan Rasulullah dalam hadits ini.
Dan pertolongan Allah itu pasti datang.
4. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Ar Ruum : 21)
5. “Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, nescaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’ “. (Al Mu’min : 60)
Ini juga janji Allah ‘Azza wa Jalla, bila kita berdoa kepada Allah nescaya akan
diperkenankan-Nya. Termasuk di dalamnya ketika kita berdoa memohon diberikan
pendamping hidup yang agamanya baik, cantik, taat, dan sebagainya.
Dalam berdoa, perhatikan adab dan sebab terkabulnya doa. Diantaranya adalah ikhlas,
bersungguh-sungguh, merendahkan diri, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan,
dan lain – lain.
Perhatikan juga waktu-waktu yang mustajab dalam berdoa. Diantaranya adalah berdoa
pada waktu sepertiga malam yang terakhir dimana Allah ‘Azza wa Jalla turun ke langit
dunia, dan pada waktu antara azan dan iqamah, Perhatikan juga penghalang terkabulnya
doa. Diantaranya adalah makan dan minum dari sumber yang haram, dan berpakaian
dari usaha yang haram serta melakukan apa yang diharamkan Allah, Manfaat lain dari
berdoa bererti kita meyakini keberadaan Allah, mengakui bahawa Allah itu tempat
meminta, mengakui bahawa Allah Maha Kaya, dan mengakui bahawa Allah Maha
Mendengar.
Sebahagian orangapabila jodohnya tidak kunjung datang maka mereka pergi ke dukun-
dukun berharap agar jodohnya lancar. Cara seperti ini jelas dilarang oleh Islam.
Perhatikan hadis-hadis berikut yang merupakan peringatan keras dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Rahsia dan Kelebihan Qailulah

Cuba kita praktikan Sunnah Rasullah s.a.w ini dengan istiqamah. Sabda Rasullah s.a.w
"Lakukanlah Qailulah, kerana sesungguhnya syaitan itu tidak berani Qailulah" (Riwayat
ai-Tabrani)
Apa itu Qailulah ?
Qailulah ialah tidur sebentar pada siang hari.
Bila waktu paling sesuai untuk amalkan Qailulah ?
Mengikut pengalaman mereka yang istiqamah mengamalkan Qailulah, waktu paling baik
ialah antara pukul 12 tengahari sehingga sebelum Zohor. Namun boleh juga dilakukan
selepas Zohor.
Apakah kelebihan atau Kebaikan Qailulah ?
Mengikut kajian, 1 minit Qailulah kualitinya bersamaan dengan 45 minit waktu tidur kita
di waktu malam. Jadi, cukup sekadar dapat 15 minit Qailulah, kita sudah boleh bangun
solat malam tanpa rasa mengantuk, insyaAllah.
Qailulah @ tidur sekejap waktu tengahari akan memudahkan kita untuk bangun malam
dan berqiamulail.
Orang barat memanggil Qailulah sebagai "nap". Di negara barat biasanya "nap" dilakukan
dari pukul 2-4 petang. Hasil kajian menunjukan amalan "nap' waktu tengahari dapat
mengelakkan penyakit jantung.
Menurut kajian lagi, manusia perlu berehat setelah 6-8 jam berjaga. Kita orang Islam akan
bangun seawal jam 5.30 pagi untuk solat subuh. kalau dikira dari waktu subuh hingga
pukul 12-1 tengahari, ia sudah cukup 7-8 jam kita berjaga. Jadi Qailulah @ nap ini adalah
sangat-sangat berpatutan untuk dilakukan pada masa itu. Ia sangat sesuai denga fitrah
badan manusia.
Menurut mereka yang istiqamah mengamalkan Qailulah, sebaik bangkit dari Qailulah,
kita mungkin akan pening sedikit selama 5-20 minit. Tetapi selepas itu, kita akan
mendapati perubahan mendadak dari segi emosi, kecerdasan dan fokus.
Sama-samalah kita amalkan sunnah Qailulah ini. Renung-renungkan dan selamat
beramal.

Selasa, 20 Agustus 2013

Puisi

DOA 2
Ya Allah..
Engkaulah penguasa alam semesta
Engkaulah pemilik segala-galanya
Engkau Dzat yang Maha Berkehendak atas segala kejadian
Jadikan semua kejadian
menambah semakin yakinnya kami kepada-Mu
Wahai Dzat yang Maha Melihat
Sesungguhnya Engkau Maha Melihat segala-galanya
yang nampak atau pun yang tidak nampak
Tiada kesanggupan bagi kami untuk sembunyi dari-Mu
Wahai Dzat yang Maha Mendengar
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui yang kami perlukan,
lebih tahu daripada kami sendiri
Tiada keraguan sama sekali
bahwa sikap-Mu senantiasa sempurna dan bijaksana
Ya Allah…
Takdirkanlah sebaik-baik takdir bagi kami
dan berikan kesanggupan kepada kami
untuk memahami setiap keputusan-Mu
Amin
—————————————————————————————————————————————
AKU INGIN
Aku ingin terbang ke cakrawala
merobek mendung yang mengirimkan gulita
sebelum hujan menumpahkan air mata
Meski angin masih saja tiupkan risau
mengabarkan  remukan-remukan sunyi
yang tertinggal di lipatan-lipatan waktu
saat hari tak selesai mengukir senyum
bersama mimpi dan harapan yang mengapung
Sedang gelisah telah mengajariku pasrah
menapak setiap jejak yang berkarat pada almanak
mengeja ayat-ayat senyap
ketika jejakmu semakin memudar
sisakan duka yang terkapar di ujung sepi
—————————————————————————————————————————————–
SAJAK SUNYI
Menghitung tahun-tahun bersamamu
sunyi seakan begitu lekat pada waktu
mendekap kegalauan
yang bersembunyi di gigil hari
Bersama geliat angin
kucari jejak rindumu
di tiap sudut  reruang musim
agar sebelum senja melipat hari
dapat kulukis selarik pelangi
di sudut hatimu yang paling sepi
2009
—————————————————————————————————————————————
—-
RINDUKU
Rinduku adalah ketabahan matahari
yang rela memberi tempat bagi rembulan
di saat senja menjemput malam
—————————————————————————————————————————————-
DOA
Tuhan,
Ingin kuuntai seribu dzikir
dalam lantunan doa
yang mungkin terlambat kukirim
Meski telah kutapaki lembar-lembar waktu
mengapa aku masih saja selalu gagap
mengeja setiap isyarat
yang Kau kirim kepadaku
2009
—————————————————————————————————————————————
—-
MEMBACA JEJAK SAJAK
Membaca jejak-jejak sajak
jarak serasa semakin kekal
mimpi pun tak sempat mencatat alamat
Sementara aku terus mengambang
melayari air mata
menjemput gelisah
memeram gelombang derita
bersama kenangan yang memuat badai
Kemana lagi kutanamkan gelisahku
selain di ladang-ladang puisi
—————————————————————————————————————————————

KAUKAH ITU
Kaukah itu
yang datang mengetuk kalbu
mengantar segenggam rindu
bagi hati yang beku
Kaukah itu
yang datang mengguncang sukma
mengantar sebongkah rasa
bersama dendam yang membara
—————————————————————————————————————————————
—-
MEMOAR USIA
Senja mengguratkan warna
mencatati setiap musim
pada kalender tua
yang menanggalkan angka demi angka
Usia tak pernah menunggu
meski kadang kita pura-pura tak tahu
sementara keriput kulit tak pernah menipu
waktu terus berputar
kita pun tak bisa tinggal diam
karna hidup yang ada
haruslah kita beri makna
—————————————————————————————————————————————

LALU  WAKTU
Mengenangmu kekasih,
adalah mengenang keceriaan masa kanak
yang selalu berwarna bagai kupu-kupu
Mengenangmu kekasih,
adalah mengenang kegelisahan
yang senantiasa mengharu biru perasaanku
Mengenangmu kekasih,
adalah mengenang kerinduan
yang tak pernah sempat kukabarkan kepadamu
Mengenangmu kekasih,
adalah mengenang sepenggal waktu
yang pernah ada dalam hidupku

Kamis, 15 Agustus 2013

Sejarah Islam Dunia

PEMUDA PEJUANG ISLAM
BUKTI NYATA
KE-ISTIMEWAAN ISLAM SEHARUSNYA DIIKUTI OLEH SEMUA MANUSIA APAPUN AGAMANYA
JEJAK KEGEMILANGAN UMAT ISLAM DALAM PENTAS SEJARAH DUNIA
Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekira 13
abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madienah (622-632M); Masa Daulat
Khulafaur Rasyidin (632-661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah
(750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H
atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masa-masa kejayaan dan puncak
keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah
menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang
lebih 700 tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali
peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.
Pada saat berjayanya peradaban Islam semangat pencarian ilmu sangat kental dalam kehidupan
sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang berkembang menjadi tradisi intelektual secara historis
dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
saw yang kemudian dipahami, ditafsirkan dan dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi' tabiin
dan para ulama yang datang kemudian dengan merujuk pada Sunnah Nabi Muhammad saw.
ERA RASULULLOH SAW (622-632M) DAN PERIODE DAULAT KHULAFAUR RASYIDIN (632-661 M)
Kesuksesan Rasulullah Muhammad Saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya
dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun, 13 tahun langkah persiapan pada periode
Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madienah (Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan
rentang waktu kurang dari satu generasi, dimana beliau Saw telah berhasil memegang kendali
kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia dan
Mesir.
Seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan:
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan
perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat
mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan
umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan
suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau
diperbuat oleh orang lain”.
Masa kerasulan Muhammad Saw pada akhir periode Madienah merupakan puncak (kulminasi)
peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah ayat 3).
Generasi masa itu merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Alloh Swt: “Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Alloh”. (QS. Ali Imran ayat 110).
PERIODE DAULAT UMAYYAH (661-750M)
Masa Kedaulatan Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang Khalifah
besar Bani Umayyah ini adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan (685-
705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717- 720 M) dan Hasyim bin
Abdul Malik (724- 743 M).
Awal berlangsungya periode Daulat Umayyah lebih memprioritaskan pada perluasan wilayah
kekuasaan. Ekspansi wilayah yang sempat terhenti pada masa Khalifah Utsman dan Khalifah Ali
dilanjutkan kembali oleh Daulat Umayyah. Pada zaman Muawiyah, Tunisia ditaklukkan. Di sebelah
Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai
ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel.
Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik. Dia
mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara,
Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai
Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Al-Walid bin Abdul Malik. Masa
pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban, dimana umat Islam
merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun,
tercatat bahwa pada tahun 711 M merupakan suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju
wilayah Barat Daya, benua Eropa. Setelah Al-Jazair dan Marokko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad,
panglima pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko
dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar
(Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran
ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordova, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah
itu kota-kota lain seperti Sevi'e, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru
setelah jatuhnya Cordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena
mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Pada zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee.
Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang
Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi
di luar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping
daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan
Islam pada zaman Bani Umayyah.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan
Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika
Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang
sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di
berbagai bidang. Pada bidang pengembangan keilmuan, Daulat Umayyah mengawalinya dengan
mengeluarkan sebuah kebijakan startegis. Adalah Khalifah Abdul Malik (685-705M) merupakan
Khalifah pertama yang berhasil melakukan berbagi pembenahan administrasi pemerintahan dimana
beliau memerintahkan penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan
dan kenegaraan di seluruh wilayah Islam yang membentang dari Pegunungan Thian Shan di sebelah
Timur sampai Pegunungan Pyrenees di Sebelah Barat termasuk dalam berbagai administrasi
kenegaraan lainnya yang pada perkembangan selanjutnya Bahasa Arab menjadi bahasa umum
sebagai bahasa pengantar dunia (lingua franca), juga menjadi bahasa diplomatik antar Bangsa
diantara Barat dan Timur bahkan berkembang menjadi bahasa ilmiah sampai kepada zaman
renaissance, hingga Roger Bacon (1214-1294 M) dari Oxford ahli pikir Inggeris terbesar itu, menurut
Ecyclopedia Britanica, 1951, volume II, halaman 191-197, mendorong sedemikian rupa untuk
mempelajari Bahasa Arab guna memperoleh pengetahuan yang sangat murni, yang menyatakan
bahwa: “Roger Bacon, placing Averroes beside Aristole and Avicenna, recomends the study of
Arabic as the only way of getting the knowledge which bad versions obscured”, yakni
“menganjurkan mempelajari Bahasa Arab sebagai jalan satu-satunya bagi memperoleh ilmu yang
telah dikaburkan oleh versi-versi yang jelek” sebelumnya.
Kemajuan tradisi intelektual dan ilmu pengetahuan pada zaman Daulat Umayyah di Andalusia
dirasakan oleh masyarakat Eropa. Oliver Leaman menggambarkan kondisi kehidupan intelektual di
sana sebagai berikut:
“….pada masa peradaban agung [wujud] di Andalus, siapapun di Eropa yang ingin mengetahui
sesuatu yang ilmiyah ia harus pergi ke Andalus. Di waktu itu banyak sekali problem dalam literatur
Latin yang masih belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke Andalus maka sekembalinya dari
sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi Islam di Spanyol mempunyai
reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dalam pengetahuan filsafat, sains,
tehnik dan matematika. Ia mirip seperti posisi Amerika saat ini, dimana beberapa universitas
penting berada”.
Pada bidang lainnya, pembangunan yang dilakukan Muawiyah diantaranya mendirikan dinas pos
dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di
sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.
Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri.
Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Khalifah Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium
dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang
tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Keberhasilan Khalifah
Abdul Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) seorang yang berkemauan
keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang
cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara
tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah
lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Pada lapangan perdagangan yakni pada saat peradaban Islam telah menguasai dunia perdagangan
sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M), dimana pesisir lautan Hindia sampai ke Lembah Sind,
sehingga terjalin kesatuan wilayah yang luas dari Timur sampai Barat yang berimplikasi terhadap
lancarnya lalu-lintas dagang di dataran antara Tiongkok dengan dunia belahan Barat pegunungan
Thian Shan melalui Jalan Sutera (Silk Road) yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula jalur
perdagangan melalui Teluk Parsi, Teluk Aden yang menghubungkannya dengan kota-kota dagang di
sepanjang pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung pada
kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”.
PERIODE DAULAT ABBASIYAH (132H/750M s.d. 656H/1258 M)
Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup
lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para
sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode: (1) Periode
Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama; (2) Periode Kedua
(232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama; (3) Periode Ketiga (334 H/945
M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode
ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua; (4) Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M),
masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga
dengan masa pengaruh Turki kedua; (5) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah
bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan
pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Fakta
sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia
Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai
oleh Kekhilafahan Islam.
Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan)
peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. Secara
politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan
politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan
dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam
bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi
pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh
ahli ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama; senang
dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya
dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah
dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah,
yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan
yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa
itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga
dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan
sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah
terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga
dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan
dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.
Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid mencerminkan terjadinya
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan
bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah,
maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang empat
hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam
Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas dari
adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-
bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang
dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia,
farmasi, biologi, fisika dan sejarah.
Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial,
politik dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa,
pengusaha dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural sangat
besar.
Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode kreativitas besar,
karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian membangun
dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan.
Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari sekadar
mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar biasa.
Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan periode pengembangan di
bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman itu telah melahirkan tokoh-tokoh
besar di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai
pusat pendidikan tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di
Cordova, Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana pada saat yang sama
telah mengungguli Eropa yang tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan
kebudayaan dan politik baik dari kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman
kekhilafahan dilakukan dalam kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan-perbe
daan agama dan suku yang plural.
Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan
peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan
penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya
elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat
tersebut, mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah
melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.
Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak hanya
menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji teks-teks itu, memberi
komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut
menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran
Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini
menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga dari proses tersebut
telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh
jadi asing bagi pemikiran Yunani.
Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi kepada
dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder
(mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan
penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut
buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak
menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.
Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada
zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan
berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu
kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al-Fargani, Al-
Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina
(Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang
filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang
ilmu pengetahuan.
Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui dunia
diantaranya:
• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku,
140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur
adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya
penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa
hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan
measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya,
ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina;
• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat
tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling
terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet
Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu
geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih
qui dicitur al-Ya’qubi historiae;
• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri
dan trigonometri).
Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia
modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu
pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi
(pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong
munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.
Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu
pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk
merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak
ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab.
Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun
bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada
zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam
sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya
berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga
mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa
berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih mempergunakan
jam pasir sebagai penentuan waktu.
Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya pada aspek
mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik material. Hal
ini sebagaimana digambarkan oleh William Drapper:
“Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa,
113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana
yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil
dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara
kondisi di London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris
berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan,
melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”.
Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-
Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne.
Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam ke Spanyol
yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun pemerintahan yang berpusat di
Andalusia.
Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah pemerintahan Islam,
peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa internasional yang digunakan
berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad di Timur dan Cordova di Barat, dua
kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-
Raja Asturia telah mendatangkan dua sarjana Islam untuk mendidik ahli warisnya. Sekolah Tinggi
Kedokteran yang didirikan di Perancis (di Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari
Andalusia. Keunggulan ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum
intelektual dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger Bacon
(Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus Perancis pertama dengan gelar Sylvester
II, selama 3 tahun tinggal di Todelo mempelajari ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu
lainnya dari para sarjana Islam.
Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi
pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova.
Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-nama
‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul
Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-
Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana
bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.
Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak
mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen
dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah perguruan tinggi di
Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Adalah
Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan Daniel dari Morley
yang telah menimba ilmu demikian banyak dari para ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan
menggunakannya secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya.
Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke
seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar
dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul
dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang
selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan.
Semaraknya pengembangan ilmu dan pengetahuan di dunia Islam diindikasikan dengan banyaknya
perpustakaan tersebar di kota-kota dan negeri-negeri Islam yang jumlahnya sangat fantastis.
Sejarah mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid buku.
Perpustakaan Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku. Perpustakaan Al Hakim di
Andalusia mempunyai berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku.
Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros (Iran Selatan) buku-bukunya memenuhi 360 kamar.
Sementara ratusan tahun sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik Encyclopedia,
perpustakaan Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia Barat yang paling kaya saat
jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku.
Sejarah juga mencatat bahwa Uskup Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan Penterjemah di
Todelo yang ditujukan guna menterjemahkan sebagian besar karangan sarjana-sarjana Muslim
tentang ilmu pasti, astronomi, kimia, kedokteran, filsafat, dll, dimana waktu yang dibutuhkan untuk
menterjemahkannya yaitu lebih dari satu setengah abad (1135-1284 M).
Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova, Sevilla, Granada dan
Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi seluruh penjuru dunia terlebih
Cordova, Sevilla, Granada yang merupakan bagian dari kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak
memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia
Barat.
PERIODE SETELAH DAULAT ABBASIYAH SAMPAI TUMBANGNYA KEKHILAFAHAN TURKI UTSMANI
Pada masa Khilafah Utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman Khalifah Sulaiman Al-Qanuni
(1520-1566 M) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang pada masanya telah jauh
meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer, sains dan politik.
Pasca berakhirnya keluasaan Daulat Abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut dengan
kepemimpinan Daulat Utsmaniyah. Daulat Utsmaniyah yang juga dikenal dengan sebutan Kesultanan
atau Kekaisaran Turki Ottoman, didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad
kekuasaannya (1299 s.d. 1923) dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan
terpecah menjadi beberapa negara kecil.
Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. Pada puncak
kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi dengan Konstantinopel (sekarang
Istambul) sebagai ibukotanya. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah
satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah
terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20.
Musuh-musuh Islam membutuhkan waktu selama satu abad untuk melepaskan ikatan ideologi Islam
dari tubuh umat Islam, yang pada akhirnya tanggal 3 Maret 1924 M yang bertepatan dengan tanggal
28 Rajab 1342 Hijriah, melalui Mustafa Kemal Attaturk yang merupakan agen Inggris dan anggota
Freemasonry (sebuah organisasi Yahudi), membubarkan institusi Kekhilafahan Islam terakhir di
Turki dan menggantikannya dengan Republik Turki. Maka, sejak saat itu ideologi Islam benar-benar
terkubur ditandai dengan dihilangkannya institusi khilafah oleh majelis nasional Turki dan diusirnya
Khalifah terakhir.
BEBERAPA CATATAN PENTING
Menyimak betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia
terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan yang dicapai Barat
pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Dunia Barat sekarang sejatinya berterima kasih
kepada umat Islam. Akan tetapi pada kenyataannya pihak Barat (non Muslim) telah sengaja
menutup-nutupi peran besar atas jasa para pejuang dan ilmuwan muslim tersebut yang pada
akhirnya terabaikan bahkan sampai terlupakan. Oleh karena itu, umat Islam perlu kembali
menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya yang amat besar bagi
peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya.
Kita dapat menyimak, bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi pada zaman
kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem kekhilafahan, dimana adanya
sistem komando yang terintegrasi secara global yang peranan secara politik sejalan dengan peranan
agama. Kita juga mendapatkan gambaran dalam sejarah bahwa sosok para pemimpin terdahulu
yang shaleh selain sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang
‘ulama wara’ yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya. Pada aspek ini
kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan peradaban Islam yaitu
agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu kendali sistem kekhilafahan dibawah
pimpinan seorang khalifah.
Keberlangsungan sistem kekhilafahan terutama sejak zaman Daulat Umayyah dan Daulat Abbasiyah
walaupun bersifat khalifatul mulk (estapeta kepemimpinan didasarkan pada keturunan/dinasti) yang
adakalanya dipimpin oleh orang shaleh dan sekali waktu dipimpin oleh orang zhalim dan durhaka,
tetapi seburuk-buruk kondisi pada masa kehilafahan, masih jauh lebih baik daripada masa setelah
tercerabutnya kehilafahan, karena pada masa kekhilafahan hukum Islam masih tegak dan ditaati
oleh umat Islam, demikian juga adanya ketaatan terhadap berbagai fatwa para ‘ulama.
Segala hal yang baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi cerminan teladan bagi
kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya dijadikan sebagai pelajaran yang sangat
berharga.
Awal meredupnya peradaban Islam yang terjadi sejak abad ke-8 hijriah (abad 13 M) hingga abad
ke-14 hijriah (abad 20 M) yang telah mengakibatkan proses peralihan dari peradaban Islam ke
keradaban Barat yang ditandai dengan masa pencerahan di dunia Barat serta terjadinya penjajahan,
penaklukan dan aneksasi terhadap negeri-negeri muslim oleh armada perang dari negara-negara
Barat lebih disebabkan oleh melemahnya legitimasi politik dunia Islam karena peran kekhilafahan
cenderung bersifat simbol serta hanya sebatas seremonial saja hingga tumbangnya sistem
kekhilafahan di dunia Islam. Dari situlah kemudian dimulainya hegemoni dunia Barat terhadap
dunia Islam.
Jadi, sesungguhnya faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam bukanlah terletak
pada kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan oleh melemahnya kekuatan umat
Islam yang diakibatkan oleh perbuatan kemaksiatan yang dilakukan. Kemaksiatan terbesar terutama
berupa sikap menyekutukan Alloh Swt (musyrik) dalam beribadah serta tidak memperdulikan lagi
atas berbagai aturan (syari’at) yang diperintahkan-Nya.
Perbuatan maksiat yang dilakukan oleh umat Islam itulah yang telah dikhawatirkan oleh Umar bin
Kaththabr.a. saat beliau menjadi Khalifah, hal ini sebagaimana dapat kita simak dari pesan tertulis
beliau yang pernah disampaikannya kepada Sa’ad bin Abi Waqash ketika akan menghadapi sebuah
pertempuran. Pada surat itu ditulis pesan sebagai berikut:
“Umar bin Kaththab ra. telah menulis sepucuk surat kepada Sa’ad bin Abi Waqash r.a.:
‘Sesungguhnya kami memerintahkan kepadamu dan kepada seluruh pasukan yang kamu pimpin,
agar taqwa dalam segala keadaan, karena taqwa kepada Alloh merupakan seutama-utamanya
persiapan dan strategi paling kuat dalam menghadapi pertempuran. Aku perintahkan pula
kepadamu dan pasukan yang kamu pimpin agar benar-benar menjaga diri dari berbuat maksiat.
Karena maksiat yang engkau perbuat pada saat berjuang lebih aku khawatirkan daripada kekuatan
musuh, sebab engkau akan ditolong Alloh jika musuh-musuh Alloh telah berbuat banyak maksiat,
karena jika tidak demikian kamu tidak akan punya kekuatan sebab jumlah kita tidaklah sebanyak
jumlah pasukan mereka, dimana persiapan mereka berbeda dengan persiapan yang kita lakukan.
Jika kita sama-sama berbuat maksiat sebagaimana yang dilakukan oleh musuh-musuh kita, maka
kekuatan musuh akan semakin hebat. Sangatlah berat kita akan dapat mengalahkan musuh kita jika
hanya mengandalkan pada kekuatan yang kita miliki, kecuali dengan mengandalkan ketaqwaan kita
kepada Alloh dan senantiasa menjaga diri dari berbuat maksiat...” (Lihat : Kitab Al ‘Aqdul Farid jilid
I, hlm. 101; Kitab Nihayatul Arab jilid VI, hlm. 168; Kitab Ikhbarul Umar wa Ikhbaru Abdullah bin
Umar jilid I, hlm. 241-242; Kitab Ikbasu min Ikhbarul Khulafa Ar-Rosyidin hlm 779, serta buku Jihad
tulisan Dr. Mahfudz Azzam, hlm. 28).