Selasa, 22 Desember 2015

Abis dan Orang Gila

Kisah obrolan antara orang gila yang alim dan Abid (ahli ibadah) yang shalih.

Di suatu negeri, hiduplah seorang abid yang selalu bermunajat kepada Allah Ta’ala di setiap hari-harinya. Apabila dia ingat atas dosa-dosanya yang telah lalu, tak jarang dia menangis tersedu-sedu sehingga air matanya membasahi hampir sebagian baju yang dikenakannya. Maklum saja, abid tersebut dulunya adalah seorang yang pernah hidup di lembah hitam yang sudah barang tentu, beraneka macam bentuk kemaksiatan sudah pernah dicicipinya.

Suatu hari, ketika abid tersebut sedang asyik dalam munajatnya dan menangis tersedu-sedu sehingga air matanya membasahi kedua pahanya, lewatlah orang gila melintasi tempat di dekat ahli ibadah tersebut bermunajat.

Dalam munajatnya, abid tersebut berkata:

“Wahai Tuhanku…janganlah masukkan aku ke neraka”.

“Belas kasihanilah aku…bersikap lembutlah kepadaku wahai Tuhanku”.

“Wahai Dzat yang Maha Rahman dan Rahim…jangan siksa aku dengan neraka-Mu”.

“Aku ini sangat lemah wahai Tuhanku…aku pasti tidak akan kuat bertempat di neraka-Mu…oleh karena itu, kasihanilah aku wahai Tuhanku”.

“Wahai Tuhanku…Kulitku ini sangat lembut, pasti tidak akan kuat menahan api neraka-Mu. Oleh karena itu wahai Tuhanku…Kasihanilah aku”.

“Wahai Tuhanku…tulangku sangat rapuh, tidak akan kuat menahan siksaan neraka-Mu, oleh karena itu wahai Tuhanku…Kasihanilah aku”.

Mendengar ucapan abid yang sedang bermunajat tersebut, orang gila yang sedang melintas tadi tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dengan sangat keras sekali.

Ha ha ha ha ha ha…!!

Karena merasa dilecehkan, sambil melotot abid tadi berkata:

“Wahai orang gila…apa yang sedang kamu tertawakan??!!”.

Dengan terkekeh orang gila tadi menjawab:

“Ucapan dalam munajatmu tadi sungguh membuatku tergelitik untuk tertawa”.

Abid menimpali:

“Ucapanku yang mana yang membuatmu tertawa wahai orang gila??!”.

Orang gila tadi menjawab:

“Engkau menangis karena takut dengan neraka…itulah yang membuatku tertawa terbahak-bahak!!”

Abid berkata:

“Apakah engkau tidak takut dengan neraka wahai orang gila??!”.

Sambil kembali tertawa terbahak-bahak orang gila tersebut menjawab:

“Ha ha ha ha ha….Sedikit pun aku tidak takut dengan yang namanya neraka”.

Abid berkata:

“oowwhh….benar, engkau memang benar-benar gila!!”.

Sambil sedikit menahan tawa, orang gila tadi menjawab:

“Kenapa engkau takut dengan neraka wahai abid, sedangkan engkau memiiliki Tuhan Yang Maha Rahman dan Rahim??!, yang rahmat-Nya lebih luas dari apapun juga!!”.

Dengan agak takjub dengan ucapan orang gila tadi, abid tersebut menjawab:

“Sesungguhnya aku memiliki dosa yang apabila Allah Ta’ala meminta pertanggung jawaban kepadaku dengan keadilan-Nya, niscaya Allah akan memasukkan aku ke neraka”.

“Oleh karena itu aku menangis wahai orang gila…itu semua aku lakukan agar Allah Ta’ala berbelas kasihan kepadaku, mengampuni dosa-dosaku, tidak meminta pertanggung jawaban kepadaku dengan keadilan-Nya, tetapi dengan keutamaan dan kelembutan-Nya, sehingga Dia tidak memasukkan aku ke dalam neraka-Nya”.

Ha ha ha ha ha ha….!!

Mendengar jawaban abid yang sangat memilukan dan terkesan memelas tersebut, orang gila tadi kembali tertawa terbahak-bahak dengan suara yang lebih keras lagi.

Dengan kesal abid tersebut berkata:

“Apa yang engkau tertawakan wahai orang gila??!”.

Masih dalam kedaan terkekeh, orang gila tadi menjawab:

“Wahai abid…engkau memiliki Tuhan Yang Maha Adil yang tidak akan pernah berkhianat, tetapi engkau malah takut kepada-Nya”.

“Engkau memiliki Tuhan yang Maha Rahman, Maha Rahim, Maha menerima taubat…tetapi engkau malah takut dengan nerakanya”.

Sambil agak bingung dengan pernyataan orang gila tadi, abid tersebut berkata:

“Apakah engkau tidak takut pada Allah Ta’ala wahai orang gila??!”

Dengan sedikit tertawa orang gila tersebut menjawab:

“Iya…aku takut kepada Allah Ta’ala, tetapi takutku kepada-Nya bukan karena neraka-Nya”.

Mendengar jawaban orang gila tersebut, abid tadi bingung dan tidak habis pikir, kemudian bertanya:

“Jika engkau tidak takut dengan neraka-Nya, lalu apa yang membuatmu takut kepada Allah Ta’ala??!!”.

Tiba-tiba dengan mimik muka yang cukup serius, orang gila tadi menjawab:

“Yang aku takutkan adalah ketika nanti aku bertemu dengan Tuhanku dan Dia menanyaiku…wahai hamba-Ku, kenapa engkau bermaksiat kepada-Ku??!”.

“Jika saja aku ditakdirkan menjadi calon penghuni neraka, aku sangat berharap supaya aku dimasukkan neraka tanpa dihadapkan kepada-Nya dan ditanyai terlebih dahulu”.

“Api neraka lebih ringan menurutku dari pada harus menjwab pertanyaan Allah Ta’ala…aku pasti tidak akan mampu memandang-Nya dengan pandangan seorang pengkhianat ini, serta menjawab pertanyaan-Nya dengan mulut seorang penipu ini”.

“Jika saja dengan dimasukkannya aku ke neraka, itu semua membuat kekasihku ridlo kepadaku…maka dengan senang hati aku menerimanya”.

Kemudian dengan suara pelan dan masih dengan mimik muka serius, orang gila tadi kembali berkata:

“Wahai abid…maukah kamu aku beri tahu sebuah rahasia, tetapi jangan engkau bocorkan rahasia ini kepada siapapun??!”.

Dengan mimik muka bingung, abid tersebut menjawab:

“Apa rahasia tersebut wahai orang gila??!”.

Dengan agak berbisik orang gila tersebut menjawab:

“Taukah kamu wahai abid, bahwasanya Tuhanku tidak akan pernah memasukkan aku ke neraka…taukah kamu kenapaa!!”

Dengan terkejut dan bingung abid tadi berkata:

“Loh….kok bisa begitu wahai orang gila??!”.

Dengan tenang dan tatapan mata menerawang jauh, orang gila tersebut menjawab:

“Itu semua disebabkan karena aku beribadah kepada-Nya dengan dasar cinta dan rindu, sedangkan engkau wahai abid, engkau beribadah kepada-Nya dengan dasar takut serta tamak akan surga-Nya”.

“Persangkaanku kepada-Nya lebih baik dari pada persangkaanmu…harapanku kepada-Nya lebih baik dari pada harapanmu”.

“Oleh karena itu wahai abid, perbaikilah harapanmu kepada Tuhanmu dengan sebaik-baik harapan”.

“Taukah engakau wahai abid…dulu ketika Musa alaihissalam melihat api di gunung Thursina lalu mendatanginya dengan harapan mendapat sedikit kehangatan dari api tersebut, ia kembali menjadi seorang Nabi, dan aku…aku pergi menuju Tuhanku dengan membawa cinta dan rindu untuk melihat keindahan-Nya, maka aku kembali sebagai orang gila”.

Setelah berkata demikian, tiba-tiba orang gila tersebut kembali terawa terbahak-bahak lalu pergi meninggalkan abid begitu saja. Dan dengan dihinggapi rasa takjub yang luar biasa atas ucapan orang gila tadi, sambil kembali menangis abid tersebut berkata:

“Subhanallah…orang gila tadi adalah bukan orang sembarangan, dia adalah paling cerdas-cerdasnya orang yang pernah aku temui sepanjang hidupku

Sya'ir Kehidupan

Dalam kitab An-Nawaadir karya Imam Al-Qulyubi disebutkan :

Suatu malam Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (Radliyallahu 'Anhu) bermimpi dalam tidurnya. Kemudian beliau menangis dalam mimpinya itu. Sehingga tangisannya sampai terdengar keluar rumahnya. Kebetulan Sayyidina Umar bin Khatthab (Radliyallahu 'Anhu) sedang lewat mendengar tangisannya dan mengetuk pintu rumah beliau. Khalifah Abu Bakar membuka pintu dengan air mata yang masih berlinang. Kemudian Sayyidina Umar bertanya : "Mengapa engkau menangis?". Lalu Khalifah Abu Bakar mejawab : "Kumpulkanlah para sahabat ada hal penting yang harus aku sampaikan".

Sayyidina Umar mengumpulkan seluruh sahabat, kemudian Khalifah Abu Bakar bercerita : "Sungguh aku bermimpi bahwa hari kiamat sedang terjadi dan aku melihat banyak orang dengan wajah bersinar berada diatas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya. Aku bertanya kepada malaikat : "Siapa gerangan mereka?". "Mereka para nabi-nabi terdahulu sedang menunggu Nabi Muhammad (shallahu 'alaihi wa sallam), sebab syafaat berada ditangan beliau." jawab malaikat.
"Lalu dimana beliau sekarang?, tolong bawa aku padanya, aku pelayan dan sahabatnya." Lalu malaikat membawaku menemui Nabi Muhammad (shallahu 'alaihi wa sallam). Kemudian aku melihat Nabi sedang berada didepan 'Arsy dengan menengadahkan tangan kanan dan tangan kirinya diarahkan ke pintu neraka untuk menutupnya (agar tidak terbuka) serta berdoa : "ilaahiy ummatiy, ilaahiy ummati, ilaahiy ummati (Tuhanku selamatkanlah umatku)". "Diantara mereka ada Ulama, Orang-orang Sholeh, Jama'ah Haji dan Umroh dan Orang-orang yang berjihad dijalan-Mu".

Kemudian terdengar suara memanggil : "Yaa Muhammad, engkau menyebut golongan yang taat dan engkau tidak menyebut golongan yang lain.", "coba sebutkanlah orang-orang dhalim, pemabuk, pezina dan pemakan riba diantara mereka.". Nabi bersabda : "Yaa Tuhanku, mereka ada juga seperti yang Engkau firmankan.", "Tapi diantara mereka tidak ada seorangpun yang menyekutukan-Mu, tidak menyembah selain-Mu, tidak menyebut-Mu mempunyai putera dan mereka tidak menyimpang dari tauhid kepada-Mu."
"Maka terimalah syafaatku untuk mereka, kasihanilah tangisanku untuk mereka dan jadikanlah kesedihanku ini kebahagiaan untuk mereka."
(Mendengar munajatnya) Aku berkata kepada Nabi (shallahu 'alaihi wa sallam) : "Kasihanilah dirimu juga wahai Nabi..!!!". Beliau Nabi menjawab : "Yaa Aba Bakar, aku bersimpuh dihadapan Tuhanku agar aku diizinkan mensyafaati semua umatku". Dan ketika Nabi akan melanjutkan sabdanya engkau membangunkanku dengan ketukan pintu wahai Umar. (jadi aku tidak mengetahui apakah beliau diizinkan mensyafaati semua atau sebagian umatnya).

Tiba-tiba terdengar suara menggema dari dalam rumah : "Tuhanku mengizinkan aku mensyafaati seluruh umatku, Tuhanku mengizinkan aku mensyafaati seluruh umatku, Tuhanku mengizinkan aku mensyafaati seluruh umatku wahai Aba Bakar."

Mendengar suara itu Khalifah Abu Bakar (Radliyallahu 'Anhu) dan Sahabat Umar (Radliyallahu 'Anhu) berkata lega : "Alhamdulillaah...!!!"

Senin, 21 Desember 2015

PARIBASAN

Adigang Adidung Adiguno Adiwacara. 
Menyombongkan apa pun yang dimilikinya

Adigang,adigung,adiguna. 
Merasa paling kuat, merasa paling agung, merasa paling penting

Aja dumeh wong gedhe. 
Jangan mentang-mentang jadi pembesar

Ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana. 
Nilai diri terletak di mulut, nilai fisik terletak pada pakaian

Ala lan becik iku gandhengane, kabeh kuwi saka karsaning Pangeran. 
Buruk dan baik itu saling berkaitan, semua itu atas kehendak Tuhan.

Alon-alon waton kelakon. 
Pelan-pelan saja asal berhasil

Ana catur mungkur. 
Ada adu mulut/ pertentangan selalu dihindari

Anak polah bapa kepradah 
Tingkah polah anak, orang tua ikut menanggung akibatnya

Asu gedhe menang kerahe. 
Pangkat tinggi, pasti lebih menang dalam berperkara

Asu rebutan balung. 
Berdebat hal yang sepele tak ada yang mau mengalah

Becik ketitik ala ketara. 
Berbuat baik maupun buruk akhirnya akan terlihat juga

Beda-beda pandumaning dumadi. 
Beraneka warna pemberian Tuhan itu kepada ciptaan-Nya

Bener kang asale saka Pangeran iku lamun ora darbe sipat angkara murka lan seneng gawe sangsaraning liyan. 
Bener yang berasal dari Tuhan itu apabila tiada sifat yang angkara murka dan tidak menyengsarakan orang lain. Salah kalau mempunyai sifat angkara murka dan suka menyengsarakan orang lain.

Bener saka kang lagi kuwasa iku uga ana rong warna, yakuwi kang cocok karo benering Pangeran lan kang ora cocok karo benering Pangeran. 
Benar dihadapan Tuhan yang sedang berkuasa juga ada dua macam, yaitu yang sesuai dengan kebenaran dari Tuhan dan yang tidak sesuai dengan kebenaran Tuhan.

Berat sama dipikul ringan sama dijinjing. 
Enak enggak enak ditanggung bersama

Bibit, bebet, bobot. 
Keturunan, harta, bobot/mutu

Cakra manggilingan. 
Hidup itu bagaikan roda yang terus berputar.

Crah agawe bubrah 
Bercerai kita runtuh

Dhemit ora ndulit, setan ora doyan 
Lepas dari mara bahaya

Dhuwur wekasane, endhek wiwitane 
Akhirnya mulia, yang semula sederhana

Diobong gak kobong, disiram gak teles 
Sakti, ditekan, dihina, disia siakan tetapi tetap sukses

Diwehi ati ngrogoh rempela 
Diberi kebaikan, menunt pemberian lebih

Dumadining sira iku lantaran anane bapa biyung ira. 
Terjadilah dirimu itu adalah melalui adanya ibu-bapakmu.

Gupak Pulut ora mangan nangkane 
Capek pekerjaan nggak dapet hasilnya

Guru Sejati bisa nuduhake endi lelembut sing mitulungi lan endi sing nyilakani. 
Adalah Guru Sejati yang dapat menunjukkan mana mahluk halus yang menolong dan mana yang mencelakakan.

Gusti Allah ora sare. 
Tuhan tak pernah tidur

Gusti iku dumunung ana atining manungsa kang becik, mula iku diarani Gusti iku bagusing ati. 
Tuhan itu berada dalam hati manusia yang suci, karenya Tuhan disebut pula sebagai wajah hati yang suci.

Gusti iku sambaten naliko sira lagi nandhang kasangsaran. Pujinen yen sira lagi nampa kanugrahaning Gusti. 
Mohonlah kepada Tuhan jikalau engkau sedang menderita sengsara. Dan memuji syukurlah kepada Tuhan jikalau engkau diberi anugerah-Nya.

Ing donya iki ana rong warna sing diarani bener, yakuwi bener mungguhing Pangeran lan bener saka kang lagi kuwasa. 
Di dunia ini ada dua macam kebenaran, yaitu benar di hadapan Tuhan dan benar di hadapan yang sedang berkuasa.

Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani. 
Didepan menjadi contoh, ditengah membimbing, dibelakang mendukung

Iro yudho wicaksono 
Satria yang berani berperang membela kebenaran dengan didasari kebijaksanaan

Jaman iku owah gingsir. 
Jaman itu serba berubah.

Kadangira pribadi ora beda karo jeneng sira pribadi, gelem nyambut gawe. 
"Kadang" pribadimu itu tidaklah berbeda dengan dirimu sendiri, suka bekerja.

Kahanan donya ora langgeng, mula aja ngegungke kesugihan lan drajat ira, awit samangsa ana wolak-waliking jaman ora ngisin-isini. 
Keadaan dunia ini tidak abadi, oleh karena itu jangan mengagung-agungkan kekayaan dan derajatmu, sebab bila sewaktu-waktu terjadi perubahan keadaan, tidak akan menderita aib.

Kahanan kang ana iki ora suwe mesthi ngalami owah gingsir, mula aja lali marang sapadha-padhaning tumitah. 
Keadaan yang ada ini tidak lama pasti mengalami perubahan, oleh karena itu jangan lupa dan meluapkan sesama hidup.

Kakehan gludhug, kurang udan 
Banyak bicara tanpa kenyataan - talk more do less.

Kaya banyu karo lenga 
Tidak pernah rukun

Kebo kabotan sungu. 
Orang yang kelebihan beban

Kebo nusu gudel. 
Orang tua yang nurut anaknya

Kegedhen empyak kurang cagak 
Banyak pengeluaran kurang penghasilan

Ketemu Gusti iku lamun sira tansah eling. 
Pertemuan dengan Tuhan terjadi bila dirimu ingat kepada Tuhan.

Krido lumahing asto. 
Pengemis

Kutuk marani sunduk. 
Mendekati mara bahaya

Lamun sira durung wikan alamira pribadi, mara takona marang wong kang wus wikan. 
Jikalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, tanyakanlah kepada yang telah mengetahuinya.

Lamun sira durung wikan kadangira pribadi, coba dulune sira pribadi. 
Jikalau engkau belum menemukan "kadang" (saudara) pribadimu, cobalah melihat dirimu sendiri.

Lamun sira kepengin wikan marang alam/ jaman kelanggengan, sira kudu weruh alamira pribadi. Lamun sira durung mikani alamira pribadi adoh ketemune. 
Jikalau engkau ingin mengetahui alam pribadi, engkau harus mengetahui alam pribadimu. Kalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, masih jauhlah alam abadi itu dari dirimu.

Lamun sira pribadi wus bisa caturan karo lelembut, mesthi sira ora bakal ngala-alamarang wong kang wus bisa caturan karo lelembut. 
Jikalau engkau sudah dapat berwawancara dengan mahluk halus, pasti engkau tidak akan mencemoohkan orang yang dapat berwawancara dengan mahlik halus.

Lamun sira wus mikani alamira pribadi, alam jaman kalanggengan iku cedhak tanpa senggolan, adoh tanpa wangenan. 
Jikalau engkau telah mengetahui alam pribadimu, alam abadi itu pun menjadi dekat pada dirimu walaupun tanpa dengan menyentuhnya, jauh dari dirimu walaupun tiada yang membatasinya.

Lelembut iku ana rong warna, yakuwi kang nyilakani lan kang mitulungi. 
Mahluk halus itu ada dua macam, yaitu yang mencelakakan dan yang menolong manusia.

Mangan ora mangan ngumpul. 
Tetep bersatu walaupun dalam kemiskinan -

Manunggaling kawula gusti. 
Rakyat dan penguasa bersatu

Manungsa iku bisa kadunungan dating Pangeran, nanging aja darbe pangira yen manungsa mau bisa diarani Pangeran. 
Manusia itu dapat mempunyai zat Tuhan, namun jangan beranggapan bahwa dengan demikian manusia itu dapat disebut Tuhan.

Manungsa iku kanggonan sipating Pangeran. 
Manusia itu memiliki sifat Tuhan.

Manungsa iku saka dating Pangeran mula uga darbe sipating Pangeran. 
Manusia itu berasal dari Tuhan oleh karena itu juga mempunyai sifat Tuhan.

Mikul dhuwur, mendhem jero 
Menjunjung tinggi kebaikan orang tua dan merahasiakan semua keburukannya.

Mimi lan mintuno. 
sepasang kekasih yang saling mencintai dalam cerita dunia barat seperti rommy & juli

Nabok nyilih tangan. 
Memanfaatkan orang untuk melakukan sesuatu.

Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake. 
Menyerang tanpa membawa pasukan, menang tanpa merendahkan lawan yang sudah dikalahkan.

Ngono ya ngono ning aja ngono. 
Kita boleh saja berperilaku sekehendak kita, tetapi jangan sampai berlebihan.

Nguyahi banyu segara. 
Melakukan hal yang sia-sia.

Ora ana kasekten sing madhani pepesthen, awit pepesthen iku wis ora ana sing bisa murungake. 
Tiada kesaktian yang menyamai kepastian dari Tuhan, karena kepastian dari Tuhan itu tiada yang dapat menggagalkan.

Owah gingsiring kahanan iku saka karsaning Pangeran Kang Murbeng Jagad. 
Perubahan keadaan itu atas kehendak Tuhan.

Pangeran bisa ngrusak kahanan kang wis ora diperlokake, lan bisa gawe kahanan anyar kang dipeerlokake. 
Tuhan itu dapat merusak keadaan yang sudah tidak diperlukan dan dapat mengadakan sesuatu yang baru yang diperlukan.

Pangeran iku adoh tanpa wangenan, cedhak tanpa senggolan. 
Tuhan itu jauh tanpa ada batasnya, dan dekat sekali tapi tidak dapat bersentuhan.

Pangeran iku ana ing ngendi papan, aneng sira uga ana Pangeran, nanging aja sira wani ngaku Pangeran. 
Tuhan itu ada di mana-mana, juga ada pada dirimu, tapi jangan berani engkau mengaku dirimu Tuhan.

Pangeran iku bisa mawujud, nanging wewujudan iki dudu Pangeran. 
Tuhan itu dapat berwujud, tapi pewujudan itu bukanlah Tuhan.

Pangeran iku bisa ngowahi kahanan iku wae tan kena kinaya ngapa. 
Tuhan itu dapat mengubah apa saja, tidak mungkin diperkirakan manusia.

Pangeran iku dudu dewa utawa manungsa, nanging sakabehing kang ana iki ugo dewa lan manungsa asale saka Pangeran. 
Tuhan itu bukan dewa atau manusia, namun segala yang ada ini termasuk dewa dan manusia itu bersal dari Tuhan.

Pangeran iku kuwasa tanpa piranti, akarya alam saisine, kang katon lan kang ora kasat mata. 
Tuhan itu berkuasa tanpa menggunakan alat apa pun, pencipta alam seisinya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak.

Pangeran iku kuwasa tanpa piranti, mula saka kuwi aja darbe pengira yen manungsa iku bisa dadi wakiling Pangeran. 
Tuhan itu berkuasa tanpa menggunakan alat pelengkap apa pun, oleh karena itu jangan beranggapan bahwa manusia itu dapat mewakili Tuhan.

Pangeran iku kuwasa, dene manungsa iku bisa. 
Tuhan ituu berkuasa, manusia berkemungkinan saja.

Pangeran iku langgeng, tan kena kinaya ngapa, sangkan paraning dumadi. 
Tuhan itu abadi, tidak dapat digambarkan perwujudannya, merupakan sebab yang pertama dan merupakan tujuan terakhir dari segala ciptaan yang ada.

Pangeran iku maha kuwasa, pepesthen saka karsaning Pangeran ora ana sing bisa murungake. 
Tuhan itu mahakuasa, kepastian yang dari kehendak Tuhan, tidak ada yang dapat menggagalkannnya.

Pangeran iku maha welas lan maha asih, hayuning bawana marga saka kanugrahaning Pangeran. 
Tuhan itu maharahim dan mahakasih, dan kebahagiaan semesta ini adalah anugerah dari Tuhan.

Pangeran iku menangake manungsa senajan kaya ngapa. 
Tuhan itu memenangkan manusia bagaimanapun juga.

Pangeran iku ora ana sing padha, mula aja nggambar-nggambarake wujuding Pangeran. 
Tuhan itu tidak ada yang menyamai, oleh karena itu jangan menggambar-gambarkan perwujudan Tuhan.

Pangeran iku ora mbedak-mbedakake kawulane. 
Tuhan itu tidak membeda-bedakan mahluk-Nya.

Pangeran iku ora sare. 
Tuhan itu tidak tidur (Tuhan mengetahui segalanya

Pangeran iku siji, ana ing ngendi papan, langgeng, sing nganakake jagad iki saisine, dadi sesembahane wong saalam kabeh, nganggo carane dhewe-dhewe. 
Tuhan itu satu, ada di mana-mana, abadi, pencipta alam seisinya, dan menjadi sesembahan manusia sejagad raya, dengan memakai tata cara masing-masing.

Pangeran maringi kawruh marang manungsa bab anane titah alus mau. 
Tuhan itu memberi pengetahuan kepada manusia tentang adanya mahluk halus itu.

Pangeran nitahake sira iku lantaran biyung ira, mula kudu ngurmat biyung ira. 
Tuhan menciptakan engkau itu melalui ibumu, oleh karena itu hormatilah ibumu.

Pasrah marang Pangeran iku ora ategas ora galem nyambut gawe, nanging percaya yren Pangeran iku Maha Kuwasa. Dena kasil orane apa kang kita tuju kuwi saka karsaning Pangeran. 
Menyerahkan diri kepada Tuhan itu tidak berati tidak mau bekerja, melainkan percaya bahwa Tuhan itu Mahakuasa. Sedang berhasil rtidaknya apa yang kita lakukan adalah kehendak Tuhan.

Purwa madya wasana. 
Alam purwa (permulaan), alam madya (tengah), alam wasana (akhir).

Rukun agawe santosa. 
Bersatu kita teguh

Sanubarang kang katon iki kalebu titah kang kasat mata, dene liyane kelebu titah alus. 
Segala yang dapat dilihat merupakan ciptaan Tuhan yang tampak, sedang yang lain merupakan mahluk halus.

Sapa sira sapa ingsun. 
Janganlah menggurui atau memerintah seseorang tanpa mengetahui tempatnya sendiri.

Sekabehing ngelmu iku asak saka Pangeran kang Mahakuwasa. 
Segala pengetahuan itu berasal dari Tuhan Yang Mahakuasa.

Sing bisa dadi utusaning Pangeran iku ora mung janma manungsa wae. 
Yang dapat menjadii utusan Tuhan itu bukan hanya manusia.

Sing sapa durung ngerti lamun piyandel iku kanggo pathokaning urip, iku sejatine durung ngerti lamun ana ing donya iki ana sing ngatur. 
Barang siapa belum mengetahui bahwa kepercayaan terhadap Tuhan adalah acuan hidup, maka sebenarnya belumlah ia mengetahui bahwa hidup di dunia ini ada yang mengatur.

Sing sapa gelem nglakoni kebecikan lan ugo gelem lelaku, ing tembe bakal tampa kanugrahaning Pangeran. 
Barang siapa suka berbuat kabajikan san ikhlas melakukan tanpa brata (terikat), akan menerima anugerah dari Tuhan.

Sing sapa mikani anane Pangeran, kalebu urip kang sempurna. 
Barang siapa mengerti adanya Tuhan, tergolong sempurna hidupnya.

Sing sapa nyembah lelembut iku keliru, jalaran lelembut iku sejatine rowangira, lan ora perlu disembah kaya dene manebah marang Pangeran. 
Barang siapa yang menyembah mahluk halus itu keliru, sebab mahluk halus itu sebenarnya adalah temanmu, dan tidak perlu disembah seperti Tuhan.

Sing sapa nyumurupi dating Pangeran iku ateges nyumurupi awake dhewe. Dene kang diurung mikani aawake dhewe durung mikani dating Pangeran. 
Barang siapa mengetahui zat Tuhan berarti mengenal dirinya sendiri. Dan yang belum mengenal dirinya sendiri ia belum mengerti zat Tuhan.

Sing sapa wani ngowahi kahanan kang lagi ana, iku dudu sadhengah wong, nanging minangku utusaning Pangeran. 
Bukan setiap orang mampu mengubah keadaan yang ada, kecuali manusia yang menjadi utusan Tuhan.

surga manut neroko katut. 
Kehidupan kelak seorang istri ditentukan dari baik-buruknya agama suaminya

Titah alus iku ana patang warna, yakuwi kang bisa mrentah manungsa nanging ya bisa mitulungi manungsa, kapinhdo kang bisa mrentah manungsa nanging ora bisa mitulungi manungsa, katelu kang ora bisa mrentah manungsa nanging bisa mitulungi manungsa, kapat kang ora bisa mrentah manungsa nanging ya ora bisa mitulungi manungsa. 
Mahluk halus itu ada 4 macam, pertama yang dapat memerintah manusia tetapi dapat pula memberi pertolongan kepada manusia, kedua yang dapat memerintah manusia tetapi tidak dapat memberikan perrtolongan pada manusia, ketiga yang tidak dapat memerintah manusia tetapi dapat membantu manusia, keempat yang tidak dapat memerintah manusia tetapi juga tidak dapat membantu manusia.

Titah alus iku ora bisa dadi manungsa lamun manungsa dhewe ora darbe penyuwun marang Pangeran supaya titah alus mau ngejawantah. 
Mahluk halus itu tidak dapat menjadi manusia apabila manusia itu sendiri tidak memohon pada Tuhan (tidak menghendaki) agarr mahluk halus itu berwujud.

Titah alus lan titah kasat mata iku kabeh saka Pangeran, mula aja nyembah titah alus nanging aja ngina titah alus. 
Baik mahluk halus maupun mahluk yang tampak semuanya ciptaan Tuhan adanya, oleh karena itu jangan menyembah mahluk halus tetapi jangan pula menghinanya.

Urip iku saka Pangeran, bali marang Pangeran. 
Hidup itu berasal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan.

Wani ngalah, luhur wekasane. 
Terkadang mengalah itu lebih baik, untuk kepentingan bersama -

Wani silit, wedi rai. 
Ia hanya berani jika orang yang di anggap musuh sedang tidak ada

Watu kayu iku darbe dating Pangeran, nanging dudu Pangeran. 
Batu dan kayu itu mempunyai zat Tuhan tetapi bukan Tuhan.

Weruh marang Pangeran iku ategas wis weruh marang awake dhewe, lamun durung weruh awake dhewe, tangeh lamun weruh marang Panngeran. 
Mengetahui Tuhan itu berarti sudah mengetahui dirinya sendiri, jikalau belum mengetahui dirinya sendiri mustahil dapat mengetahui Tuhan.

Witing tresna jalaran saka kulina. 
Dapat jatuh cinta, dikarenakan terbiasa besama

Yen cocok karo benering Pangeran iku ategas bathara ngejawantah, nanging yan ora cocok karo benering Pangeran iku ategas titisaning brahala. 
Kalau sesuai dengan kebenaran dari Tuhan, itu berarti bathara mengejawantah )dewa yang menjelma), tapi kalau tidak cocok dengan kebenaran dari Tuhan, itu berarti penjelmaan berhala.

Yen sira wus mikani alamira pribadi, mana sira mulanga marang wong kang durung wikan. 
Kalau engkau sudah mengetaui alam pribadimu, hendaklah kamu mengajarkannya kepada yang belum mengetahui.

Yen wedi aja wani-wani, yen wani aja wedi-wedi 
Jadi orang harus tegas, jangan ragu-ragu

Rahayu.... sedoyo....

Poligami


Sebagian lelaki muslim ada yang menginginkan poligami dengan alasan mengikuti sunah Nabi. Kenyataannya kebanyakan istri tak siap jika mendengar keinginan itu, apalagi jika yang akan menjadi istri kedua jauh lebih cantik dan lebih muda.

Ada kisah menarik yang dialami oleh seorang Ustadz. Karena sudah ngebet, akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya apakah istrinya membolehkan untuk melakukan poligami.



"Ma, kalau saya menikah lagi boleh nggak?" tanyanya dengan lembut pada sang istri.

"Nggak boleh"

"Lho.. kenapa?" Kemudian sang ustadz membuka Al Qur’an surat An Nisa yang di dalamnya ada ayat:

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً

"Dan jika engkau takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (apabila engkau menikahinya), maka nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang engkau sukai: 2, 3 atau 4. Kemudian jika engkau takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja" (QS. An Nisa’ : 3)

"Jika kamu ngelarang poligami berarti kamu berani membantah apa yang telah difirmankan Allah"

"Lalu tujuannya menikah lagi untuk apa?" Tanya sang istri.

"Sunnah Nabi. Ibadah" Tegas suaminya.

"Mas, kalau memang betul-betul Mas ingin menjalankan sunnah Rosul dan untuk ibadah, nanti tak kasih dua istri sekaligus"

Sang ustadz nampak kaget sekaligus bahagia dengan jawaban tadi.

"Lalu kapan khitbahnya?" tanyanya tidak sabar.

"Nanti sore insyaallah, Tenang.. sudah tak siapkan kedua orangnya" Jawab sang istri dengan tegas.

Sorenya, sang suami sudah berdandan rapi dengan setelan jas terbarunya.

Dan sang istri pun menepati janjinya. Ia mengajak suaminya beserta pak penghulu untuk pergi ke sebuah rumah gubuk yang sudah reyot. Setelah mengucapkan salam dan pintu diketuk, keluarlah seorang perempuan tua.

"Kenalkan Mas, ini Mbah Nyami. Janda. Usianya 72 tahun"

"Lho... ?" Tanya sang suami dengan heran.

"Iya Mas. Ini Mbah Nyami, Janda Tua. Berapa kitab hadits sudah Mas baca sedari kecil sampai sekarang?" sang suami terdiam.

Setidaknya ia telah membaca 10 kitab hadits. Mulai Shohih Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa’i dll.

"Siapa istri termuda dari Nabi?" Istrinya kembali bertanya.

"Aisyah"

"Sebelumnya?"

"Saudah"

"Umurnya?"

"69 tahun"

"Status?"

"Janda"

Istri sang ustadz paham betul jika suaminya sudah tahu bahwa semua istri Rasulullah SAW janda dan berumur tua ketika dinikahi beliau. Hanya Aisyah lah yang masih gadis. Dan semua pernikahan itu pun lillahi Ta'ala, semata-mata karena ibadah dan perintah dari Allah SWT.

Calon kedua yang hendak dikenalkan pada sang ustadz juga seorang janda sudah uzur.

"Bagaimana Pak Ustadz.. ? apa sudah mantab untuk poligami langsung 2.. ?" kata Pak Penghulu karena sudah tidak sabar menunggu.

"Istri Nabi semuanya janda dan tua, Mas. Jadi kalau Mas mau mengikuti sunah nabi, Ini Mbah Nyami dan calon berikutnya Nyai Dasimah, umur 75 tahun. aku ikhlas Mas.. Silahkan.." Tantang sang istri

Akhirnya keinginan poligami itu pun kandas oleh senjata pamungkas istrinya.

"Kalau begitu.. Mas melaksanakan sunnah Rasul yang lainnya saja deh... " jawab sang suami sambil ngacir

Kamis, 17 Desember 2015

PITUTUR LUHUR JARE SIMBAH BIYEN

PITUTUR LUHUR JARE SIMBAH BIYEN

Wong yen Nrimo, uripe Dowo
Wong yen Sabar, rejekine Jembar
Wong yen Ngalah, uripe bakal Berkah

Sopo sing Jujur, uripe yo Makmur
Sopo sing Suloyo, uripe yo Sangsoro
Sopo sing Sombong. amale bakal Kobong
Sopo sing Telaten, bakal Panen..

Ojo podo Ngresulo, mundak gelis Tuwo
Sing wis Lungo, Lalekno
Sing durung Teko, Entenono
Sing wis Ono, Syukurono..
Iki tetuah wong jowo, eling-elingono lan
lakonono..

Sehat kuwi yen :
Mangan enak..
Turu kepenak..
Ngibadah jenak..
Tonggo semanak..
Keluarga cedhak..
Bondo cemepak..
Kubur ra sesak..
Suwargo mbukak..
Sedulur grapyak..
Ono panganan ora Cluthak..
Ketemu konco ngguyu NGAKAK...

"MENYELINGKUHI" Rosululloh

“Menyelingkuhi” Rasulullah Muhammad SAW

Oleh SARATRI WILONOYUDHO  •  11 Juni 2012Dipublikasikan dengan tag EsaiKhasanah

Share:

 Facebook Twitter Google+

Membaca pesan singkat di BBM yang mengabarkan bahwa Cak Nun sedikit mendapat “gangguan” fisik, saya langsung bereaksi, maksud saya batin dan jiwa saya. Tentu ini bukan untuk “nyolu”, toh beliau bukan atasan saya yang ketika saya “solu”akan segera menaikkan jabatan saya misalnya. Demikian pula beliau juga bukan tetangga saya secara geografis yang ketika saya “solu” langsung menghantarkan makanan masakan keluarganya ke rumah saya. Secara fisik pun saya juga baru dekat dengan beliau beberapa bulan terakhir.

Dalam BBM saya menulis bahwa sosok seperti beliau sangatlah langka, dan saya termasuk orang yang pesimistis bahwa 100 tahun ke depan pun Indonesia tidak akan melahirkan sosok seperti beliau. Sosok hamba yang tidak takut kepada siapapun kecuali hanya kepada Allah dan Rasulullah. Hamba yang tidak pernah berjarak antara ucapan dan tindakannya. Hamba yang mudah marah jika menyaksikan kebatilan. Hamba yang beretos kerja tinggi, jarang mengeluh jika sudah “tune in” menjalankan amanah Allah, menyapa dan menyayangi ciptaanNya. Hamba yang sangat teguh kepada pendirian untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran. Hamba yang tidak mementingkan penampilan dan tidak “patheken” jika tidak diperhitungkan atau dihargai siapapun, sebab baginya yang penting Allah tidak marah kepadanya.

Hamba yang tidak ragu lagi mengorbankan apa saja yang dimilikinya sejauh itu memang untuk memenuhi perintah Allah dan bermanfaat bagi ciptaanNya. Hamba yang sangat konsisten dan konsekuen memperjuangkan nilai-nilai dan ajaran Rasulullah Muhammad SAW di manapun, kapan pun dan tidak peduli meski (misalnya) orang-orang di sekelilingnya tidak membantunya.

Ingat Rasulullah ini saya lantas ingat SMS teman saya yang juga sama-sama “abangan” seperti saya. Dalam SMS nya ia menanyakan pertanyaan klasik yang kebetulan muncul lagi manakala di Solo ditemukan buku bergambar lelaki Agung kekasih Allah tersebut. Teman saya tersebut meng-SMS saya dan menanyakan (nampaknya dengan nadanyinyir) mengapa sosok Muhammad tidak boleh digambar? Mana dasar pelarangannya dalam Al Qur’an atau hadist? Apakah sedemikian bodoh umat Islam harus marah dan demo hanya karena melihat gambar Nabi? dan sederet pertanyaan bernada “nyinyir” lainnya.

Tentu saja teman saya ini berbeda kelasnya dengan Salman Rusdhie yang menulis Ayat-ayat Setan atau kartunis Denmark yang menggambar sosok Rasulullah di korannya. Kalau Salman Rusdhie jelas zakarnya bengkok (kata CN), sehingga kita harus memaafkannya dengan jalan menganggap dia orang gila. Namun teman saya tadi seorang sarjana dan dibesarkan di lingkungan kaum muslimin dan tahu adat istiadat bangsa ini.

Karenanya saya hanya menjawab SMS itu dengan “akal” saja. Maklum saya terbiasa dalam tradisi “ilmiah” penelitian, meski dalam hati saya juga tertawa cekikikan (eh kalau menjawab pakai dalil Al Quran saya juga tidak paham, jangankan dalilnya, untuk membaca hurufnya saja saya tertatih-tatih). Karenanya SMS tersebut saya jawab dengan agak “ilmiah”.

Saya tanya dia apa yang membuat sebuah data itu disebut valid dan reliable? Valid artinya dapat mengukur apa yang harus diukur dan reliable artinya instrumen pengukur itu dapat digunakan kepada siapa saja kapan saja dan hasilnya harus sama tanpa mengurangi validitasnya. Kalau mengukur berat badan ya harus pakai timbangan jangan pakai meteran. Ini baru namanya datanya akan valid.

Tentang “validitas” dan “reliabilitas” data tentang sosok Rasulullah, saya tanyakan kepada pengirim SMS tersebut. Pertanyaan saya, adakah “data” tentang lekuk wajah dan tubuh Rasulullah kok kamu berani-beraninya menampilkan “hasil”nya lewat lukisan? Kapan Rasulullah pernah dilukis atau difoto apalagi masuk di Facebook atau BBM? Mana lukisan itu atau foto itu? Jika jawabnya tidak ada, atas dasar apa kamu melukis wajah beliau? Dapatkah dipertanggungjawabkan bagaimana kamu menentukan besar dan bentuk hidung beliau (misalnya), lebatnya cambang, tinggi badan atau rambut beliau, keriting, lurus ataungandan-andan (Jawa)? Lalu jika semua jawabnya tidak ada, apakah kamu layak disebut masyarakat ilmiah yang selama ini kamu agung-agungkan dan merasa menjadi garda terdepan bagi kemajuan ilmu pengetahuan di negeri ini?

Lebih menukik lagi, saya juga iseng-iseng tanya ia, jika ada seseorang tiba-tiba menampilkan di sebuah majalah atau koran yang “katanya” wajah bapakmu padahal orang itu belum pernah ketemu bapakmu, apalagi pernah melukis wajah bapakmu, dan tidak pernah punya foto/gambar yang diyakini sebagai gambar/foto bapakmu, bagaimana reaksimu? Marahkah kamu, tertawakah kamu? Apalagi jika gambar/foto itu tidak sesuai dengan realitas. Misalnya sebenarnya wajah bapakmu itu aslinya seperti Tukul, lantas foto itu dibuat agak “nyolu” dan wajah bapakmu dipermak wajahnya seperti wajah Roy Marten agar kamu senang, apakah kamu juga “ridlo” atau bangga? Atau sebaliknya sesungguhnya wajah bapak kamu seperti Roy Marten namun digambar seperti wajahnya Tukul, apakah kamu tidak marah?

Dia akhirnya terdiam mendengar rententan argumen “ilmiah” saya. Bagi saya untuk “meladeni” orang abangan yang tidak ramah terhadap Islam, tidak cocok dengan mencomot dalil, apalagi dengan kekerasan. Selain saya juga tidak menguasai dalil dan tidak berani berkelahi, cara-cara “rasional” nampaknya akan lebih mengena. Sama seperti halnya orang bertanya kepada saya apakah Tuhan itu ada ? Apakah surga dan neraka itu ada? dst.

Maka jawab saya juga dari sisi rasional saja, tidak dengan ayat-ayat atau dalil. Bagi saya ayat atau keyakinan dan iman, letaknya di hati, sehingga tidak dapat “dirasionalkan”. Maka atas pertanyaan tersebut saya juga menjawab singkat. Bagai saya meyakini surga atau neraka ada atau tidak, beragama itu perlu atau tidak, ya saya ibaratkan orang berkendara motor. Ketika saya akan pergi ke Simpang Lima misalnya dengan naik motor, maka saya pasti akan pakai helm pengaman kepala. Bagi saya, pakai helm niatnya bukan semata-mata untuk menghindari razia pak polisi, namun untuk keselamatan hidup/perjalanan saya. Bagi saya, ada razia atau tidak, yang jelas pakai helm itu menentramkan dan insyaAllah akan menyelamatkan jika saya jatuh dari motor misalnya.

Demikian pula beragama bagi saya bukan cari surga atau neraka, atau semata-mata takut dimarahi Allah, namun dengan beragama hidup saya menjadi tenteram dan segala tindakan saya terarah karena agama saya mengajarkan “resep” keselamatan hidup(hablu minannas). Perkara nanti surga atau neraka tidak ada, ya saya tidak “patheken”, karena saya sudah menjalankan kebaikan. Bagi saya beragama juga bukan untuk ke surga, namun untuk kembali kepadaNya (ilaihi rojiun). Perkara nanti Allah ngasih saya surga ya disyukuri. Lha kalau kamu sekarang tidak percaya Tuhan, tidak beragama, kalau surga dan neraka memang benar-benar ada, maka celakalah kamu karena akherat itu kekal. Kalau tidak ada, ya kamu mungkin “bejo”, namun di dunia kamu tidak terarah kelakuanmu. Atas dasar “ilmiah” ini alhamdulillah ia mulai sholat.

Kembali kepada masalah Rasulullah di atas. Saya juga tidak menyalahkan teman saya yang “abangan” tadi, wong kenyataannya, banyak umat Islam sendiri yang katanya mencintai Rasulullah, fasih membaca Al Quran dan Hadis, toh kenyataannya dalam kesehariannya sering “menyelingkuhi” beliau. Cinta kepada beliau hanyalah letupan lahiriah saja atau hanya sekadar kerisian “kultural” dan bukan berasal dari hati yang paling dalam. Misalnya saja saya pernah mendengar seorang ustadz ternama dari Jakarta yang berapi-api mengajak kepada para jamaah untuk meneladani Rasulullah secara konsekuen dan konsisten. “Rasul hidupnya sederhana, beliau hanya punya tiga baju, rumah beliau hanya type 21, sehari kenyang dua hari lapar dan perut beliau diganjal batu…bla…bla…dst”, demikian khotbahnya dengan fasihnya mengutip ayat-ayat Al Quran.

Namun begitu selesai pengajian, manajernya sudah sibuk menemui sang “penanggap” ustadz tersebut, untuk menjalankan misi dagang “dakwah” yang omzetnya miliaran rupiah. Maka sang ustadz pun pulang naik BMW, Mercy, Lexus, dan aneka kemewahan dunia lainnya. Bukan berarti naik BMW terbaru tidak boleh, namun ketika ia sudah memperdagangkan dakwahnya itu dengan konteks perhitungan ekonomi-kapitalistis, maka itu menjadi tidak etis. Lalu mana “royalti”-nya Rasulullah? Bukankah kata-kata beliau dikutipnya untuk memperkaya diri?

Demikian pula dalam keseharian, banyak kelompok yang mengaku paling Islam yang ketika berdakwah penuh dengan kekerasan. Mereka merasa sedang memperjuangkan dan membela nabi. Padahal kenyataannya, nilai-nilai yang dibawa Rasulullah tidak ia amalkan sama sekali. Rasulullah tidak pernah berdakwah dengan kekerasan, ngamukmemecahi botol minuman keras suku Quraish yang masih “kafir” kala itu atau memecahi patung-patung berhala di Ka’bah. Rasulullah dalam berdakwah penuh cinta kasih, dengan pendekatan konkret.

Di Madinah yang beliau bangun lebih awal adalah semacam koperasi, pertanian, persaudaraan, dan persatuan antara kaum Yahudi, Nasrani, Majusi, Islam, “abangan”. dst dalam sebuah piagam kesepakatan (Piagam Madinah) yang sangat terkenal itu. Justru dengan pendekatan konkret itu Islam berkembang hingga ke seluruh dunia hingga saat ini.

Sebaliknya kita, tiap hari dengan gagah berani merasa sedang membela Rasulullah, namun perilaku kita bertolak belakang dengan sifat dan watak beliau. Kita adalah orang-orang yang munafik dan sering menyelingkuhi Rasulullah. Dengan kata lain, boleh jadi kita lebih hina dibanding Salman Rusdhie atau kartunis Denmark tersebut.

Rabu, 16 Desember 2015

Kiai Semar Menghilang

Kiai Semar Menghilang

Oleh HELMI MUSTOFA  •  10 February 2015Dipublikasikan dengan tag KhasanahResensi

Share:

 Facebook Twitter Google+

Dikisahkan, warga masyarakat Karang Kedempel resah dan sedih karena menghilangnya Kiai Semar. Padahal perannya sangat dibutuhkan saat itu. Masalah-masalah yang kian runyam menunggu turun tangannya. Kiai Semar kemanakah engkau pergi? Ke manakah engkau bersembunyi? Lurah dan seluruh perangkatnya tak lagi sanggup menjalankan fungsinya sebagai petugas penyejahtera rakyat. Malahan sebaliknya, dengan pelbagai cara dan manipulasi.

Para Punakawan lainnya — Gareng, Petruk, dan Gareng, jadi ramai berdebat, merefleksi, dan mencari. Di antara menghilangnya Semar dan tertindasnya warga Karang Kedempel, berlangsung berlapis-lapis pemikiran dan pergulatan. Di tengah ketertindasan, represi politik, pembungkaman suara, dan penjajahan oleh asing, bergema pertanyaan mengapa Semar pergi sementara rakyat Karang Kedempel tak berdaya. Hakikat politik, kedaulatan rakyat, sejatinya kekuasaan, semuanya dipertanyakan kembali.

Sampailah mereka pada suatu kesimpulan: perlunya Carangan: “Carangan ialah mengubah pakem. Menggesernya, merombaknya, atau bahkan menggantikannya sama sekali. Suatu sistem pakem yang menyejahterakan sebagian orang dengan cara menyengsarakan sebaguian besar lainnya, tak bisa diteruskan. Kaum Punakawan, sebagai agen dari Budaya Carangan — yang mencoba menyelusupkan paham-paham baru yang membebaskan — dalam kisah keniscayaan tragis Mahabharata, menunjukkan bahwa masyarakat Karang Kedempel sebenarnya melontarkan kehendak pembebasan secara autentik.” (203).

***

Zaman terus berjalan, melangkah, dan berubah. Novel-esai berjudul “Arus Bawah” ini dulu, 20 tahun silam, telah terbit menjumpai pembaca. Menggedor kesadaran orang-orang, yang hidup tapi tak selalu berdaya dalam kepungan kekuasaan Orde Baru. Menyusupkan dan menyebarkan virus budaya carangan, di atas berlangsungnya mainstream kekuasaan dan politik kala itu, yang baku, pakem, dan hendak dilanggengkan.

Arus Bawah

Judul Buku : Arus Bawah

Penulis : Emha Ainun Nadjib

Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta

Cetakan : Pertama, Februari 2015

Tebal : viii+238 halaman

Kini, di awal tahun 2015, novel-esai yang mengajak kita lebih dekat dengan kehidupan negeri karang Kedempel ini hadir kembali. Dan sejatinya, juga mewartakan hal yang sama; Kiai Semar telah menghilang. Ya, Kiai Semar pergi entah ke mana. Padahal penduduk Karang Kedempel kontemporer ini sesungguhnya sedang membutuhkan kehadirannya. Mungkin lebih dari yang dulu. Karang Kedempel yang sekarang ini dikuasai oleh politik tipu daya pencitraan, pemerintahan yang terbelah dan penuh sandiwara, kamuflase demokrasi, maraknya aliran-aliran penyempitan berpikir, riuh rendahnya ocehan dan hujatan di media sosial, aneka tingkah polah nyelfie, dan lebay-nya gaya hidup, amat sangat memerlukan kembalinya Kiai Semar.

Sekurang-kurangnya para Punakawan lainnya, bisa segera menggulirkan gerakan carangan baru. []

Minggu, 13 Desember 2015

Mengenal Allah

( 7 × KUN )

:: fiman Allah dlm hadits qudsi ::

( Aku adalah perbendaharaan )

"Aku" adalah perbendaharaan yg tersembunyi..
"Aku" ingin di kenal maka
"Aku" ciptakan makhluk serta alam juga segala isinya.

Kata Allah swt.

WAHAI SEGALA PERBENDAHARAAN RUH MANUSIA,AKU INGIN MENCIPTAKAN ALAM
PERHATIKAN DAN SEBUT LAH
"KUN" SRCARA BERSAMA-SAMA.

Sebelum langit dan bumi terciptakan juga neraka dan surga di ciptakan..
pada saat itu satu makhlukpun blm ada dan juga ALLAH pun saat itu blm dikenal.

pertanyaan nya adalah..
sudah adakah kita???
dimanakah kita???

----------------------------------

Pada saat itu hanyalah Allah seorang diri.

apakah Ruh kita sdh ada???
atau
Apakah sama usia Ruh kita sama Allah???

----------------------------------

KUN (1)

Jadilah 7lapis bumi serta isinya baik darat,dan di laut.

KUN (2)

Jadilah 7 petala langit dan tata surya serta bintang-bintang.

KUN (3)

Jadilah surga.

KUN (4)
Jadilah neraka.

KUN (5)
Jadilah malaikat.

KUN (6)
Jadilah jin.

KUN (7)
Jadilah iblis.

Maka sudahpun 7× KUN
Yang kesemuanya itu ialah:::
kata Allah..
Berdiri sendiri dgn NYAWA yg masing-masing semuanya
"AKU" yg mengendalikannya.

Sebagaimana itu adlh tugas Ku yang mana itu adlh perjanjian di dlm bahasa ILMU yaitu...
AR RUH NUR MUHAMMAD.

----------------------------------

1--Jawab diatas adalah:::
Adanya kita semua adalah di dlm perbendaharaan Allah
(Di dlm kunhi Dzat Allah).

2--jawab diatas:::
Usia Ruh kita dan Allah adalah:::
sama-sama tiada awal tiada ahir.

---------------------------------

Jika kita berada dlm perbendaharaan atau di dlm kunhi Dzatullah
Bagaimanakah hendak kita mengetahui serta memahami perkara" yg sedemikian???

Bermula dari proses penciptaan Makhluk (adam) di karnakan kita ini makhluk
jadi kita harus tau tentang diri makhluk.

Disaat adam as di turunkan ke muka bumi ini yang mana ADAM DAN HAWA diuusir oleh Allah dari surga.

Turun nya ADAM kedunia ini adalah dgn membawa 3 unsur kejadiannya adam yang tdk boleh terpisahkan
yaitu::
-ALLAH TAALA.
-NYAWA.
-TUBUH.

------------------------------------

Disaat anda berkumpul bersama istri anda atas segala nikmat yg anda nikmati itu adalah merupakan nikmat nya ADAM DAN HAWA saat kumpul di dunia.
yaitu yg dinamakan
NIKMAT JANNATUN NA'IM yg telah di bekalkan Allah kepada adam dan hawa supaya adam dan hawa bisa kumpul kembali ke surga.

Sekaran kita fahami ada perbendaharaan ADAM yaitu:::

-Ghaib di sulbi adam.
-Sulbi ibrahim terus ke sulbi Nuh.
-Selanjutnya ke sulbi Abdullah dan beradalah di alam rahim SITI AMINAH
lalu
Lahirlah RASULULLAH SAW.

Kita ghaib dari sulbi ke sulbi 25 para Nabi hinggalah ke sulbi Orang tua kita dan lahirlah kita yaitu
sama 3 unsur itu jga
-JASAD
-RUH
-ALLAH TAALA

Lengkap jadi satu pada
SATU BATANG TUBUH.

inilah yg di maksudkan oleh Allah swt
di dlm hadits qudsi yaitu..
AKU INGIN MELIHAT DIRI DI LUAR DIRIKU.

-----------------------------------

INNA LILLAHI
(sesungguhnya kita berasal dari pada Allah)

WA INNA
(dan sesungguhnya)

WA ILAIHI RO JI'UN
(akan kembali ke pada Allah).

MAN AROFA NAFSAHU FQAD AROFA RABBAHU.
(barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya).

~Jika engkau tdk mengenal Tuhanmu....
jangan bimbang....
Tuhanmu mengenalmu...

Jangan lah kalian mau mengenal Tuhanmu...
karna
Tuhanmu sdh memperkenalkan diri-Nya kepadamu.

-Yang mengenal Tuhan itu tdk ada.
tetapi...
Allah menghendaki hambanya yg sdh Dia tentukan utk mengenal dirinya...

jadi..

yang dikatakan mengenal Tuhan adalah melalui mengenal diri.

sebab itu dikatakan dgn byk sekali sindiran-sindiran seperti..

LIHAT DIRI DULU BARU LIAT ORANG LAIN.

PERHATIKAN DIRI DULU BARU PERHATIKAN ORANG LAIN.

PIKIRKANLAH DIRI SENDIRI DAHULU BARU PIKIRKAN ORANG LAIN.

KAJI DIRI DAHULU BARULAH MENGKAJI ORANG LAIN.

dan byk lagi..

To the poin

MENGENAL DIRI MENGENAL ALLAH.
(AWALUDDIN MA'RIFATULLAH)

Titip 2

Leres niku ....mengkin ngandap maleh waktu crito penciptaan adam mawon gih
Suka · Balas · Laporkan · 1 jam yang lalu
Priyo Santoso
Sak derengipun adam dipun ciptaaken nur muhammad pun wonten kata islam.
40 hari dikandung bapak berasal dari penglihatan karena memandang hawa timbul birahi kata kejawen
Suka · Balas · Laporkan · 1 jam yang lalu
Priyo Santoso
Sewaktu adam diciptakan dimasukkan besi tua bernama.....kedalam tubuh adam lebih sejengkal dipatahkan besi tersebut oleh malaikat jibril, menjeritlah besi tersebut sambil berkata.......lalu dibuang kebumi dan melelehlah bumi kata islam.

Trecep trecep tulang sungsum ngadep ngayahi tumindak agung kata kejawen.
Suka · Balas · Laporkan · 1 jam yang lalu
Priyo Santoso
Sewaktu adam wonten swargi kaleh maos bacaan alfatihah supados bacaan alfatehah disukani pasangan..alfatihah betina...kata islam
Sewaktu tiang jaler sampun joko kepingin gadah pasangan kiambak, dawuh ajeng minang istri..kata kejawen.
Suka · Balas · Laporkan · 55 menit yang lalu
Priyo Santoso
Versi alif lam lam ha gih wonten kata islam.
Versi ho no co ro ko gih wonten ..kata kejawen.
Disunting · Suka · Balas · Laporkan · 46 menit yang lalu
Priyo Santoso
142 kitab bergantung pada 30 jus qur'an, 30 jus qur'an bergantung pada alfatihah, alfatihah bergantung pada bismillah, bismillah bergantung pada Allah Allah, Allah Allah bergantung pada haq, hag bergatung pada........ kata islam.

Manungso kuwi kitab, nglakokno kitab karo roso jare kejawen.

Rabu, 02 Desember 2015

NGELMU KYAI PETRUK

Pring padha pring

Weruh padha weruh

Eling tanpa nyanding.”
Susah padha susah; seneng padha seneng; eling padha eling; pring padha pring.”
Murid, gurune pribadi

Guru, muride pribadi

Posisinya sih, punggung kita disentuh telapak tangan sang orang yang ahli membuka mata batin. Nah, kita juga bisa membuka mata batin seorang diri. Serem-serem pedes deh kalau begini. Tapi kalau penasaran bin penasaran banget, ya simak deh cara berikut:



1.Usahakan agar duduk tegak dan bersila.
2.Posisi tangan diletakan terbuka di atas lutut.
3.Pusatkan diri pada dada sebelah kiri di 1 jari di bawah puting susu (maaf).
4.Pusatkan diri pada mata ketiga yang terletak di antara kedua alis.
5.Tersenyum sejenak dan niat:

” Saya siap menerima pembukaan mata bhatin dan mata ketiga saya”
” Ya Allah hamba mohon dibukakan mata bathin dan mata ketiga saya”.
” Ya Allah aktifkan dan buka seluruh energiku dengan seijinMU Ya Allah”.
6 Nikmati sensasinya.
7 Proses memakan waktu 15 menit. Bila sudah 15 menit langsung meditasi 10 menit, dan proses selesai.

Cara meditasi setelah pembukaan (10 menit):

1.Satukan kedua telapak tangan didepan dada dan niat:

“Selaraskan mata bathin dan mata ketiga saya dan energi yang ada di dalam tubuh saya”.
2.Rasakan energi mengalir dikedua telapak tangan dan menyebar diseluruh tubuh.

Belum pernah nyoba tapi penasaran. Atau di antara kalian udah pernah nyobain sendirian dan berhasil? 

Pamulangane, sengsarane sesami

Ganjarane, ayu lan arume sesami.”

“Sugih tanpa bandha.

Digdaya tanpa hadji.

Ngalurug tanpa bala.

Menang tanpa ngasoraken.”

“Ajinipun inggih boten sanes namung aji tekad; ilmunipun ilmu pasrah; rapalipun adilipun Gusti.”

Senin, 30 November 2015

Raden Mas Panji Romo Sosrokartono

” Ing donya mung kebak kangelan,
sing ora gelem kangelan aja ing donya. “

” Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia. “

Sekilas Biografi
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Mayong pada hari Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M. Beliau adalah putera R.M. Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Semenjak kecil beliau sudah mempunyai keistimewaan, beliau cerdas dan mempunyai kemampuan membaca masa depan.

Kakak dari ibu kita Kartini ini, setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara, melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898 meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda. Mula-mula masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden, tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur. Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putera-putera Indonesia lainnya.

Dengan menggenggam gelar Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, beliau mengembara ke seluruh Eropa, menjelajahi pelbagai pekerjaan. Selama perang dunia ke I, beliau bekerja sebagai wartawan perang pada Koran New York Herald dan New York Herald Tribune. Kemudian, setelah perang usai, beliau menjadi penerjemah di Wina, tapi beliau pindah lagi, bekerja sebagai ahli bahasa pada kedutaan Perancis di Den Haag, dan akhirnya beliau hijrah ke Jenewa. Sebagai sarjana yang menguasai 26 bahasa, beliau bekerja sebagai penerjemah untuk kepentingan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa.

Sampai suatu ketika terdengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur ± 12 tahun. Anak itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak kunjung sembuh meki sudah diobati oleh beberapa dokter. Dengan dorongan hati yang penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu. Sesampainya di sana, beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh.

Kejadian itu membuat orang-orang yang tengah hadir di sana terheran-heran, termasuk juga dokter-dokter yang telah gagal menyembuhkan penyakit anak itu. Setelah itu, ada seorang ahli Psychiatrie dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnya Drs. R.M.P. Sosrokartono mempunyai daya pesoonalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari olehnya.
Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya beliau merenungkan dirinya dan memutuskan menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu. Akan tetapi, karena beliau adalah lulusan Bahasa dan Sastra, maka di sana beliau hanya diterima sebagai toehoorder saja, sebab di Perguruan Tinggi tersebut secara khusus hanya disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa lulusan medisch dokter.

Beliau kecewa, karena di sana beliau hanya dapat mengikuti mata kuliah yang sangat terbatas, tidak sesuai dengan harapan beliau. Di sela-sela hati yang digendam kecewa, datanglah ilham untuk kembali saja ke tanah airnya. Di tanah airnyalah beliau harus mencurahkan segenap tenaga dan pikiran untuk mengabdikan diri kepada rakyat Indonesia. Sesampainya di indonesia, beliau bertempat tinggal di Bandung, beliau menjadi sang penolong sesama manusia yang menderita sakit jasmani maupun rohani.

Di Bandung, di Dar-Oes-Salam-lah beliau mulai mengabdikan dirinya untuk kepentingan umat. Beliau terkenal sebagai seorang paranormal yang cendekiawan di mana saja, bahkan beliau pernah mendapat undangan Sultan Sumatera, Langkat. Di daerah sanalah beliau mulai menampakkan kepribadiannya secara pasti, karena di sebuah kerajaan beliau masih menunjukkan tradisi Jawanya, kerendah-hatiannya, kesederhanaannya, tidak mau menikmati kemewahan, bahkan dalam beberapa hari di tiap harinya beliau hanya makan dua buah cabe atau sebuah pisang.

Beliau tidak menikah, tidak punya murid dan wakil.

Pada hari Jum’at Pahing, tanggal 8 februari 1952 di rumah Jl. Pungkur No. 19 Bandung, yang terkenal dengan sebutan Dar-Oes-Salam, Drs. R.M.P. Sosrokartono kembali ke Sang Pencipta dengan tenang, tentram.

Mandor Klungsu

“… para Pangeran ingkang sesami rawuh perlu manggihi pun Klungsu, …”

“… para pangeran yang berdatangan perlu menemui si Klungsu, …”

“Salam alaikum, Kula pun Mandor Klungsu.”

“Salam alaikum, Saya si Mandor Klungsu.”

“Taklimi pun Mandhor … Pak Klungsu.”

“Taklimnya Mandhor … Pak Klungsu.”

“Salam taklimipun lan padonganipun. Pak Klungsu.”

“Salam taklimnya dan do’anya. Pak Klungsu.”

Kutipan- kutipan di atas menunjukkan bahwa Drs. R.M.P. Sosrokartono menyebut dirinya sebagai “Mandor Klungsu”.

Klungsu artinya biji asam, bentuknya kecil tapi keras (kuat) yang ketika ditanam dan dirawat sebaik-baiknya, maka akan menjelma sebuah pohon yang besar-kekar, berdaun rimbun dan berbuah lebat.

Bukan sekedar biji buah asam, melainkan kepala/pimpinannya.

Pohon asam mulai dari pohon sampai bijinya, semua dapat dimanfaatkan. Selain itu, mempunyai sifat kokoh dan tegar.

Ketika melihat kiprahnya sehari-hari, maka beliau hanya seorang Mandor, Mandor Klungsu, yang harus menjalankan perintah Sang Pimpinan (Tuhan), serta mempertanggungjawabkan semua karyanya selama itu kepada Tuhannya.

“Kula dermi ngelampahi kemawon.”

Maksudnya, “Saya hanya menjalankan saja.”

“Namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggaken dhateng Gusti.”

Maksudnya, “Saya hanya mencari sesuatu yang baik, semuanya saya serahkan kepada Tuhan.”

“Kula saged nindhakaken ibadat inggih punika kuwajiban bakti lan suwita kula dhateng sesami.”

Maksudnya, “Saya bisa menjalankan ibadah, yaitu kewajiban berbakti dan pengabdian saya kepada sesama.”

Jaka Pring

“… Nyuwun pangestunipun para sedherek dhumateng pun Djoko Pring.”

“… mohon do’a restunya saudara-saudara untuk si Jaka Pring.”

“Saking Ulun, Djoko Pring.”

“Dari saya, Jaka Pring.”

Selain untuk dijadikan nama, Drs. R.M.P Sosrokartono juga pernah menuliskannya sebagai berikut:

“Pring padha pring

Weruh padha weruh

Eling tanpa nyanding.”

Artinya, “Bambu sama-sama bambu, tahu sama-sama tahu, ingat tanpa mendekat.”

Versi lain berbunyi:

“Susah padha susah; seneng padha seneng; eling padha eling; pring padha pring.”

Artinya, “Susah sama-sama susah; senang sama-sama senang; ingat sama-sama ingat; bambu sama- sama bambu.”

Jaka adalah jejaka/laki-laki yang belum (tidak) menikah dan Pring adalah bambu.
Pohon bambu adalah pohon yang sekujur tubuhnya dapat dimanfaatkan oleh siapa saja yang berkepentingan dengannya. Pohon Bambu dapat dimanfaatkan untuk membuat rumah, mulai dari tiang, atap, dinding, pagar, sampai atap-atapnya. Bukankah orang-orang dahulu menjadikan daun bambu sebagai genteng rumah mereka? Ranting-rantingnya dapat dijadikan kayu bakar atau pagar. Bambu dapat digunakan untuk membuat balai-balai, sangkar, keranjang, tempayan, tembikar, kursi, dll. Cikal bakal dari pohon bambu dapat dimanfaatkan untuk sayur/dimakan. Yang jelas, semuanya dapat dimanfaatkan, semuanya dapat difungsikan atau dibutuhkan sesuai kehendak orang yang bersangkutan.

Satu hal lagi, jenis bambu itu bermacam-macam. Sesuai dengan hajat seseorang dalam memfungsikan bambu, maka ia mempunyai pilihan terhadap jenis bambu yang mana ia butuhkan. Apakah bambu pethung, bambu ori, bambu wuluh, bambu apus dan lain sebagainya.

Kutipan di atas juga mengutarakan bahwa, apapun jenis kita, bangsa kita, agama kita, ras, warna kulit, perbedaan bahasa dan suku kita, kita tetap sama, sama-sama tahu, sama-sama manusia.
Apapun jenis, warna dan bentuknya bambu, tetap bambu. Tak ada perbedaan, semua sama belaka. Manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah sama. Seperti ketika beliau melakukan perjalanan ke luar Jawa, kemudian beliau bertemu oleh sekian jenis manusia dengan status sosial yang berbeda. Bagi beliau, semua manusia disejajarkan. Sikap egalitarisme tetap dijaga dan dilestarikan.

Dalam kondisi dan situasi bagaimanapun dan di manapun, ingat akan keterciptaan, teringat akan sesama, saling mengingatkan dan ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Pemurah. Ketika manusia itu ingat kepada Tuhannya, maka Tuhanpun akan ingat kepadanya.

Guru Sejati

“Murid, gurune pribadi

Guru, muride pribadi

Pamulangane, sengsarane sesami

Ganjarane, ayu lan arume sesami.”

Artinya, “Murid gurunya diri pribadi. Guru, muridnya diri pribadi. Tempat belajarnya/pelajarannya, penderitaan sesama. Balasannya, kebaikan dan keharuman sesama.”

Untaian itu mengandung pengertian bahwa sesungguhnya dalam diri seseorang terdapat seorang guru dan diri seseorang itu sendiri menjadi murid, murid dari guru sejati.
Sebab, pada intinya, segala bentuk ilmu dan pengetahuan itu hanya datang dari Tuhan, karena guru selain Tuhan itu hanya sebagai perantara belaka.

“Sinau ngarosake lan nyumerepi tunggalipun manungsa, tunggalipun rasa, tunggalipun asal lan maksudipun agesang.”

Artinya, “Perlu belajar ikut merasakan dan mengetahui bahwa manusia itu satu, rasa itu satu, berasal dari tempat yang sama, dan belajar memahami arti dari tujuan hidup.”

“Tansah anglampahi dados muriding agesang.”

Artinya, “Selalu menjalani jadi murid kehidupan/sesama hidup.”

Kehidupan itulah sang guru, karena kehidupan itu juga mengajarkan kepada kita.

Sang Alif

“… Ping kalihipun perlu babat lan ngatur papan kangge masang Alif. (Masang Alif punika inggih kedah mawi sarana lampah. Boten kenging kok lajeng dipun canthelaken kemawon, lajeng dipun tilar kados mepe rasukan).”

Artinya, “Yang keduanya perlu membuka dan mengatur tempat untuk memasang Alif. (Memasang Alif itu harus dengan sarana penghayatan. Tidak boleh hanya dicantolkan begitu saja, lalu ditinggal layaknya menjemur pakaian.)

“Ngawula dateng kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip, …”

Maksudnya adalah mengabdi kepada abdinya Tuhan dan memperbaiki keindahan hidup.

Diungkapkan bahwa Drs. R.M.P. Sosrokartono memiliki tiga buah Alif, yaitu :

Sang Alif warna hitam, dengan dasar putih.Sang Alif warna putih, dengan dasar biru muda.Sand Alif warna putih, dengan dasar merah.

Ketika melayani dan mengobati orang-orang yang sakit, Drs. R.M.P. Sosrokartono selalu berdiri. Beilau kuat sekali berdiri berjam-jam atau berhari-hari. Setelah mengobati orang-orang sampai pukul 12 malam, Dar-Oes-Salam ditutup. Namun beliau tidak langsung tidur, beliau seringkali bermain catur sampai jam 3, 4 pagi, itupun beliau lakukan sambil berdiri.

Kanthong Bolong

“Nulung pepadhane, ora nganggo mikir

wayah, wadhuk, kanthong.

Yen ana isi lumuntur marang sesami.”

Artinya, “Menolong sesama, tidak perlu memakai pikiran waktu, perut, saku. Jika (saku) berisi mengalir kepada sesama.”

Dengan demikian, maksud dari “Ilmu Kanthong Bolong” adalah sebuah pengetahuan konkrit tentang sebentuk tempat yang selalu kosong, yang secara pasti tempat itu tak pernah membiarkan sesuatu yang dimilikinya tetap ada, karena tempat itu berlobang, maka apapun yang ditaruh di sana selalu mengalir, sehingga menjadi kosong dan sunyi dari apa saja.

“Nulung tiyang kula tindakaken ing pundi-pundi, sak mangsa-mangsa, sak wanci-wanci.”

Maksudnya, menolong orang itu dilaksanakan di mana-mana, sewaktu-waktu, kapan saja.

Sugih Tanpa Bandha

“Sugih tanpa bandha.

Digdaya tanpa hadji.

Ngalurug tanpa bala.

Menang tanpa ngasoraken.”

Artinya, “Kaya tanpa harta. Sakti tanpa azimat. Menyerang tanpa balatentara. Menang tanpa merendahkan.”

Demikianlah kata-kata mutiara yang tertera pada salah satu batu nisan makam Drs. R.M.P. Sosrokartono di Sidhomukti Kudus.

Ajaran Drs. R.M.P. Sosrokartono ini tidak mengajak orang-orang Indonesia jadi orang yang melarat, miskin, tak punya harta, sehingga mudah dipermainkan oleh mereka yang berharta. Tapi sesungguhnya, kembali pada penjelasan bahwa orang kaya itu bukanlah karena banyak harta bendanya, melainkan orang kaya itu adalah orang yang kaya hatinya, yang kaya mentalnya.

“Puji kula mboten sanes namung sugih-sugeng-seneng-ipun sesami.”

Maksudnya, si miskin akan akan tetap jadi miskin atau makin miskin karena bermental miskin.

Bukankah orang kaya itu orang yang sudah tak lagi membutuhkan sesuatu, karena semuanya telah terpenuhi? Meskipun anda tak berharta, tapi anda sudah merasa cukup dengan apa yang anda dapatkan di dunia ini, maka andalah orang kaya itu. Sebaliknya, meskipun anda banyak berharta, tapi anda masih menginginkan dan membutuhkan sesuatu yang begini dan begitu, maka anda bukanlah orang kya, karena anda masih fakir (butuh) dan kebutuhan anda belum tercukupi.

Digdaya Tanpa Aji

“Ajinipun inggih boten sanes namung aji tekad; ilmunipun ilmu pasrah; rapalipun adilipun Gusti.”

Artinya, “Ajiannya tidak lain hanyalah ajian tekad, ilmunya ilmu pasrah, manteranya keadlan Tuhan.”

Perbuatan taat dan meninggalkan maksiat itulah sumber energi yang dapat membuat seseorang sakti mandraguna, disamping kemampuan diri mengekang gejolak syahwat dan dari perintah nafsu yang buruk.

Rumusan beliau “Digdaya tanpa Aji” ada pada tiga tahapan, yaitu :

Tekad
Tekad adalah sifat yang merujuk pada semangat dan keberanian diri dalam menghadapi segala masalah, seperti rekayasa hidup, fitnah dan bujukan dunia. Tekad ada karena ada niat, sementara segala sesuatu itu tergantung pada niatnya. Jika niatnya itu baik, maka baiklah jadinya. Selain itu, dengan tekad manusia dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Tekad bukan berarti spekulasi miring, tapi lebih mengarah pada sikap tidak takut pada apapun dan siapapun, sehingga hasil yang dicapaipun menjadi maksimal. Tekad dapat dijadikan senjata, yakni senjata psikis dalam menghadapi setiap masalah. Oleh karena itu tekad dapat dijadikan ajian, azimat pamungkas dalam segala urusan. Untuk mendapatkan “aji tekad” tidak perlu melakukan laku (tirakat), tidak pula belajar ilmu kanuragan dahulu, tetapi “aji tekad” dapat diperoleh dengan menanam keberanian, kepasrahan, keadilan dan niat yang baik dalam diri.

Pasrah
Ilmu pasrah dapat juga disebut ilmu tawakal. Memasrahkan diri sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa. Ilmu tawakal ini bisa diperoleh dengan menanamkan pemahaman dalam diri bahwa tak ada kuasa dan daya selain kuasa dan daya Tuhan Yang Maha Agung. Hidup dan mati itu urusan Tuhan, sukses dan gagal atas kehendak Tuhan. Intinya, menyerahkan permasalahan hidup ini kepada Tuhan, karena Dialah sebaik-baiknya Wakil. Pasrahkan jiwa dan raga kepada-Nya; Dibalik tawakkal ada keselamatan, karena ketika manusia telah menyerahkan hidup-matinya, segala urusannya kepada Yang Maha Esa, maka Dialah yang akan melindungi dan menyelamatkannya dari bahaya dan bencana.

Keadilan
Keadilan disini adalah lafal, kata/tanda yang disandarkan kepada Tuhan. Keadilan ini sulit didapat dan sulit dipraktekkan, kaena keadilan adalah puncak dari kebaikan. Ketika manusia tak dapat berbuat adil, maka Tuhanlah yang akan memberikan keadilan. Keadilan Tuhan ini sangat menakutkan, karena Yang Maha Adil itu takkan memandang siapa yang akan diadili, sehingga keadilan benar-benar ditegakkan.

Ketika keadilan-Nya telah berbicara, maka kebenaranlah yang ada. Ketika keadilan Tuhan telah menjadi ucapan seseorang dalam denyut kehidupannya, maka kebenaran dan kebaikanlah yang diperolehnya.

“Tanpa aji, tanpa ilmu, kula boten gadhah ajrih, sebab payung kula Gusti kula, tameng kula inggih Gusti kula.”

Artinya, “Tanpa ajian, tanpa ilmu (kanuragan), saya tidak takut, sebab payung atau pelindung saya adalah Tuhan dan perisai saya juga hanya Tuhan.”

Bertempur Tanpa Pasukan

“Ngalurug tanpa Bala” adalah merupakan sebagian kebenaran hidup yang harus dihayati dan diamalkan, karena ungkapan ini merujuk pada istilah berkarya dengan tangan sendiri. Tak perlu bantuan, tak perlu teriak-teriak meminta pertolongan, karena diri pribadi sudah dapat mengatasi apa yang dialami.

Sesungguhnya musuh manusia adalah setan, baik setan manusia maupun setan jin, maka kepada keduanyalah manusia harus melakukan perlawanan. Sekali lagi, setan-setan itulah yang harus dilawan, diperangi, dan kalau bisa, dimusnahkan saja. Dengan bekal teksd dan keberanian yang suci, maka tak ada yang tak dapat dihancurkan, karena semua mahluk akan binasa kecuali Dzat-Nya.

Kasih sayang dapat melunakkan musuh, dapat menolong, dapat dijadikan pelindung, dan dengan tekad asih, kita tidak akan merasa takut terhadap siapapun dan apapun.

“Ingkang kula dalaken dede tekad pamrih, ananging tekad asih.”

Artinya, “Yang saya pergunakan bukan tekad pamrih, tapi tekad asih.”

“Anglurug tanpa bala, tanpa gaman; Ambedhah, tanpa perang tanpa pedhang.”

Maksudnnya, mengejar (musuh) tanpa tentara, tanpa senjata; menundukkan (musuh) tanpa perang tanpapedang.Tak perlu teman, tak perlu senjata. Hindarilah peperangan, pertarungan, atau kekerasan.

Yakinlah bahwa orang yang berjalan dengan membawa cinta kasih kepada sesama mahluk akan senantiasa mendapatkan pertolongan dan perlindungan Tuhan.

Meskipun manusia tidak mencari masalah atau musuh, permasalahan atau musuh itu datang dengan sendirinya dan akan meniupkan gangguan-gangguan. Akan tetapi, permasalahan dan musuh yang ada di dalam diri kita sendiri. Tekanan batin, penderitaan mental, atau nafsu-nafsu kotor yang menghuni lembah diri kita itulah permasalahan dan musuh kita yang berat lagi membahayakan, karena tak tampak tetapi dapat kita rasakan.

Nafsu-nafsu jahat yang menghuni diri manusia bermacam-macam. Nafsu-nafsu itulah yang pada umumnya membuat manusia menjadi sombong, kikir, dengki, jahat dan segala bentuk sifat buruk sering bercokol dalam dirinya, sehingga kehinaan dan kenestapaanlah yang diperoleh, bukan kemuliaan dan keselamatan. Maka, sangat elegan jika Drs. R.M.P. Sosrokartono mencetuskan rumusan “Ngalurug tanpa Bala” yang mempunyai muatan ajaran spiritual dalam rangka menghalau segala bentuk keburukan yang ada didalam diri manusia, supaya manusia tidak menjadi hina, karena barang siapa yang dikalahkan dengan hawa nafsunya maka kehinaanlah yang akan bersanding mesra dengannya.

Trimah Mawi Pasrah

“Trimah mawi pasrah.
Suwung pamrih, tebih ajrih.
Langgeng tan ana susah, tan ana seneng.
Antheng mantheng sugeng jeneng.”

Artinya, “Menerima dengan pasrah. Tiada pamrih, jauh dari takut. Abadi tiada duka, tiada suka. Tenang memusat, bahagia bertakhta.”

Konsep “trimah mawi Pasrah”, oleh Drs. R. M. P. Sosrokartono, diperjelas dengan apa yang pernah beliau katakan di bawah ini :

“Ikhlas marang apa sing wes kelakon.

Trimah apa kang dilakoni.

Pasrah marang apa bakal ana.”

Artinya, “Ikhlas terhadap apa yang telah terjadi. Menerima apa yang dijalani. Pasrah terhadap apa yang akan ada.”

Jadi, selain bergandengan dengan ilmu sabar, ilmu pasrah dan ilmu trimah juga bergandengan dengan ilmu ikhlas, tidak mencari pamrih, tidak karena ingin dipuji, tidak pamer kepada orang lain. Apa yang telah terjadi, biarlah terjadi, karena kepasrahan akan membawa keridhaan, dan keridhaan akan membawa keikhlasan, dan itulah sabar, sebuah sifat yang sangat disukai oleh Tuhan.

“Trimah mawi Pasrah” juga dapat diartikan bahwa manusia hanya dapat berusaha, sedangkan Tuhanlah yang menentukan segalanya. Oleh karena itu, janganlah terlalu menyesali nasib, karena dibalik derita ada bahagia, dibalik kesusahan ada kemudahan. Yang pasrah akan mendapat kemudahan, yang ridha akan mendapatkan ganti, yang sabar akan mendapatkan kemuliaan dan yang ikhlas akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan hati.

Suwung Pamrih Tebih Ajrih

” … Suwung pamrih, suwung ajrih, namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggaken dhateng Gusti … “

Artinya, ” … Tiada pamrih, tiada takut, hanya mencari sesuatu yang baik, semua saya serahkan kepada Tuhan … “

“Yen kula ajrih, kenging dipun wastani ngandut pamrih utawi ancas ingkang boten sae.”

Artinya, “Jika saya takut, boleh dikatakan (bahwa saya) menyimpan pamrih atau niat yang tidak baik.”

“Luh ingkang medal sangking manah punika, dede luh ipun tangis pamrih, nanging luh peresanipun manah suwung pamrih.”

Artinya, “Air mata yang keluar dari hati ini, bukanlah air matanya tangis pamrih, tetapi air mata perasan hati yang kosong pamrih.”

Ketika anda menangis, menangislah karena syukur dan ikhlas, bukan karena menginginkan imbalan yang tak kunjung tiba. Apalah artinya menantikan imbalan, jika semua yang ada tak mengizinkan. Apalah artinya tangisan hanya gara-gara ingin dipuji, dibalas atau diberi, jika kemuliaan jauh dari kita. Yang terpenting adalah kedamaian, ketentraman, aman, kebahagiaan dan kemuliaan.

Pamrih itu hanya membuat seseorang menjadi penakut, picik, menderita, menjenuhkan, bahkan dapat membuat orang menjadi hina.

Apalah artinya berpegang kepada kesementaraan, jika di alam baka kita dicambuk derita ?!

Padhang Ing Petheng

” … Wosipun inggih punika ngupadosi padhang ing peteng; seneng ing sengsara, tunggaling sewu yuta … “

Artinya, “Yang jelas adalah mencari terang di dalam gelap; senang dalam kesengsaraan, ribuan juta contohnya.”

Apa saja yang ada di dunia ini relatif. Di bumi ini selalu ada dualisme, seperti padhang-petengseneng-sengsara; sehat-sakit; hujan-panas dan lain sebagainya. Demikianlah yang namanya kehidupan.Peteng terus itu tidak ada. Padhang terus juga tidak ada. Seneng terus itu juga tidak ada. Sengsara terus itupun tidak ada. Oleh karena itu, yang bertentangan itu dibutuhkan dalam kehidupan ini. Dengan adanya panjang, kita tahu pendek; dengan adanya sakit, kita bisa merasakan sehat. Dengan mengetahui baik, maka kita tahu apa itu buruk.

Hujan dan panas, keduanya dibutuhkan dalam kehidupan ini. Kalau orang tidak mau peteng dan selalu ingin yang padhang saja, apa jadinya dunia ini? Kapan kita istirahat, kapan kita tidur? Kalau peteng terus, apa saja yang semula tumbuh pasti mati. Sebab tidak terkena sinarnya matahari. Kalau panas terus, bumi ini akan kering kerontang, kematian akan tersebar di muka bumi. Kalau hujan terus, pasti terjadi banjir di mana-mana. Daratan akan tenggelam, kelaparan melanda dunia disertai kematian umat manusia. Dimana-mana yang ada cuma air! Apa jadinya bumi ini?

Senang dan sengsara harus diterima seperti apa adanya, karena kedua-duanya membawa manfaat dan didalamnya ada hikmah yang tersembunyi. Janganlah kita terikat atau terbelenggu oleh senang dan susah. Jika kesengsaraan datang, terimalah. Jika kesenangan datang, sambutlah. Mengapa? Supaya hidup ini dapat dijalani dengan tenang.

Di manapun anda temukan kegelapan, maka terangilah. Di manapun anda temukan kesengsaraan, maka berilah kesenangan. Janganlah berhenti melakukan tugas itu, karena berjuta-juta yang membutuhkan cahaya terang dan sinar kebahagiaan.

Catur Murti

Catur itu empat, sedangkan Murti itu penjelmaan. Jadi yang dimaksudkan adalah empat yang dijelmakan menjadi satu. Menurut Aksan, Catur Murti adalah bersatunya empat faal, yaitu pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan.

Berawal dari keinginan atau kehendak (perasaan), itulah yang menyebabkan berpikir dan tindak lanjutnya adalah berkata, terakhir berbuat. Pikiranlah yang mendorong kita untuk berkata maupun berbuat. Sekarang tergantung kepada pikirannya. Kalau pikirannya baik/benar, maka akan mengeluarkan kata-kata yang baik/benar. Kalau pikirannya baik/benar, akan mendorong untuk berbuat baik/benar. Jika pikirannya jahat/tidak benar, akan mendorong orang untuk berkata yang jahat dan berbuat jahat.

Kebencian jangan diberi kesempatan untuk merajalela di alam pikiran kita. Kita harus menjinakkan kebencian yang ada di dalam pikiran kita, kemudian kita pudarkan atau kita kecilkan, agar pikiran jahat itu dapat kita hilangkan. Kalau sudah begitu, jangan diingat-ingat lagi orang yang pernah membuat anda jadi benci. KAta-katanya, perilakunya, jangan diingat lagi. Dengan berjalannya waktu, anda akan melupakan itu semuanya. Berterima kasihlah kepada Tuhan, karena anda dikaruniai sifat lupa, kalau anda tidak diberi lupa, maka anda akan ingat segala-galanya, apakah anda tidak bertambah pusing?

Ada kalanya kita menggunakan pikiran yang baik, namun masih dianggap kurang cukup. Menggunakan perasaan yang baik pun masih ada kekurangannya.

Sebagai contoh : Anda sedang berjalan dengan seorang teman. Kebetulan teman itu tidak punya uang sama sekali. Dan sama-sama lapar, tetapi uang anda hanya Rp 2000. Anda mampir di warung, nasi satu piring Rp 2000. jadi yang makan hanya anda sendiri. Sebab, uang itu adalah uang anda sendiri dan anda sangat lapar. Teman anda menunggu sambil berdiri, di luar warung. Sampai hatikah anda berbuat begitu?

Contoh lainnya : Uang Rp 2000 anda berikan kepada teman anda, teman anda yang makan. Anda hanya duduk saja di dalam warung, sambil mengamati teman anda yang sedang menikmati makanannya.

Pada contoh yang pertama, anda egoistis. Sekalipun berpikir benar. Pada contoh yang kedua, anda adalah orang gila yang baik hati. Sekalipun berperasaan benar. Nah, coba anda mencari makanan yang harganya Rp 1000 saja. Anda dan teman anda sama-sama dapat makan. Anda makan tidak kenyang, tetapi sudah makan. Teman anda tidak kelaparan. Jadi sebelum anda berbuat, pikiran yang benar harus diselaraskan dengan perasaan yang benar. Artinya, ada unsur penyelarasan. Dengan begitu, dalam konteks tersebut, perbuatan anda adalah “Perbuatan benar”.

Dengan demikian, Catur Murti itu merupakan kesatuan, tidak boleh dipisahkan, jangan ambilprotholannya saja, ambillah kesatuannya, keseluruhannya. itu baru namanya Catur Murti. Selain itu, Catur Murti bukan hanya sekedar dihafalkan, tapi harus dihayati dan diamalkan. Berlatih Catur murti tanpa berhenti, baru ada manfaatnya. Sehingga menyatu dengan jiwa kita, sehingga kita terbiasakan untuk berpikir benar, berperasaan benar, berkata benar dan berbuat benar. Dalam situai dan kondisi apapun reaksi kita jadi cepat dan dalam mengambil keputusan bisa dengan tepat dan benar.

Tuhan telah memberi kita 2 buah mata, 2 buah telinga dan 1 mulut. 2 buah mata, artinya banyak-banyaklah melihat. 2 buah telinga, artinya banyak-banyaklah mendengar. 1 buah mulut, kalau tidak perlu sebaiknya ditutup. Sebab mulut adalah pintu gerbang yang mendatangkan bahaya.

Benci (kebencian)
Hidup ini jadi tegang dan gelisah. Kebencian dapat melahirkan dendam. Dendam dapat melahirkan ketidaktenangan. Gelisah dan gundah gulana itu juga akibat dari sebuah kebencian.

Serakah
Keserakahan menyebabkan hati kita tertutup. Hati yang tertutup tidak dapat melihat kepentingan orang lain, tidak dapat merasakan penderitaan orang lain. Yang dipikirkan hanya kepentingan, kesenangan dan keselamatan dirinya sendiri.

Iri Hati
Orang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika orang lain senang. Ia tidak merasa bahagia kalau orang lain bahagia. Ia merasa kecil hati melihat orang lain sukses. Orang yang iri hati itu hatinya kerdil, karena ia tidak mau menerima kenyataan dengan lapang dada atau mengakui kesuksesan orang lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan orang lain. Orang iri hati cepat sekali untuk memfitnah orang, menggunjing atau menjelekkan orang lain yang sukses.

Fitnah
Selama kita benar, jangan takut terhadap fitnah. Kalau kita tak berbuat yang neko-neko, kita merasa benar, tak perlu memikirkan fitnah itu. Biarkan saja, diamkan saja dan hadapi dengan kesabaran.

Bodoh (kebodohan)
Bilamana kita sedang marah, sedang membenci, sedang iri hati, sedang serakah, pada saat itu kita dalam keadaan bodoh, yang artinya tidak punya kemampuan untuk mengendalikan diri/lepas kontrol. Saat itu pikiran kita jadi gelap, tidak sadar, tidak bijaksana, kita jadi bodoh (tidak seperti biasanya, cerdas, bijaksana). Karena bodoh, ada kemungkinan kita memukul atau membunuh tanpa kesadaran. Melakukan hal-hal membahayakan untuk diri sendiri dan orang lain, dan kita pun menderita lahir batin. Kita baru sadar, setelah itu semua terjadi. Kesadaran yang datangnya terlambat.

Mutiara-mutiara

“… Kula badhe nyobi prabotanipun wong lanang, inggih punika: bares, mantep, wani. …”

“… Saya akan mencoba identitas seorang lelaki, yaitu: jujur, mantab, wani …”

“Boten kenging tiyang jaler ngunduri utawi nyingkiri bebaya utami, saha cidra dhateng pengajeng-ajeng lan kepercadosipun sesami.”

Intinya, seorang pemberani jangan takut menghadapi apapun..

“Yen kapergok aja mlayu.”

..dan jika bertemu suatu bahaya, jangan lari. (Bertanggungjawab)

“Ing donya mung kebak kangelan, seng ora gelem kangelan aja ing donya.”

“Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia.”

“Ajinipun inggih boten sanes naming aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adiling Gusti.”

Intinya, tak perlu mempelajari ajian-ajian, cukup dengan tekad yang baik, dengan kepasrahan yang benar dan selalu berlindung di bawah sifat adil tuhan.

“Kula bade ngukur dedeg kula, nimbang botin kamantepan, njajagi gayuhanipun budi.”

Intinya, di dalam sebuah pengembaraan, sebaiknya seseorang juga perlu mempertimbangkan keyakinan yang dimilikinya dan mendalami raihan budi. Sejauh mana keyakinan dan raihan budinya, dapat dilihat setelah seseorang menjalani pengembaraan, karena di sanalah kedua hal tersebut dapat teruji dan terbukti.

“Pakerti asor numusi anak putu lan mbekta kasengsarane tiyang katah.”

Intinya, harus tahu bahwa perbuatan atau akhlak yang buruk dapat terwarisi oleh sang anak dan dapat mendatangkan kesengsaraan orang lain.

“Aja dumeh, tepa slira, ngerti kuwalat.”

Intinya, janganlah merasa hebat. Terhadap siapapun harus tenggang rasa. Dan harus tahu kena tuah (semisal hukum karma).

“Wani mengku: anteping ati, kencenging pikir, boboting kekuatane.”

Intinya, kemantapan dan kekuatan hati, pikiran yang kuat atau teguh dan bobotnya kekuatan harus dimiliki.

“Nekad: Kekendelan, ngluwihi kekuatan.”

Intinya, bertekad bahwa kepastian (di dalam diri) itu melebihi kekuatan.

“Dede tekad pamrih, nanging tekad asih.”

Intinya, berdasarkan pada tekad asih, bukan tekad pamrih.

“Tiyang mlampah punika, sangunipun lan gembolanipun satunggal, inggih punika :“maksudipun”.”

Intinya, orang berjalan hanya mempunyai satu bekal, yaitu niat.

“Barang sanesipun saged dipun wastani ngriribedi lan ngrawati lampah, kenging dipun wastani ugi : Ngendoni niyat utawi “ngeker ancas lan tujuning lampah”.”

Intinya, barang lainnya selain niat yang baik, hanya akan menjadi penghalang dan memperberat langkah, dapat juga dinamakan sesuatu yang bisa mengendorkan niat, bisa memutar tujuan perjalanan. Gara-gara mencari sesuatu yang tak jelas, niat seseorang dapat berubah.

Kepustakaan

Indy G. Hakim, Tafsir Surat-surat & Mutiara-mutiara Drs. R.M.P. Sosrokartono, (Pustaka Kaona, April 2008)Pa’ Roesno, Karena Panggilan Ibu Sejati : Riwayat Hidup dari Drs. R.M.P. Sosrokartono, (Djakarta : 1954)Panitya Buku Riwayat Drs. R.M.P. Sosrokartono, Kempalan Serat-serat : Drs. Sosrokartono, (Surabaya : Panitya Buku Riwayat Drs. R.M.P. Sosrokartono, 1992)Serat Saking Medan, 12 Mei 1931 dalam Suxmantojo, Kempalan Serat-serat Drs. R.M.P. SosrokartonoSerat Saking Binjei, 5 Juli 1931Serat Saking Binjei, 9 Juli 1931Serat Saking Tanjung Pura (Langkat), 26 Oct. 1931Serat Saking Tanjung Pura, 11 Oct. 1931Djoko Pring, “Aji Pring”, (Binjei, 12 Nov. 1931)Djoko Pring, Omong Kosong, (Binjei, 12 Nov. 1931)R. Mohammad Ali, Ilmu Kantong Bolong, Ilmu Kantong Kosong, Ilmu Sunji Drs. R.M.P. SosrokartonoDjoko Pring, Lampah lan Maksudipun, (Binjei 12 Nov. 1931)

Jumat, 27 November 2015

Mbah Nun

Maiyah Kehidupan

Sayap-sayap Kerbau 

Sayap-sayap Kerbau
Oleh: Emha Ainun Nadjib

Di tengah padang yang terbuka luas, dua orang musafir berdebat tentang sebuah titik hitam yang tampak nun jauh di depan. Yang seorang menyatakan, titik itu tak lain seekor kerbau. Sementara lainnya sangat meyakini, itu seekor banteng.

Riuh rendah mereka berdebat dengan argumentasinya. Karena tidak ada titik temu, satu-satunya jalan yang mereka sepakati adalah bersegera mendatangi titik itu ke tempatnya.

Maka, mereka pun berjalan menyusuri padang, sambil terus berdebat, beradu wacana, mempertandingkan acuan, referensi dan pengalaman. Sampai akhirnya mereka hampir tiba di titik yang dituju. Namun, sebelum mereka melihat persis
apa gerangan ia, titik itu tiba-tiba melesat, terbang dari tempatnya, melayang-layang ke angkasa.

"Burung!” kata salah seorang, "Apa saya bilang”, "Tidak bisa!" sahut lainnya. Keduanya berlari mendekat, meskipun si benda terbang itu melesat makin jauh dan tinggi. Akhirnya, mereka berhenti dengan sendirinya dengan napas terengah-engah.

"Kerbau!" kata orang kedua.

"Kerbau bagaimana?" orang pertama membantah, "Sudah jelas benda itu bisa terbang, pasti burung!"

"Kerbau!" orang kedua bersikeras, "Pokoknya kerbau! Meskipun bisa terbang, pokoknya kerbau!"

Saya doakan dengan tulus ikhlas semoga Allah melindungi Anda dari kemungkinan memiliki teman, saudara, istri, rekanan kerja, direktur, bawahan, pemerintah, penguasa, pemimpin atau apapun, yang wataknya seperti si pengucap kerbau itu.
Kalau nyatanya Anda telanjur memiliki sahabat kehidupan yang habitat mentalnya seperti itu, saya hanya bisa menganjurkan agar Anda bersegera menyelenggarakan ruwatan bagi nasib Anda sendiri. Atau, tempuhlah cara yang lebih relegius: puasa empat puluh hari, salat hajat tiap malam, mencari wirid-wirid paling sakti yang memungkinkan Anda terlindung oleh para malaikat Allah dari spesies manusia semacam itu.

Cobalah kata "kerbau" itu Anda ganti dengan kata lain. Umpamanya reformasi. Kata "terbang" bisa Anda ganti dengan kata lain, yang relevan terhadap reformasi. Ucapkan kata-kata semacam tokoh kita itu, 

"Meskipun saya mempertahankan agar segala sesuatunya harus tetap mapan, stabil dan buntu, tapi yang penting pokoknya saya ini pendukung reformasi!"

"Meskipun saya bisa sampai ke wilayah yang serba menggiurkan ini, serta duduk di kursi yang penuh wewangian ini berkat proses dan mekanisme nepotisme dan feodalisme, tapi yang penting pokoknya saya antinepotisme.”

"Meskipun terus terjadi ketertutupan, pembungkaman dan pemusnahan, tapi pokoknya ini keterbukaan dan demokrasi."

"Meskipun saya berbuat tidak adil, tapi pokoknya saya anjurkan agar saudara-saudaraberbuat adil."

"Meskipun habis-habisan saya melanggar hukum, tapi pokoknya saya ini penegak hukum."

"Meskipun sebagai pihak yang diamanati oleh rakyat dan digaji oleh rakyat, saya tidak pernah minta maaf kepada rakyat atas terjadinya kebangkrutan negara dan krisis total, tapi yang penting pokoknya saya bukan pemerintah yang buruk."

"Meskipun kita kandas di landasan, tapi yang penting pokoknya ini adalah tinggal landas.”

"Meskipun harga bukan hanya naik tapi lompat galah, yang penting pokoknya ini bukan kenaikan melainkan penyesuaian.”

Memang tidak ada makhluk Tuhan yang cakrawala kemungkinannya melebihi manusia. Manusia adalah sepandai-pandainya makhluk, namun ia bisa menjadi sedungu-dungunya hamba Tuhan. Ular saja mengerti persis kapan ia harus makan, seberapa banyak yang sebaiknya ia makan, serta kapan ia mesti berhenti makan. Sementara manusia makan kapan saja, menangguk keuntungan tak terbatas sebanyak-banyaknya seandainya ia tak dibatasi oleh maut. Manusia itu paling lembut, tapi ia juga yang paling kasar. Manusia bisa mencapai kemuliaan kepatuhan kepada Tuhan, namun ia juga mampu melorot ke titik paling nadir untuk bandel, mokong, mbalela dan makar. Untunglah, Allah itu sendiri adalah khoirul makirin: sebaik-baiknya pelaku makar. Manusialah mahluk Allah termulia. Ahsani taqwim. Tapi ia juga yang paling hina dan paling rendah. Asfala safilin. 

Doa kita hanya sekalimat, "Ya Allah, makhluk-Mu yang asfala safilin, tolong jangan izinkan punya