Kamis, 12 Oktober 2017

MATI SAK JERO NING URIP

MATI SEBELUM MATI MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI"
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, “Wahai hamba Allah, sadarilah bahwa engkau hanya sebatas diberi harapan. Maka, jauhilah segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla dengan kalbumu sehingga engkau dapat dekat kepada-Nya. Matilah engkau sebelum mati. Matilah engkau dari dirimu dan makhluk. Sungguh telah diangkat berbagai hijab dari dirimu dan Allah Azza wa Jalla.”
Seseorang bertanya, “Bagaimana saya harus mati?” Lalu beliau menjawab, “Matilah dari mengikuti kemauan, hawa nafsu, tabiat dan kebiasaan burukmu, serta matilah dari mengikuti makhluk dan dari berbagai sebab. Tinggalkanlah persekutuan dengan mereka dan berharaplah hanya kepada Allah, tidak selain-Nya. Hendaklah engkau menjadikan seluruh amalmu hanya karena Allah Azza wa Jalla dan tidak mengharap nikmat-Nya.
Hendaklah engkau bersikap ridha atas pengaturan, qadha dan tindakan-Nya. Jika engkau melakukan hal yang demikian, maka hidup dan matimu akan bersama-Nya. Kalbumu akan menjadi tentram. Dialah yang membolak-balikkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Kalbumu akan selalu menjadi dekat kepada-Nya, selalu terhubung dan bergantung kepada-Nya. Engkau akan selalu mengingat-Nya dan melupakan segala perkara selain Diri-Nya.
Kunci surga adalah ucapan La ilâha illa Allâh, Muhammadur-Rasûlullâh. Sedangkan esok,, kunci surga adalah kefanaan dari dirimu, orang lain, dan segala sesuatu selain Allah, dan dengan selalu menjaga batas-batas syariat.
Kedekatan kepada Allah adalah surga bagi manusia, sedangkan jauh dari Allah adalah neraka untuk mereka. Alangkah indah keadaan seorang Mukmin, baik di dunia ataupun di akhirat. Di dunia dia tidak berkeluh-kesah atas keadaaan yang dia alami, setalah dia memahami bahwa Allah meridhainya, dimana pun dia berada cukuplah bagiannya dan ridha dengan bagian itu. Kemanapun dia menghadapkan wajahnya, dia memandang dengan cahaya Allah. Setiap isyaratnya adalah kepada-Nya. Setiap kebergantungan adalah kepada-Nya. Setiap tawakalnya adalah hanya kepada-Nya.
Berhati-hatilah, jika ada seorang di antara engkau merasa bergembira berlebihan karena telah melakukan ketaatan, karena boleh jadi ada rasa takjub ketika dilihat orang lain atau berharap pujiannya.
Barangsiapa di antaramu ingin menyembah Allah, hendaklah memisahkan diri dari makhluk. Sebab, perhatian makhluk pada amal-amal mereka dapat merusaknya. Nabi SAW bersabda, “Engkau mesti ber-uzlah, sebab uzlah adalah ibadah dan bentuk kesungguhan orang-orang shaleh sebelum kalian.”
Engkau mesti beriman, lalu yaqin dan fana dalam wujud Allah, bukan dalam dirimu atau orang lain. Dan, tetaplah menjaga batas-batas syariat dan meridhai Rasulullah SAW. Tidak ada karamah bagi orang yang mengatakan sesuatu selain hal ini. Karena, inilah yang terjadi dalam berbagai shuhuf dan lawh kalam Allah Azza wa Jalla.
Engkau harus selalu bersama Allah; memutuskan diri untuk selalu dengan-Nya; dan bergantung kepada-Nya. Hal demikian akan mencukupkan dirimu dengan pertolongan (ma’unah) di dunia dan akhirat. Dia akan menjagamu dalam kematian dan kehidupan, menjagamu dalam setiap keadaan. Engkau harus memisahkan yang hitam dari yang putih!”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Fath Ar-Rabbani wal-Faidh Ar-Rahmani
— bersama Didik Al Hikam dan 12 lainnya.

Minggu, 08 Oktober 2017

RAHASIA SUJUD

Hakikat Sujud dan Hikmahnya

Ulil, NU Online 

Sujud merupakan salah satu rukun dalam shalat yang tidak boleh ditinggalkan. Namun sujud juga tidak baik jika asal dikerjakan. Karena dalam sujud itu terdapat nilai-nilai kerohanian yang sangat dalam. Dengan meletakkan kepala di bawah dan menempelkan kening dan hidung di atas tanah, dua lutut, dan telapak tangan serta ujung-ujung jarinya. <>Sebagaimana yang diterangkan oleh Rasulullah saw:

 

 اُمِرْتُ اَنْ اَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ اَعْظُمٍ: عَلَى الْجَبْهَةِ، وَاَشَارَبِيَدِهِ عَلَى اَنْفِهِ، والْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَاَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ

 

Aku disuruh bersujud pada tujuh tulang pada kening seraya menunjuk dengan tangannya kepada hidungnya-, dua tangan, dua lutut dan ujung-ujung kaku.

 

Keterangan tentang posisi fisik di atas hendaknya tidak haya dilaksanakan tetapi juga diresapi. Karena sesungguhnya rambu-rambu itu mengandung hikmah yang bila dilaksanakan dapat membantu seorang lebih khusyu’ dan ihlash dalam shalat. Jika demikian, wajar kalau Rasulullah saw kana menemani sahabatnya yang banyak bersujud

 

عن ربيعة بن كعب الأسلمى رضى الله عنه قال كنت أبيت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فأتيه بوضوئه وحاجته فقال سلنى فقلت  أسألك مرافقتك في الجنة. فقال : أوغير ذلك . قلت : هو ذاك . فقال أوغير ذلك . قلت : هو ذاك قال فأعني على نفسك بكثرة السجود

 

Dari Rabiah bin Ka’ab r.a, ia berkata: “Aku pernah bermalam bersama Rasulullah SAW kemudian aku membawa kepadanya air untuk beliau berwudhu dan buang hajat, lalu beliau bersabda: “Mintalah dariku”, aku berkata: “Aku meminta menjadi pendampingmu di syurga”, ia bersabda: “Mintalah selain itu”, aku berkata: “Aku hanya meminta menjadi pendampingmu di syurga”, Rasulullah SAW bersabda: “Mintalah selain itu”, aku berkata: “Itu permintaanku”, ia bersabda: “Bantulah aku mewujudkan permintaanmu dengan banyak engkau bersujud (shalat)”. HR. Muslim 1

 

Secara fisik kondisi sujud memang menunjukkan sebuah penghambaan total. Bagaimana posisi itu begitu sangat rendahnya. Namun dibalik kepasrahan dan kerendahan itu sesungguhnya Allah swt akan meninggikan derajatnya. Sebagaimana diterangkan

 

عن ثوبات رضى الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول عليك بكثرة السجود لله فإنك لا تسجد لله سجدة إلا رفعك الله بها درجة وحط عنك بها خطيئة قال معدان ثم لقيت أبا الدرداء فسألته فقال لي مثل ما قال لي ثوبان

 

Dari Tsauban r.a ia berkata: “Aku mendegar Rasulullah SAW bersabda: “Perbanyaklah bersujud sesungguhnya engkau tidak melakukan satu sujudpun karena Allah, melainkan Allah mengangkatkan engkau dengan sujud tersebut satu derajat dan Allah menghapuskan darimu satu kesalahan”. HR. Muslim

 

Dan yang paling hakiki dari sujud adalah merasakan kedekatan antara seorang hamba dan tuhannya. Pada saat sujud itu bisa dengan mudah seorang hamba menitikkan air mata, atau merasa intim dengan Allah swt. Begitu yang diajarkan Rasulullah saw dalam haditsnya.

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ“أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ. فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ”

 

Hadits riwayat Abi Hurairah Radhiyallahu’anhu, Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Paling dekatnya seorang hamba dengan tuhannya ialah ketika dia bersujud. Maka perbanyaklah berdo’a

Kamis, 05 Oktober 2017

SYA'IR JIWA JIWA YANG RUBUH

* MERAJUT HARI YANG KELABU *~ 



Bukan benang yang tengah ku sulam.
Tapi helaian kegalauan yang berserak
Menutupi indah pandang pelataran hati
Hati yang remuk tak punya bentuk

Bukan juga aksara memuji yang ku toreh.
Tapi lubang-lubang duka minta ditambal
Karena nafas-nafas sesak tak pelik
Menghembus aroma busuknya rasa sakit

Kelambu-kelambu yang dulu merapat pun.
Tengah menganga tanpa terkunci melindung
Ya,melindung kotak hati agar tak terluka lagi
Agar kegalauan tak menyusup tanpa mengetuk

Namun,pertahanan hati terlanjur rubuh.
Tak kuat tenaga tuk menolak atau menampik
Karena telah temu titik lemah
Hancurpun mendera juga nantinya

Kegalauan ini tak ubah malam kelam.
Gelap tertampung mendung tak berbinar
Kosong tanpa cumbuan pijar bintang
Ataupun rembulan yang mengecup malam

Tersiksa...amat hati ini dikikis sakit.
Perih,ingin memekik pada sunyi
Namun,tertahan seluruh mampu
Tak izinkan mencurah pada malam kelabu.

*******

~* BAHASA HATI *~


Tak sampai kah warta bahasa hati ku
Yang ku titip pada angin berdesir
Tuk menilik cinta di seberang
Bahwa penanti mengharap balas

Tersesatkah ia pada kerumunan ragu
Atau tak terbaca penafsir asmara
Gundah aku menanti jawab
Rasa ku tergantung menunggu pasti

Detik,menit,bahkan hitungan hari
Yang ku nanti tak juga singgah
Balasan cinta dari tiga kata
Aku mencintai kamu

*****

~* ENTAH *~

Entah . . .
Berapa banyak lagi harus ku telan
Pahit getirnya ujian hidup ini
Tanpa selingan manis di tiap tetes
Atau kelegaan untuk sejenak bernafas
Walau satu detik yang tersedia

Entah. . .
Sampai kapan tinta kan habis
Menuliskan rinci hidup suramku
Padahal lembaran lembaran masih tertumpuk
Menunggu digilir untuk pencatatan

Entah. . .
Berapa banyak lagi tangis ku tumpahkan
Memenuhi alur pedìh yg kian rumit
Dan membuatku kehilangan daya

Entah. . .
Sampai kapan tubuh ini di dera
Padahal makin payah tuk menopang
Beban beban hidup yang terus melukai

Entah. . . 
Entah. . .
Entah. . .
Dayaku hampir tanpa sisa
Habis,terkuras penuh. . .

*****

~* ASAKU YANG TERBANG *~

 
 Angin malam berhembus mengusik lamunanku
Mendungpun menyusul
Mengacaukan sekejap indah malam

Rintik tetesan gerimis datang
Meramaikan sepinya malam ini
Lalu beralih menjadi hujan
Yang semakin mengusik ketenangan malam

Sang rembulan jua bintang hilang entah kemana
Tak ku temui lagi mereka dalam sudut malam ini

Hujan semakin deras
Guntur datang menghempas keheningan
Aku terpaku menyaksikan
Betapa tak indah malam hu ini
Tak indah jua seperti hatiku yang kelabu
Hati yang tertekan rasa sepi

*****~* SAMUDERA AIR MATA INI *~


Mengering sudah. . 
Samudera air mata ini
Semenjak luka itu bermuara dalam relung hati
Terkikis perih mengendap dalam sanubari

Meng0yak jiwaqu yang terlanjur terdiam
Karena sembilu menyisakan kepedihan

Dalam hela nafas panjang
Aku merenung. .
Tentang makna dari rasa ini
Tentang Pedih. .
Tentang air mata, ,
Tentang jiwaku. .

Sakit hati ini karena mu
Yang menghantui hari indahku
Yang buat aku mengalirkan air mata yang sia sia
Yang membuatku kalut tenggelam dalam luka itu

Sakit hati ini. . 
Ingin ku hapus dalam mem0ri . . 
Ingin ku buang. ,menjauh dari hariku

Perlu kau tahu. . 
Diri ini bisa sendiri tanpamu. . 
Dan akan kembali,
Menggapai harapan yang ku dambakan
Sebuah kebahagiaan lain yang menantiku di ujung persimpangan. .

******

~* TUHAN...AKU INI SIAPA ? *~

Tuhan. .dalam pagi kali ini
Aku ingin mengeluhkan tentang sebuah jati diri
Tuhan. .mengapa aku tak mengerti tentang diri ini
Yang terkadang tak bisa memaknai seulas kata
Yang tersirat dalam lubuk batin ini

Tuhan. . Aku ini siapa?
Mengapa serasa bertubi2 tanya merasuki diriku
Aku terpaut dalam bingung
Aku tersesat dalam jalanku sendiri

Tuhan. .aku hampir menyerah
Mencari jawaban jati diri ini
Aku terpedaya oleh kata menyerah
Aku termenung oleh kata pasrah

Mengapa seperti ini Tuhan?
Andai aku menapaki jalan ku
Mengikuti jejak yang tak nampak ada ujung
Lalu aku melangkahkan kaki ini
Jejak jejak itu lenyap
Terkubur pasir yang tersapu angin
Lalu. . Kini apa?
Apa yang bisa ku jadikan penuntunku
Tuk mencari jati diri ini
Dalam perjalanan panjangku yang tak pernah ku temui yang ku mau

Tuhan. . 
Diri ini Mengharapkan setitik penerang tuk kau kirimkan
Penerang unt jalanku yang merintang
Penerang unt jiwaku yang hampir hilang.

******

~* RANTAI JIWA *~


Sesak rasanya dada ini
Ketika cintamu menyambut
Cinta yang membuatku bungkam
Tak punya kata kata

Tapi begitu pedih kisahnya
Terpisah jarak begitu jauhnya
Kau bilang dunia kita beda.

Kau pun bilang,
Aku adalah cahaya yang sulit kau gapai

Apakah merahnya mawar tak dapat menyentuh langit biru?

Kapan kiranya dapat menyatu
Aku ingin, hanya berdua
Menapaki putih pasir saat senja

Entah, aku menangis sekarang
Ketakutan itu datang lagi
Jika tiba masa perpisahan
Aku tak punya daya
Pertahananku ambruk seluruhnya
 

Aku takut. . .
Sangat takut berpisah.

****

~* TENTANG HIDUP *~


Aku berpikir tentang hidup
Dan airmata mulai turun dengan indahnya
Mengikuti alur kesenduan pada tiap tarikan nafas
Dadaku bergemuruh memutar ulang yang berlalu.

Mengenang kembali yang begitu berbeda
 
Ketika kekosongan ini selalu terisi
Ketika hambarnya hidup tak pernah ku rasakan
Ketika semua berjalan begitu normal
Dan ketika aku tidak sendiri
 

Hingga seluruhnya terpecah,terburai
Menjadi potongan-potongan tak menyatu
Berganti kamuflase tak berarti
Aku keluhkan semuanya.

Mengutuk ketidakadilan pada hidupku
Mencaci maki kesepianku yang menjadi parasit
Merutuki takdirku yg menyedihkan.

Ingin, aku akhiri ini...
Menutup diaryku seperti mauku
"Akhirnya aku pergi dari dunia"

*******
 ~* ANTARA ADA DAN TIADA *~

Entah siapa dan apa harus ku percaya
Kecewa ku telah runtuhkan segalanya
Rasa sakit yang kini menyelimuti
Terasa kan mencekik ku sampai mati.


Aku bingung menafsirkan kata-kata telaah
Jika nyatanya hanya menampilkan tipu dibalik wajah
Senyum tulus sepintas terasa pias
Beralih senyum licik amat puas.

Seakan berkata "Aku tlah menang atas dirimu"
Tak ada hati tergambar merah lagi
Sudah retak,penuh lubang,dililit gigil.

Sekarang,siapa harus ku salahkan?

Aku keliru mempercayai awan di langit
Aku begitu bodoh tertipu terang pada nyala api
Sungguh,aku terlalu kecewa pada bening hatimu.
Pada harum mawar yg kau lilitkan duri.

Dadaku sesak tiap menghirup aroma hadirmu.
Bahkan diri ini merasa enggan memandangmu lagi.
Rasa percayapun telah hangus dalam bara kecewa.

Ingatanku jua menghapusmu
Dan aku telah lupa, 
Pernah mencintaimu.

********
~* INILAH MATAKU YANG MEMBUTA *~


Ini mataku yang membuta
Mata yang dulu menatapmu manja
Tlah tertutup hanya nampak gulita
Tak bisa mengira bentuk rupa
Hanya berujar lewat suara.

Ini tanganku yang cacat
Yang dulu kau pegang erat
Yang dulu mendekapmu hangat
Yang dulu kerap menuliskan surat
Walau sekarang sudah cacat.

Dan ini hatiku
Yang tulus mencintamu
Mendamba milikimu
Yang rela menunggu
Dalam keegoisan sang waktu
Dulu, ketika kau jadi cinta pertamaku.

*******

~* AKU JUGA MANUSIA *~

Katanya aku ini tumpukan nasi basi
Menyebar busuk ke hidung lelaki
Katanya aku ini menjijikkan
Menutupkan mata jika berpandangan.

Katanya aku ini sekedar sampah
Tak layak untuk dijamah.

Katanya aku ini murahan
Sekelas jajaran barang loakan.

Tapi aku manusia
Aku wanita penjaja malam gulita.

Aku miliki rupa juga nurani
Satu kaum dengan insani.

Jangan!
Jangan cacian kau sodorkan!
Jangan pula kau salahkan!

Aku juga makhlukNya
Aku juga ciptaanNya
Hanya saja...
Nasib kita berbeda...

*******
~* DITUSUK BELATI *~


Lagi, ditusuk lagi
Seribu belati, menghujam lagi
Apakah aku mati?


Ini darah, darahku, di tanah
Kental, memerah
Apakah aku jadi jenazah?

Iya, ini perang, perang nafsu
Aku lari, diburu, mati aku.

Kini beringas, buas, ganas
Sesak napas, aku lemas.

Terjungkal, tersengal
Jatuh aku kena penggal.

Mati, tak hidup lagi
Habis, kini tangis
Lenyap, hanya asap
Kalah, sudah, nyerah...

*******

~ PUCUK LAYU CANDU ASMARA *~


Pucuk-pucuk candu asmara mengering mati
Kuncup-kuncup sekar wangi pun layu
Gugur meluruh jatuh 
Begitu jua cinta yang ku punya.


Mati tak punya nyawa lagi
Hatiku pun melepuh amat perih
Kerana kumbang telah berpaling
Tak ingat lagi pada selir kembang.

Padahal sekian lama menanti pasti
Diharap pemujanya datang lagi.

Sudah.... Aku lelah...
Tak kan lagi meminta hadirnya
Biar saja aku pun layu
Mati kaku menyimpan pilu
Sudah.

*******

~* ITU KOPIKU *~


 Itu pekat,kental begitu hitam
Itu kopiku,penenangku di malam kelam
Terseduh untuk harapku yang muram
Memikirkanmu sekian jam.

Nelangsa,aku terus terduduk
Menghayalkanmu jauh di ufuk
Ingin aku datang mengetuk
Pintu hatimu tuk ku jenguk
Agar terlepas ragu yang mengutuk
Ah,aku terpuruk.

*******
Harus ku endapkan seberapa dalam lagi
Segala kecewa yang ku kemas rapi
Aku manusia memiliki sebentuk hati
Tak mungkin tahan disakiti berulang kali

Kini sabarku tinggalah ampas
Terlalu sering kau peras merampas
Kau menjauh membiarkanku terhempas
Tak peduli lagi akan hatiku yang memanas

Lepas sudah segenggam asa yang tersisa
Kau tlah buat aku mati rasa
Merasakan sakit semakin kentara
Aku tak mau lagi mengenal CINTA.

*******
Pernah aku terpaksa mengecup pedih
Juga segala kelam di ranjang pengasingan
Menjerit bersama tangis sesal
Meskipun jiwaku terpasung ketakutan
Ingin aku mengumpat caci tanpa henti
Sekeras mungkin hingga langit pecah;
'Aku muak sembunyi!'

Mauku tak cuma terbaring di pengasingan
Dirajam sepi terpasung takut menerus
Ah,aku tak lagi kebal menahan
Mengutuk aku kah sang waktu
Seakan ini tlah jadi takdir penderitaan
Andai demikian. . .
Bolehkah akhirnya ku akhiri dengan mati?
Dengan darah mengitari nadi
Aku tak tahan hidup dengan sepi.

*******
Nalarku kembali tak waras
Melontarkan marah segala pecah
Diam sejenak lalu berderai
Meluap tangis diantara tirakat
'Aku tak kuat lagi'

Remuk sabarku diludahi
Tidak adakah ertimu tentang rapuh?
Tentang setiaku merajut cinta?
Menjadikannya hangat simpul tulus
Agar awet tak kunjung pupus
Tapi seluruhnya kau tabur pengkhianatan
Menjadikanku tak waras oleh cinta
Yang semu tak terpetik setiamu

Cintaku tlah keliru.

*******

Pernah aku terpaksa mengecup pedih
Juga segala kelam di ranjang pengasingan
Menjerit bersama tangis sesal
Meskipun jiwaku terpasung ketakutan
Ingin aku mengumpat caci tanpa henti
Sekeras mungkin hingga langit pecah;
'Aku muak sembunyi!'

Mauku tak cuma terbaring di pengasingan
Dirajam sepi terpasung takut menerus
Ah,aku tak lagi kebal menahan
Mengutuk aku kah sang waktu
Seakan ini tlah jadi takdir penderitaan
Andai demikian. . .
Bolehkah akhirnya ku akhiri dengan mati?
Dengan darah mengitari nadi
Aku tak tahan hidup dengan sepi.

*******
Akankah tetap sunyi selalu
Jiwa terkungkung tak bebas
Hendak berlaripun seakan tak mampu
Diliput takut tak mau mendongak
Hanya tuk sekedar mencuri terang

Ah,Jiwa ini hampir tak waras jadinya
Menunggu bangkit sekuncup berani
Mengangkat wajah agar tersadar
Bahwa aku linglung menata hidup
Bahwa itu salah dan keliru

Tapi kenapa takutku menjerat
Mengurung jiwaku dalam bui sunyi
Aku mau berontak!
Aku mau lari!
Aku mau....

Kenapa begitu lemah ragaku
Kenapa harapanpun seakan sirna
Ditelan kabut pagi hari
Lenyap,tak kembali.

*******
Titik bening menggantung diujung
Enggan jatuh disentuh beliung
Meratap nanar menepi dipinggir semenanjung
Berpeluk sunyi dibawah teduh payung
Ah,perawan manis rupanya bertudung
Nampak gundah memandang mendung
Mungkinkah ia tengah berkabung
Gulana apa tengah ia kandung
Hingga mengerutkan elok si pipit lesung
Ah,perawan manis cantik bertudung
Tak usahlah engkau bingung
Abang datang bawakan kembang lembayung

*******

Senja mulai pergi
Tapi aku terkurung sepi
Dalam gulita ruang kehampaan
Dalam sunyi yg ku jadikan teman
Tapi sewajah mu menemani
Mendengarkan suara hati
Meskipun tangis tak henti-henti
Aku bahagia sedetik lalu
Namun kini dipikat sendu
Menahan sakit tepat di ulu
Dg tangis kian tersedu
Habiskan malam makin kelabu.

*******

Tak sampai kah warta bahasa hati ku
Yang ku titip pada angin berdesir
Tuk menilik cinta di seberang
Bahwa penanti mengharap balas

Tersesatkah ia pada kerumunan ragu
Atau tak terbaca penafsir asmara
Gundah aku menanti jawab
Rasa ku tergantung menunggu pasti

Detik,menit,bahkan hitungan hari
Yang ku nanti tak juga singgah
Balasan cinta dari tiga kata
Aku mencintai kamu.

*****


~* DIMANA KEADILAN ITU *~



Rasa keadilan terlanjur berkarat
Ditelanjangi zaman yang begitu dungu
Cukong-cukong menjadi pengerat
Bak tikus-tikus gendut pulang berburu
Biadab. . .sungguh..


*******

~* IBU ...*~



Ketika tangisku mengusik lelapmu
kau hampiriku dan tenangkanku
Kau dekap aku dalam pelukmu
Beri kehangatan untukku

Ketika aku belajar berjalan
Kau tuntun aku menopang badan
Menjagaku,memegangku erat
Karena aku belum mampu sendiri

Namun,ketika aku telah dewasa
Ku buat engkau menangis setiap malam.
Ku buat engkau khawatir
Karena ku pergi tanpa ingat pulang

Ibu. . 
Maafkan aku yang tertunduk di hadapmu
Ma'afkan aku yang menyakitimu
Ibu. . 
Aku mencintaimu. .


*******

Ku miliki sekeping cinta
Dan ku ingin membawanya pergi
Meletakkannya di ruang hatimu
Dan takkan ku biarkan cinta itu lari
Membiarkanmu kesepian tanpa kasih sayang
Membiarkanmu sendirian tanpa pelukan hangat
Dan izinkanlah sayap sayap cintaku
Membawamu terbang jauh
Mengantarkanmu menuju istana cintaku
Dan jadilah mahkota cinta bagi hatiku...

*******

Mengering sudah. . Samudra air mata ini
Semenjak luka it bermuara dalam relung hati
Terkikis perih mengendap dalam sanubari

Meng0yak jiwaqu yang terlanjur terdiam
Karena sembilu menyisakan kepedihan

Dalam hela nafas panjang
Aku merenung. .
Tentang makna dari rasa ini
Tentang Pedih. .
Tentang air mata, ,
Tentang jiwaku. .

Sakit hati ini karena mu
Yang menghantui hari indahku
Yang buat aku mengalirkan air mata yang sia sia
Yang membuatku kalut tenggelam dalam luka itu

Sakit hati ini. . 
Ingin ku hapus dalam mem0ri . . 
Ingin ku buang. ,menjauh dari hariku

Perlu kau tahu. . 
Diri ini bisa sendiri tanpamu. . 
Dan akan kembali,
Menggapai harapan yang ku dambakan
Sebuah kebahagiaan lain yang menantiku di ujung persimpangan. .


*******

Tuhan. .dalam pagi kali ini
Aku ingin mengeluhkan tentang sebuah jati diri
Tuhan. .mengapa aku tak mengerti tentang diri ini
Yang terkadang tak bisa memaknai seulas kata
Yang tersirat dalam lubuk batin ini

Tuhan. . Aku ini siapa?
Mengapa serasa bertubi2 tanya merasuki diriku
Aku terpaut dalam bingung
Aku tersesat dalam jalanku sendiri

Tuhan. .aku hampir menyerah
Mencari jawaban jati diri ini
Aku terpedaya oleh kata menyerah
Aku termenung oleh kata pasrah

Mengapa seperti ini Tuhan?
Andai aku menapaki jalan ku
Mengikuti jejak yang tak nampak ada ujung
Lalu aku melangkahkan kaki ini
Jejak jejak itu lenyap
Terkubur pasir yang tersapu angin
Lalu. . Kini apa?
Apa yang bisa ku jadikan penuntunku
Tuk mencari jati diri ini
Dalam perjalanan panjangku yang tak pernah ku temui yang ku mau

Tuhan. . 
Diri ini Mengharapkan setitik penerang tuk kau kirimkan
Penerang unt jalanku yang merintang
Penerang unt jiwaku yang hampir hilang


********

 ~* HAI LANGIT *~


Hei langit,menangislah denganku
Temani aku habiskan malam
Menghitung jejak jejak kenangan
Lalu membuangnya jauh
Hilang,lenyap dari memori

Menangislah denganku
Biar aku berteriak pada lingkarmu
Agar tak ada yang tahu
Aku menjerit sakit

Temani aku sampai muara ini kering
Sampai diriku lelah
Sampai diriku lemah
Sampai sakit ini terobati

Menangislah,temani aku
.

********

Dulu redup tanpa bias terang
Kosong tanpa terisi
Ruang hati yang mulai merapuh
Hingga tak terasa hidup
Lalu...
Aroma aroma asing berhembus
Menyelinap memasuki celah
Membuatku merasakan damai
Terus membelenggu sekat jiwa
Namun keraguan membiarkanku lemah
Inikah yang ku nanti nanti?
Atau hanya penawar yang kan hilang
Keyakinanku meleleh terbakar
Aku...
Ah...
Mengapa goyah menerpaku?
Menguliti yakin pada serambi
Tuhan...
Aku tak tahu...


*******

Kotak ketenangan terkunci rapat
Kegundahan membelit tak lepas
Maut menantang pesakitan
Jiwa pun hampir melayang

Tak ada liru catatan pertukaran
Namun garis merah membelenggu
Mungkin pertanda nyawa kan meregang
Diliputi gundah berlapis bimbang

Aku takut memintal arah hidup
Aku takut akan tetap sama
Hanya mati,tanpa nafas
Tanpa damai...


*******
Dulu redup tanpa bias terang
Kosong tanpa terisi
Ruang hati yang mulai merapuh
Hingga tak terasa hidup
Lalu...
Aroma aroma asing berhembus
Menyelinap memasuki celah
Membuatku merasakan damai
Terus membelenggu sekat jiwa
Namun keraguan membiarkanku lemah
Inikah yang ku nanti nanti?
Atau hanya penawar yang kan hilang
Keyakinanku meleleh terbakar
Aku...
Ah...
Mengapa goyah menerpaku?
Menguliti yakin pada serambi
Tuhan...
Aku tak tahu...


*******


MERAH PUTIH

Di suatu masa saat aku masih berpijak di bumi pertiwi
Berdiri tegak bersama bangsa ini
Ku teguhkan hati tuk setia hormatkan diri
Mengiringi setiap langkah jiwa kami
Kala itu,langit dan bumi adalah saksi
Saksi atas kebulatan tekad kami
Saksi atas kesetiaan bangsa ini
Mengiringi MERAH PUTIH menuju puncak tertinggi
Berkibarlah MERAH PUTIH kami
Tunjukkan bahwa engkaulah jati diri kami

*******


Benci ini. . 
Bagai duri2 yang menusuk tiap relung hati juga jiwaku
Memenjarakan aku dalam bui2 penuh amarah
Aku ingin melawan,menentang, memerangi
Tapi dayaku hanya sejengkal nyawa bunga yang hampir mati
Aku karam dalam bayang2 kebencian
Aku Tak mampu sekuat karang lautan menahan debur 0mbak
Aku Tak bisa seperti kej0ra yang tetap bercahaya ketika malam
Kebencian ini tlah buatku tak bergeming
Benci. . Hilanglah..


*******

Senja membuta tertutup mendung
Tak terbias oleh rona indah
Lalu awan deraikan air mata 
Dalam tarian memilukan
Dipermainkan angin menghempas tiada mengiba
Guntur pun kan singgah
Beradu dg langit kelam menghitam
Amat Tak indah lukisan senja ini
Tak sajikan pes0na mengg0da
Tak pedulikan denting waktu yg memaksa hari
Senja ku tak seelok hamparan puspa mewangi
Tapi buruk,memaparkan kelam
Senja ku terenggut bayang hitam
.

*******
Mulai datang kembali rasa takut itu
Menyelimuti kemurungan hati ini
Entah mengapa ada dan slalu ada
Apa yang ku takuti?
Takut kehilangankah?
Takut dibenci?
Hah,aku tak tahu
Aku tak tahu apa yang ku takuti
Semua itu datang tanpa ku minta
Rasa takut yang tak ku mengerti
.

*******

Benci ini. . 
Bagai duri2 yang menusuk tiap relung hati juga jiwaku
Memenjarakan aku dalam bui2 penuh amarah
Aku ingin melawan,menentang, memerangi
Tapi dayaku hanya sejengkal nyawa bunga yang hampir mati
Aku karam dalam bayang2 kebencian
Aku Tak mampu sekuat karang lautan menahan debur 0mbak
Aku Tak bisa seperti kej0ra yang tetap bercahaya ketika malam
Kebencian ini tlah buatku tak bergeming
Benci. . Hilanglah..


*******
Kesalku saling bertaut membuat sarang kerumitan.
Lebih rumit dari benang-benang tipis ngeloyor tak tau jalan.
Sampai deretan keras putih ini malah membuat derit-deritan.
Bukan mau pasang kekuatan tak ada faedah berjajaran.
Tapi duri-duri runcing telah menusuk ulu hati di tepian.
Kesalku ini menguntum tangkaian kembang kekecewaan.
Bukan kembang wangi yang kau jumpai di pertokoan.


*******

Peri2 kecil. . Bawa aku temui dirinya
Ingin ku pandang sebentuk wajah yang buat ku merindu
Ingin ku dekap dirinya dalam peluk ku

Peri peri kecil. . 
T0l0ng jaga dia saat tangan ini tak bisa menjamahnya
T0l0ng hapuskan air matanya saat ia menangis untuk ku
Dan bisikkan padanya sebuah kata tentang cinta
Tentang rasa sayangku
Tentang aku yang selalu merindunya
.

********

Detik pun berdentang lagi
Mendekati menit perpisahan ini
Di atas tanah kenangan terpatri
Kau lambaikan ratapan pilu tentang hati
Kini pun berpisah lagi
Dan segala kenang pun menghilang lagi
Ketika denting telah mengalun pergi
Waktu pun berlalu 
Tanpa ku sadar aku merindu
Hadirmu ku harap selalu
Untuk menyapa salam rinduku
Mengenang kenang masa lalu
Saat cinta indah ini bersatu
.

*******
Diam,mungkin cuma itu
Lisanku tak akan berlagu
Akan diam membisu
Aku tak mau bercurah lagi

Aku kan kembali dalam diam
Menyepi pada padang gulita
Di balik rerimbunan pilu

Aku kan menjauh
Akan tertunduk saja
Menatap kering tanah
Beriring tetesan air mata lara

Aku kan diam lagi
Tak kan menyapamu
Juga bumi tempat pijakku
Aku kan berpaling 
Dan tetap diam
.

*******

Puspa senja menyiratkan indah
Dibalik lambaian nyiur tepi pantai
Menyajikan bias damai lewat anugrah indah
Dari khaliq sang pencipta semesta ini
Gulita pun kan segera nampak
Menyerukan warta peringatan
Malam kan segera menjelang
Namun tak berarti malam menyuram
Karena berlian terang kan mengawang
Pada angkasa yang membahana
.

*******
Aku tau beribu jarum menusuk ulu hatimu
Meninggalkan luka yang tak kan mudah sembuh
Menyisakan bekas yang tak mungkin hilang
Atau mematahkan penopang lelah untuk sandaranmu 
Aku juga tau kau hampir menyerah
Ingin menyudahi irama menyakitkan ini
Ingin mengetikkan kata berakhir pada cerita ini
Namun,kau tak perlu terus bermuram 
Karena aku disini menemanimu,untukmu
.

*******

Aku damai,amat damai
Walau bulir air mata brguguran
Walau hati ini tengah gundah
Walau senyum ini pun memudar
Aku menikmati sendu ini
Aku menikmatinya
Walau brkali-kali goyah
Ah,mengapa kau menangis jua?
Ku mohon tepis air mata itu
Jangan menangis karena ku
Biarkan saja aku sendiri
Karena ini milikku,hanya milikku
Aku tak mengharap iba mu
Biar ku nikmati sendiri
Sendiri,dengan detik yg berlalu
.

********
Ada yang beda pada persimpangan ini
Tak ada guratan-guratan senyum berjejer
Hanya tertunduk tiap wajah yang ku temui
Menatap tanah gersang yang terpecah mengering
Kemana rona-rona ceria yang dulu terlukis
Kemana mereka yang menyadurkan sajak bahagia
Mengapa hanya ada raut kemurungan juga sendu
Mengapa tak mendongakkan wajah penuh tawa
Kemana rumpun-rumpun ceria yang dulu 
Aku merindukannya,sangat...


********
Aku damai,amat damai
Walau bulir air mata brguguran
Walau hati ini tengah gundah
Walau senyum ini pun memudar
Aku menikmati sendu ini
Aku menikmatinya
Walau brkali-kali goyah
Ah,mengapa kau menangis jua?
Ku mohon tepis air mata itu
Jangan menangis karena ku
Biarkan saja aku sendiri
Karena ini milikku,hanya milikku
Aku tak mengharap iba mu
Biar ku nikmati sendiri
Sendiri,dengan detik yg berlalu
.

*******

Ada sederet kejora membagi gemilang
Pada langit gelap sang malam sunyi
Menabur secercah rupa penerang
Bagi mimpi-mimpi yang nampak suram

Kejora mengaduh di pangkuan rembulan
Rembulan yang kini berganti purnama
Mengharap kemilaunya tak meredup
Agar terangnya tetap mengawang hingga pagi
Agar terangnya tetap menemani mimpi
Bagi insani yang mengarung dalam buaian lelap
 
*******

Kau tahu hati ini mengering
Layaknya tanah merah yang tandus
Tanpa tetesan penyejuk
Tanpa benih-benih
Tak ada yang bersemi 
Semuanya mati,hilang
Juga hati yang merasa terpupus
Ia terluka karena acuhmu
Bahkan hampir remuk
Karena kau telah goreskan pedih
Saat ini,cintamu yang ku mau
Agar hati ini tetap bertahan
Tapi sia-sia,percuma
Karena kau...
Tak kan pernah perduli
Tentang laranya hati juga aku


********


Ku miliki sekeping cinta
Dan ku ingin membawanya pergi
Meletakkannya di ruang hatimu
Dan takkan ku biarkan cinta itu lari
Membiarkanmu kesepian tanpa kasih sayang
Membiarkanmu sendirian tanpa pelukan hangat
Dan izinkanlah sayap sayap cintaku
Membawamu terbang jauh
Mengantarkanmu menuju istana cintaku
Dan jadilah mahkota cinta bagi hatiku


*********


Petikkan ku dawai cinta
Tuk menghibur hati yang terluka
Nyanyikan ku senandung sayang
Agar jiwaku tak sepi
Agar seberkas sinar terang
Dapat masuk ke dalam celah hati
Di hidupku yang suram

M0h0n bisikkan padaku
Pujian indah tentang cinta
Biar diri ini bisa mengerti
Tentang hidup yang dijalani
Biar langkah ini tak salah menapak jalan
Karena hanya s'orang diri
Berdiam di gelap malam

Beri aku seucap kata
Tuk ku ingat selalu di hati
Tuk ku simpan untuk kenangan
Tuk ku bawa pergi
Menuju duniaku yang abadi


********

Tak ada yang tenangkanku
Di saat duri duri gelisah itu datang
Menyakiti jiwa ku yang tak tenang
Kemanakah kau?

Tak ada yang menghapus air mataku
Di Saat ku terpuruk menangisi kisah lara ku
Membiarkannya menetes jatuh
Tak pedulikan diriku juga
Dimanakah kau?

Ketika diri ini lelah berharap
Ketika diri ini makin sendiri
Semua musnah perlahan
Segala bahagiaku yg tersisa

Kemanakah kau?
Dimanakah kau?
Saat aku membutuhkanmu
Saat aku inginkan hadirmu. . 
Kau tak peduli. 
Tak peduli lagi. .


*******
Angin menghempas kasar helaian hitam
Menampar kebisuan tak menyuara
Ah..aku tersadar sejenak
Tetapi,kembali merunduk membisu

Aku tak pahami p0t0ngan cerita dalam pikir ku
Semua bertaut tanpa ku minta
Menyatu bagai benang2 rumit menyimpul

Letih,,aku tak mampu berpikir
Seakan batuan2 menghantam keras
Mer0b0hkan tameng hati yg ku miliki

Pikirku membuyar
Tertunduk pada diam kepasrahan
Ya Tuhan.. . Diriku hampir tenggelam ke dasar
Deretan awan2 menghitam memayungi hatiku
Suram hati ini, ,
Tanpa dian mu menelusupi celah hati 
.

********

Ingin ku melayang terbang
Menjauh dari bingar kejamnya dunia
Mengarungi luas cakrawala
Tak akan kembali lagi

Menggpai sejuta bintang tuk ku simpan
Menyentuh pelangi tuk warnai hariku

Tapi ku masih nyanyikan lagu sendu
Membisu dalam bui duka ku
Mengarungi khayal semu dalam tidur panjangku
Masih terpaku dalam sesal yg berlalu . .


*******
Malam berlarung dalam mimpi ilusi
Mengumbar angan dalam rajutan
Entah tuk hibur diri mengais semu
Entah tuk cari penawar penat menguasai
Ini malam heningku
Ini pengantar jejak mimpi ku
Malam. . Malam unt hati laraku

Rabu, 04 Oktober 2017

Penyamaran Seorang Wali

Penyamaran Seorang Wali Penyamar

Kalau ada orang tersenyum-senyum sendiri di tengah orang banyak, tanpa ada kaitan sosialnya, tentulah ia orang gila, atau sekurang-kurangnya orang yang melamun tapi tidak memperhitungkan ruang dan waktunya.

 

Markesot tersenyum kecut dan merasa malu sendiri. Tapi ini kan di tepi hutan. Tidak ada orang lain. Ada sejumlah makhluk yang bukan manusia, tapi kan Markesot tidak terikat secara budaya dengan mereka.

“Di tepi sungai ini dulu seorang Wali agung Sunan Kalijogo menyamar”, Markesot bergumam kepada dirinya sendiri lagi.

“Ia pura-pura menjadi pembegal di jalanan. Berlagak menjadi orang jahat. Tujuannya adalah agar didatangi oleh orang yang tidak jahat. Beberapa bulan, dengan sangat tersiksa hatinya, ia menyamar sebagai perampok yang mengorbankan siapa saja, terutama yang kaya, yang lewat di jalanan itu”

***

Sampai akhirnya segala puji bagi Tuhan yang maha mengetahui segala sesuatu, meskipun rahasia yang disimpan di lubuk hati manusia.

Datang seorang Wali yang lain yang tidak hanya agung namun juga sakti. Si Wali sakti menghajarnya dan menaklukkannya dalam waktu yang sangat singkat. Karena memang si penyamar ini tidak mengerahkan kekuatan dan kesaktian apapun kepada Wali Sakti yang sudah dinanti-nantikannya untuk datang”.

Sang Wali sakti menancapkan tongkatnya di tepi sungai. Berkata kepada si penyamar bahwa ia punya peluang untuk dimaafkan, apabila sanggup menjaga tongkat itu, memegangnya tanpa jeda sejenak pun selama satu tahun penuh. Sang penyamar membungkukkan badannya dalam-dalam menyatakan kesanggupannya demi supaya dimaafkan. Kemudian si Wali sakti pergi, dan si penyamar berdiri, memegangi tongkat itu, tidak bergerak melewati malam dan siang”.

Kenapa Markesot menyebut Wali yang pertama itu penyamar? Bukankah berabad-abad semua manusia menyebutnya Berandal atau Begal?

Baca juga:  Abdul Wahid bin Zaid dan Calon Suami Bidadari Tercantik di Surga

Enam abad waktu belum cukup untuk membuat manusia berpikir bahwa sang Wali itu putra pejabat kaya. Untuk apa ia membegal pedagang-pedagang kecil di jalanan?

Kalau penumpukan harta kekayaan adalah tujuan hidupnya, ia bukan hanya sudah kaya, tetapi bahkan sanggup, kalau mau: merampok harta-harta simpanan di Istana Kerajaan dan Kesultanan.

Keris pusaka utama Kerajaan pernah dicuri oleh utusan seorang Raja dari timur tanpa para punggawa Kerajaan itu sanggup mempertahankannya. Wali Penyamar inilah yang kemudian dimintai tolong mengambilnya kembali dari Keraton ujung timur pulau. Ia menyamar sebagai Empu Keris di wilayah Kerajaan timur itu, sampai akhirnya Rajanya tertarik dan meminta dibikinkan pusaka-pusaka.

Wali penyamar bisa keluar masuk Istana dengan bebas dan dipercaya. Sampai kemudian ia membuat Keris yang persis seperti Keris yang dicuri itu, kemudian menukarnya, tanpa sepengetahuan Raja. Dan membawa kembali Keris aslinya ke Kerajaan yang kehilangan Keris itu.

***

Artinya, kalau si Wali Penyamar punya ambisi kekuasaan dan harta, sesungguhnya dengan mudah ia mengambil alih Singgasana Raja di Kerajaan yang manapun dan Kesultanan manapun.

Tidak dengan perjuangan berat. Tinggal seperti orang memetik buah kelapa dengan menyuruh pohon kepala itu membungkukkan badannya sehingga buah kelapa bisa dipetiknya tanpa memanjat pohonnya.

Jadi untuk apa dia repot-repot menjadi begal mengganggu dan menyengsarakan pedagang-pedagang kecil yang lalu lalang di bulak-bulak sepi, sedangkan ia — ketika Allah menyuruhnya — bisa mengubah pasir menjadi beras, atau beras menjadi pasir?

Juga kalau tujuannya membegal adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia sakti dan tak terkalahkan, kenapa sasarannya adalah orang-orang kecil di jalanan? Kenapa ia tidak ambil alih saja Singgana Kerajaan, kemudian membuat semua prajurit penjaga Raja lumpuh dan pedang tombak kerisnya berjatuhan ke tanah?

Baca juga:  KISAH GUS MIEK DAN TIGA PREMAN TANJUNG PRIOK

Tidak. Dan bukan. Ia bukan pembegal. Ia bukan Brandal, sebagaimana sejarah menjulukinya.

“Sang Wali agung itu mendapat perintah untuk menyelamatkan sebuah Kerajaan besar yang pernah menguasai lebih sepertiga bulatan bumi”

“Kerajaan itu kemudian perlahan-lahan menuju proses penghancuran yang disebabkan oleh pertengkaran di dalam Kerajaannya sendiri, maupun oleh datangnya secara besar-besaran pasukan-pasukan penyamun dari barat”

“Sambil menata proses penyelamatan Kerajaan itu, termasuk tindakan besar-besaran untuk menyembunyikan harta kekayaannya di bawah tanah maupun di belakang codes, sandi-sandi atau passwords, yang ditulis secara samar di sejumlah Kitab — pada saat yang sama Wali penyamar juga merintis pendirian Kerajaan baru yang namanya bukan lagi Kerajaan, yang letaknya lebih mendekat ke lautan, yang segala sesuatunya diperbarui, dari sistem nilai kealam-semestaannya hingga konstitusi dan kebudayaannya”

***

“Untuk melaksanakan tugas sejarah yang sangat berat, yang kadarnya sampai tingkat bedhol-nagoro, sang Wali penyamar merasa ia hanya sanggup apabila hati dan mentalnya dimantapkan oleh tangannya yang memegang sebuah tongkat, yang saat itu berada di tangan sang Wali sakti”

“Tidak ada tongkat sakti. Yang ada adalah Allah Yang Maha Sakti. Dan terserah Ia akan meminjamkan kesaktian-Nya secipratan kepada tongkat Nabi Musa, Kiai Kolomunyengnya Sunan Ampel, Kiai Sangkelatnya Majapahit hingga Karebet, atau kepada pohon randu dan daun kelor”

“Wali Penyamar itu merasa mantap berjalan dan berjuang kalau di tangannya ia genggam ujung nasab energi yang berusia ratusan tahun. Haulquwwah dan sulthan mutlak hanya berasal-usul dari Allah, tapi sekurang-kurangnya ia merasa lebih yakin pada dirinya jika berada di area dan alur tiga hembusan hawa Allah itu”

“Akan tetapi ia merasa mustahil mendapatkan tongkat itu apabila ditempuh dengan cara yang wajar, misalnya memintanya kepada Wali sakti. Maka akhirnya ia mencoba cara itu: menyamar jadi perampok. Dan didapatkannyalah tongkat itu”

Baca juga:  Kisah Malik bin Dinar Kakek Tua dan Ular Besar

“Tuhan memperkenankannya untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugas”

“Namun betapa sedih hatinya, sesudah sekitar sedikit lebih dari 80 tahun, bangunan baru yang ia dirikan dirusak orang secara semena-mena. Tidak hanya oleh tahap-tahap penjajahan dari barat, tapi juga oleh penggerogotan dari dalam”

“Kerusakan itu berlangsung abad demi abad, dan semakin hancur di abad mutakhir. Tahun-tahun ini, bulan-bulan ini, hari-hari ini, yakni bersamaan dengan tatkala Markesot bertugas pra-Patangpuluhan, kemudian saat-Patangpuluhan maupun pasca-Patangpuluhan — adalah puncak kehancurannya

By. EAN