Senin, 28 November 2016

Penggalan puisi mbah Ali ma'sum Krapyak

Inilah Syiir Mbah Ali Maksum Krapyak

Mahbib, NU Online | Selasa, 03 Maret 2015 10:04

Jakarta, NU Online
Peringatan wafatnya Almaghfurlah KH Ali Maksum baru saja usai kemarin. Rais Aam Syuriah PBNU (1981-1984) yang lahir pada 2 Maret 1915 tersebut wafat dalam usia 74 tahun pada Kamis malam Jumat, 7 Desember 1989 (9 Jumadil Awal 1410 H). Haulnya yang ke-26 dihadiri ribuan warga Nahdliyin yang memenuhi halaman Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, Sabtu (28/2).<>

Pak Ali, demikian para santrinya menyapa, banyak melahirkan karya baik buku maupun syiir (syair bernada) penggugah jiwa. Isi kandungan dari “syiir shalawatan” gubahan Kiai Ali mengingatkan kaum muslimin tentang kondisi kehidupan yang mesti dialami oleh setiap orang yang wafat. Ketika wafat, seseorang akan berpisah dari keluarga dan harta bendanya.

Setelah mengantar ke kuburan, mereka lalu meninggalkannya. Seluruh harta yang ditinggalkan tidak akan dibawa, kecuali selembar kain kafan. Ironisnya, bahkan harta warisannya bakal menjadi rebutan. Saat menghadap kehadirat Allah dalam keadaan sendirian nyaris tanpa teman seorang pun.

Berikut petikan syiir karya Mbah Ali Ma’shum dalam bahasa Jawa:

Kulo sowan nang Pangeran // Kulo miji tanpo rencang //

(Aku menghadap Tuhan. Aku sendirian tanpa teman)

Tanpo sanak tanpo kadang // Bondho kulo ketilaran //.

(Tanpa keluarga tanpa famili. Hartaku pun ketinggalan)

Yen manungso sampun pejah // Uwal saking griyo sawah //

(Jika manusia sudah mati, berpisahlah dari rumah dan sawah)

Najan nangis anak simah // Nanging kempal boten betah //.

(Meski anak istri menangis, [mereka] tak akan betah menemani)

Senajan berbondho-bondho // Morine mung sarung ombo //

(Kendati kaya raya, kain kafannya hanya sarung besar)

Anak bojo moro tuwo // Yen wis nguruk banjur lungo //.

(Anak, istri, mertua, kalau selesai menimbun [makam] lalu pergi)

Yen urip tan kebeneran // Bondho kang sak pirang-pirang //

(Jika hidupnya penuh kebetulan, harta yang bertumpuk-tumpuk)

Ditinggal dienggo rebutan // Anak podho keleleran //.

(Ditinggal dibuat rebutan, anak pun jadi terabaikan)

Yen sowan kang Moho Agung // Ojo susah ojo bingung //

(Jika menghadap Tuhan Maha Agung, jangan susah jangan bingung)

Janji ridhone Pangeran // Udinen nganggo amalan.

(Janji ridlo Tuhan, carilah dengan amal sholeh). (Musthofa Asrori/Mahbib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar