Rabu, 27 November 2013

Perjalanan Spiritual Shaykh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani - (Bagian II )

Perjalanan Spiritual Shaykh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani -(Bagian
Kedua)
(Dari buku : The Naqshbandi Sufi Way,
History
Oleh : Syaikh Muhammad Hisham Kabbani,
1995)
Perjalanan Syaikh Nazim
Syaikh Nazim pergi haji setiap tahunnya
untuk memimpin kelompok orang-orang
Siprus. Beliau melaksanakan ibadah haji
sebanyak 27 kali. Beliau menjaga murid-
muridnya dan sebagai pengikut
grandsyaikh Abdullah.
Suatu saat grandsyaikh mengatakan
padanya agar pergi ke Aleppo dari Damaskus dengan berjalan kaki, dan berhenti di setiap
desa untuk menyebarkan thariqat Naqsybandi, ajaran sufisme dan ajaran Islam. Jarak
antara Damaskus menuju Aleppo sekitar 400 kilometer. Butuh waktu lebih dari satu tahun
untuk perjalanan pergi dan kembali. Syaikh Nazim berjalan kaki selama satu atau dua
hari. Ketika sampai di sebuah desa, beliau tinggal disana selama seminggu untuk
menyebarkan thariqat Naqsybandi, memimpin dzikir, melatih penduduk dan melanjutkan
perjalanan beliau sampai ke desa selanjutnya. Nama beliaupun mulai terdengar di setiap
lidah orang-orang, mulai dari perbatasan Yordania sampai perbatasan Turki dekat Aleppo.
Hal yang sama diperintahkan dan dijalankan oleh syaikh Nazim agar berjalan kaki ke
Siprus. Dari desa satu menuju desa lainnya, menyeru orang agar kembali pada Tuhannya
dan meninggalkan segala materialisme, sekularisme dan atheisme.
Beliau amat dicintai diseluruh Siprus, dan masyur dengan sebutan ‘Syaikh Nazim
berturban hijau / Syaikh Nazim Yesilbas’ karena turban dan jubahnya yang berwarna
hijau.
Beliau sering mengunjungi Lebanon, dimana kami mengenal beliau. Pada th. 1955, aku
berada di kantor pamanku, yang menjabat sebagai sekjen urusan agama di Lebanon,
sebuah jabatan yang tinggi dalam Pemerintahan. Ketika itu tiba waktunya shalat Ashar
dan pamanku, Syaikh Mukhtar Alayli sering shalat di masjid al-Umari al-Kabir
di Beirut. Di sana ada juga gereja pada masa Umar bin al-Khattab, yang telah berubah
menjadi masjid pada masa beliau. Di bawah tanah masjid masih terdapat fondasi
gereja. Pamanku menjadi imam dan aku beserta dua saudaraku shalat dibelakang beliau.
Seorang syaikh datang dan shalat disebelah kami. Kemudian orang itu melihat kedua
kakakku dan menyebut nama-nama mereka, selanjutnya menoleh ke arahku dan
menyebutkan namaku. Kami amat terkejut, karena kami tidak saling mengenal
sebelumnya. Pamanku juga tertarik pada beliau. Itulah pertama kali kami bertemu syaikh
Nazim. Kakak tertuaku berkeras untuk mengajak syaikh Nazim dan paman untuk
menginap di rumah kami.
Syaikh Nazim mengatakan : “ Saya dikirim oleh syaikh Abdullah. Beliau yang mengatakan
‘Setelah shalat ashar nanti, yang ada disebelah kananmu bernama ini dan yang lain
bernama ini. Ajaklah mereka masuk thariqat Naqsybandi. Mereka akan menjadi pengikut
kita.’ “
Kami masih amat muda dan kagum akan cara beliau mengetahui nama-nama kami.
Sejak saat itu beliau mengunjungi Beirut secara rutin. Kami pergi ke Damaskus setiap
Minggunya, dengan cara memohon pada ayah kami agar diizinkan mengunjungi
grandsyaikh. Aku dan kakakku menerima banyak pengetahuan spiritual dan menyaksikan
kekuatan-kekuatan ajaib yang dialirkan pada hati kami, para pencari.
Rumah Syaikh Nazim tidak pernah sepi dari pengunjung. Sedikitnya seratus orang silih
berganti mengunjungi rumah beliau setiap harinya dan dilayani dengan baik. Rumah
beliau dekat dengan rumah grandsyaikh di Jabal Qasiyun, sebuah pegunungan yang
tampak dari kotanya, disebelah tenggara Damaskus. Rumah semen beliau yang sederhana
dengan segala perabot dibuat dari tangan dengan bahan kayu atau bahan-bahan alami
lain.
Mulai tahun 1974, beliau mengunjungi Eropa. Dari Siprus menuju Londondengan pesawat
dan kembalinya mengendarai mobil lewat jalan darat. Beliau melanjutkan pertemuan
dengan setiap kalangan masyarakat dari berbagai daerah, bahasa, adat sampai keyakinan
yang berbeda-beda. Orang-orang mulai mengucap kalimat Tauhid dan bergabung dengan
thariqat sufi dan belajar tentang rahasia-rahasia spiritual dari beliau. Senyum dan
wajahnya yang bersinar amat dikenal di seluruh benua Eropa dan disayangi karena
membawa cita rasa spiritualitas yang sebenarnya dalam kehidupan masyarakat.
Bersambung ke bagian. III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar