Rabu, 27 November 2013

Perjalanan Spiritual Shaykh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani

Perjalanan Spiritual Shaykh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani -(Bagian
Ketiga)
(Dari buku : The Naqshbandi Sufi Way, History
Oleh : Syaikh Muhammad Hisham Kabbani, 1995)
Tahun-tahun selanjutnya, beliau melakukan perjalanan kaki di wilayah negara
Turki. Sejak tahun 1978, beliau habiskan tiga sampai empat bulan disetiap daerah di
Turki. Dalam setahun beliau bepergian di daerah Istambul, Yalova, Bursa,
Eskisehir dan Ankara. Di lain kesempatan beliau mengunjungi Konya, Isparta dan
Kirsehir.
Tahun berikutnya mengunjungi pesisir selatan dari Adana menuju Mersin,
Alanya, Izmir dan Antalya. Kemudian ditahun berikutnya beliau bepergian ke sisi
timur, Diyarbakir, Erzurm sampai perbatasan Irak. Kemudian kunjungan selanjutnya
adalah di laut hitam, bergerak dari satu wilayah ke wilayah lainnya,
dari kota menujukota lain, dari masjid ke masjid men-syiarkan firman-firman Allah dan
spiritualitas dimanapun beliau berada.
Dimanapun syaikh Nazim pergi, beliau disambut oleh kerumunan massa dari yang
sederhana sampai pejabat pemerintahan. Beliau masyur dengan sebutan ‘Al-Qubrusi’ di
seluruh Turki. Syaikh Nazim merupakan syaikh / guru dari Presiden Turki terakhir,
Turgut Ozal yang amat menghormati beliau. Akhir-akhir ini syaikh Nazim terkenal
karena pemberitaan yang luas dari media dan pers. Beliau di wawancarai hampir tiap
minggu oleh berbagai stasiun TV dan reporter yang menanyakan tentang berbagai
kejadian serta masa depan Turki. Beliau mampu menjembatani antara pemerintahan yang
sekuler dan kelompok Islam fundamental, seperti yang diajarkan oleh Nabi ( saw )
sehingga tercipta kedamaian disetiap hati dan pikiran dari kedua belah pihak, baik
kalangan awam maupun yang cerdas sekalipun.
Tahun 1986, beliau terpanggil untuk mengadakan perjalanan menuju Timur
jauh; Brunei, Malaysia, Singapore, India, Pakistan, Sri Lanka. Beliau di terima baik oleh
para Sultan, Presiden, anggota parlemen, pejabat pemerintah dan tentu saja rakyat pada
umumnya. Beliau di sebut sebagai orang suci zaman ini diBrunei. Beliau disambut dengan
kemurahan rakyat dan khususnya oleh Sultan Hajji Hasan al-Bolkiah. Beliau digolongkan
sebagai salah satu syaikh terbesar thariqat Naqsybandi di Malaysia. Di Pakistan, beliau
dikenal sebagai penyegar akan thariqat sufi dan beliau mempunyai ribuan murid. Di
Srilanka, di antara pemerintahan dan rakyat biasa, beliau mempunyai lebih dari
20.000 ( dua puluh ribu ) murid. Di antaramuslim Singapore, beliau juga amat dihormati.
Pada tahun 1991, untuk pertama kalinya beliau mengunjungi Amerika.Lebih dari 15
negara bagian beliau kunjungi. Beliau bertemu dengan banyak kalangan masyarakat dari
berbagai aliran dan agama-agama : Muslim, Kristen, Yahudi, Sikh, Buddha, Hindu, New
age, dan lain-lain. Hal ini membuahkan berdirinya lebih dari 13 pusat-pusat thariqat
Naqsybandi di Amerika Utara. Kunjungan keduath. 1993, beliau mendatangi berbagai
daerah dan kota-kota, masjid-masjid, gereja, sinagog, dan candi-candi. Melalui beliau,
lebih dari 10.000 ( sepuluh ribu ) rakyat Amerika Utara telah masuk Islam dan ber-baiat
dalam thariqat Naqsybandi.
Pada bulan Oktober 1993, beliau menghadiri peresmian kembali masjid dan sekolah
Imam Bukhari di Bukhara, Uzbekistan. Beliau adalah orang pertama diantara banyak
generasi Imam Bukhari yang mampu mengembalikan daerah pusat para awliya
di Asia tengah yang sangat kuat mengabadikan nama dan ajarannya dalam thariqat ini.
Sebagaimana Shah Naqsyband sebagai pelopor di daerah Bukhara dan Asia Tengah, juga
Ahmad as-Sirhindi al-Mujaddidi pelopor di milenium ke 2, dan Khalid al-Baghdadi pelopor
kebangkitan Islam, shariah, dan thariqat di Timur Tengah; maka syaikh Nazim Adil al-
Haqqani adalah pelopor , pembaharu dan penyeru umat agar kembali pada Tuhan-nya di
abad ini, abad perkembangan tekhnologi dan materialisme.
Khalwat Syaikh Nazim
Khalwat pertama beliau atas perintah Syaikh Abdullah ad-Daghestani di tahun 1955 di
Sueileh, Yordania. Beliau berkhalwat selama 6 bulan. Kekuatan dan kemurnian dalam
setiap kehadiran beliau mampu menarik ribuan murid di Sueileh dan desa-desa
sekitarnya, Ramta dan Amman menjadi penuh oleh murid-muridnya.Ulama, pejabat resmi
dan banyak kalangan tertarik akan pencerahan dan kepribadian beliau.
Ketika baru mempunyai 2 orang anak, satu perempuan dan satu laki-laki, syaikh Nazim
dipanggil oleh grandsyaikh Abdullah. “ Aku menerima perintah dari Nabi untukmu agar
melakukan khalwat di masjid Abdul Qadir Jailani di Baghdad. Pergilah kesana dan
lakukan khalwat selama 6 bulan.”
Syaikh Nazim bercerita mengenai peristiwa ini :
Aku tidak bertanya apapun pada grandsyaikh. Aku bahkan tidak pulang ke rumah. Aku
langsung melangkahkan kakiku menuju Marja, di dalam kotanya. Tidak pernah terlintas
dalam benakku ‘aku butuh pakaian, uang atau
makanan’ . Ketika beliau berkata ‘Pergilah!’ maka aku segera pergi. Aku memang ingin
melakukan khalwat bersama syaikh Abdul Qadir Jailani.
Ketika sampai di kota , aku melihat seorang laki-laki yang sedang menatapku. Dia
mengenalku. “Syaikh Nazim, anda mau kemana ? “
“Ke Baghdad.” jawabku. Ternyata dia murid grandsyaikh. “ Saya juga mau
kesana.” Kamipun berangkat dengan naik truk yang penuh dengan muatan barang untuk
dikirim ke Baghdad.
Ketika memasuki masjid Syaikh Abdul Qadir Jailani, ada seorang laki-laki tinggi besar
yang berdiri di pintu. Dia memanggilku,” Syaikh Nazim !”
“Ya,” jawabku.
“ Saya ditunjuk untuk melayani anda selama tinggal disini. Mari ikut saya.”
Sebenarnya aku terkejut akan hal ini, namun dalam thariqat segala hal telah diatur dalam
Kehendak Ilahi. Aku mengikutinya sampai ke makam sang Ghawth. Aku
mengucapkan salam pada kakek buyutku, Syaikh Abdul Qadir Jailani.
Sambil menunjukkan kamarku, orang itu mengatakan, ‘‘Setiap hari aku akanmemberimu
semangkuk sup dan sepotong roti.’’
Aku keluar dari kamar hanya untuk menunaikan shalat 5 waktu saja. Aku mencapai
sebuah maqam dimana aku mampu khatam Al Qur’an dalam waktu 9 jam. Setiap harinya
aku membaca Lha ilaha ill-Allah 124.000 kali dan shalawat 124.000 kali ditambah membaca
seluruh Dalail al-khayrat, dan membaca 313.000 kali Allah, Allah, dan seluruh ibadah yang
dibebankan padaku. ‘Penglihatan-penglihatan spiritual’ mulai bermunculan mengantarku
dari satu maqam ke maqam lain sampai akhirnya aku menjadi fana’ dalam hadirat Allah.
Suatu hari aku mendapat penglihatan bahwa syaikh Abdul Qadir Jailani memanggilku
menuju makamnya. Kata beliau, ‘ Oh, cucuku, aku sedang menunggumu di makamku,
datanglah !” Aku bergegas mandi, shalat 2 rekaat dan berjalan menuju makam beliau
yang hanya beberapa langkah dari kamarku. Sesampai disana, aku mulai bermuraqaba. “
as-salam alayka ya jaddi’ ( semoga kedamaian tercurah padamu, kakekku ) “
Segera aku melihat beliau keluar dari makam dan berdiri disampingku.Dibelakang beliau
ada sebuah singgasana indah yang dihiasi batu-batu mulia. Kata beliau “ Mendekat dan
duduklah bersamaku di singgasana itu.”
Kami duduk layaknya seorang kakek dan cucunya. Beliau tersenyum danmengatakan :
“Aku bahagia denganmu, Nazim Effendi. Maqam syaikh kamu, Abdullah al-Faiz ad-
Daghestani amat tinggi dalam thariqat Naqsybandi. Aku ini kakekmu.Sekarang aku
turunkan padamu, langsung dariku, kekuatan yang dipegang oleh Ghawth. Aku bay’at
kamu dalam thariqat Qadiriah sekarang.”
Kemudian grandsyaikh nampak dihadapanku, Nabi (saw ) pun hadir, juga Shah
Naqsyband. Syaikh Abdul Qadir Jailani berdiri memberi hormat pada Nabi beserta para
syaikh yang hadir, akupun melakukannya. Kata beliau :
‘ Ya Nabi, Ya Rasulullah, aku kakek dari cucuku ini. Aku bahagia dengan kemajuannya
dalam thariqat Naqsybandi dan aku ingin menambahkan thariqat Naqsybandi pada
maqamku. ‘
Nabi tersenyum dan melihat pada Shah Naqsyband, selanjutnya Shah Naqsyband melihat
pada Grandsyaikh Abdullah. Inilah adab pimpinan yang baik, karena Syaikh Abdullah
yang masih hidup pada saat itu. Grandsyaikh menerima rahasia thariqat Naqsybandi
yang diterima beliau dari Shah Naqsyband melalui silsilah Nabi, dari Abu Bakr as-Siddiq,
agar ditambahkan pada maqam syaikh Abdul Qadir Jailani.
Ketika syaikh Nazim merampungkan khalwatnya, dan akan segera meninggalkan makam
kakeknya dan mengucapkan salam perpisahan. Syaikh Abdul Qadir Jailani muncul dan
memperbarui bay’at syaikh Nazim dalam thariqat Qadiriah. Kata Kakeknya, “ Cucuku,
aku akan memberimu kenang-kenangan karena telah berkunjung ke sini.” Beliau
memeluk syaikh Nazim dan memberinya 10 buah koin yang merupakan mata uang di
jaman beliau dulu hidup. Koin itu masih disimpan syaikh Nazim sampai hari ini.
Sebelum pergi, syaikh Nazim memberi tanda kenangan jubah pada syaikh yang telah
melayani beliau selama khalwat disana. “ Aku memakai jubah ini selama masa khalwat,
sebagai alas tidurku, bahkan juga saat shalat dan dzikir.Simpanlah, Allah beserta Nabi
akan memberkahimu.” Syaikh itu mengambil jubah, menciumnya dan
memakainya. Syaikh Nazim meninggalkan Baghdad dan kembali keDamaskus, Syria.
Bersambung ke Bagian IV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar