Rabu, 27 November 2013

Perjalanan Spiritual Shaykh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani

Perjalanan Spiritual Shaykh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani -(Bagian
Ke-4)
(Dari buku : The Naqshbandi Sufi Way, History
Oleh : Syaikh Muhammad Hisham Kabbani, 1995)
Pada th. 1992, ketika syaikh Nazim mengunjungi Lahore, Pakistan, beliau berziarah ke
makam syaikh Ali Hujwiri. Salah seorang syaikh dari thariqat Qadiriah mengundang
beliau ke rumahnya. Syaikh Nazim menginap disana. Setelah shalat subuh, tuanrumah
itu mengatakan
‘Ya syaikh, aku memintamu menginap malam ini untuk menunjukkan padamu sebuah
jubah berharga yang kami warisi selama 27 tahun yang lalu. Diwariskan dari seorang
syaikh hebat dari thariqat Qadiriah dari Baqhdad sampai akhirnya berada di tangan
kami. Semua syaikh kami menyimpan dan menjaganya karena dulunya ini jubah pribadi
dari ‘Ghawth’ pada masa itu.
Seorang syaikh Turki dari thariqat Naqsybandi berkhalwat di masjid-makam syaikh Abdul
Qadir Jailani. Setelah selesai, beliau berikan jubah ini sebagai hadiah karena sudah
melayaninya selama khalwat. Syaikh Qadiriah pemegang jubah ini mengatakan pada
penerusnya ketika akan meninggal agar menjaganya, karena siapapun yang mengenakan
jubah itu, segala penyakitnya akan sembuh. Setiap murid yang mengenakan jubah ini
dalam perjalanannya menuju hadirat Ilahi akan mudah terangkat dalam tingkat kashf.’
Beliau membuka almari dan memperlihatkan sebuah jubah yang disimpan di kotak
kaca. Dia keluarkan jubah itu. Syaikh Nazim tersenyum melihatnya.Syaikh Qadiriah itu
bertanya pada syaikh Nazim,” Apakah sebenarnya ini, syaikh ? “
Syaikh Nazim menjawab : “ Hal ini membuat aku bahagia. Jubah ini aku berikan pada
Syaikh thariqat Qadiriah saat aku selesai khalwat.”
Ketika mendengar hal ini syaikh tersebut mencium tangan syaikh Nazim dan meminta
bay’at di dalam thariqat Naqsybandi.
Khalwat di Madinah
Sering kali syaikh Nazim diperintahkan melakukan khalwat dengan kurun waktu antara
40 hari sampai setahun. Tingkatan khalwatnya juga berbeda, mulai diisolasi dari kontak
dunia luar, shalat, atau hanya diperkenankan adanya kontak saat melaksanakan dzikir
atau pertemuan karena memberi kajian. Beliau sering melaksanakan khalwat
di kota Nabi. Kata beliau :
Tidak seorangpun diberi kehormatan melakukan khalwat bersama syaikh mereka. Aku
mendapatkan kesempatan ini berada dalam satu ruangan dengan syaikh Abdullah di
Madinah. Sebuah ruangan kuno dekat masjid suci Nabi Muhammad saw. Disana terdapat
satu pintu dan satu buah jendela. Segera setelah kami memasuki ruangan itu, syaikh
menutup jendela rapat-rapat dan beliau mengijinkan aku keluar hanya pada saat
menunaikan shalat 5 waktu di Masjid Nabi.
Beliau mengingatkan aku agar ‘mengawasi langkah / nazar bar qadam ’ ketika dalam
perjalanan menuju tempat shalat. Dengan disiplin dan mengontrol penglihatan kita berarti
memutuskan diri dari segala hal kecuali pada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Besar
beserta Nabi-Nya.
Syaikh Abdullah tidak pernah tidur selama khalwat berlangsung. Selama satu tahun aku
tidak pernah melihat beliau tidur dan menyentuh makanan. Hanya semangkuk sup dan
sepotong roti disediakan untuk kami setiap harinya. Beliau selalu memberikan bagiannya
kepadaku. Beliau hanya minum air dan tidak pernah meninggalkan ruangan itu.
Malam demi malam, hari demi hari, grandsyaikh duduk membaca Qur’an hanya dengan
penerangan lilin, berdzikir dan mengangkat tangannya dalam do’a. Kadang aku tidak
mengerti apa yang beliau ucapkan karena beliau menggunakan bahasa surgawi. Aku
hanya mampu memahaminya lewat ilham dan penglihatan yang datang pada hatiku.
Aku tidak tahu kapan saatnya malam ataupun siang kecuali saat shalat.Grandsyaikh
tidak pernah melihat sinar matahari selama setahun penuh, kecuali cahaya dari lilin. Dan
aku melihat cahaya matahari hanya ketika pergi untuk shalat.
Melalui khalwat tersebut, spiritualitasku meningkat ke tingkatan yang berbeda-
beda. Suatu hari aku mendengar beliau mengatakan : ‘Ya Allah, beri daku kekuatan
“Ghawth” / perantara / penolong, dari kekuatan yang Engkau berikan pada Nabi-
Mu. untuk meminta ampunanMu bagi seluruh umat manusia saat kiamat nanti dan
mengangkat mereka menuju Hadirat-Mu.’
Ketika beliau mengatakan hal ini, aku mengalami ‘penglihatan’ keadaan disaat hari
kiamat. Allah swt turun dari Arsh-Nya dan mengadili umat manusia..Nabi berada di
samping kanan-Nya. Grandsyaikh berada di sebelah kanan Nabi, dan aku berada di
sebelah kanan grandsyaikh.
Setelah Allah mengadili umat manusia, Dia memberi wewenang Nabi untuk menjadi
perantara ampunan-Nya. Ketika Nabi selesai melakukannya, beliau meminta grandsyaikh
untuk memberi barakahnya dan mengangkat mereka dengan kekuatan spiritual yang
telah diberikan. Penglihatan itu berakhir dan aku mendengar grandsyaikh mengatakan, ‘
al-hamdulillah, al-hamdulillah, Nazim effendi, aku sudah mendapat jawabannya.’
Suatu hari selesai shalat subuh grandsyaikh mengatakan, ‘ Nazim Effendi, lihat !’ Kemana
harus kulihat, atas, bawah, kanan atau kiri ? Ternyata ada di bagian hati beliau. Sebuah
penglihatan muncul. Aku melihat syaikh Abdul Khaliq al Ghujdawani muncul dengan
tubuh fisiknya dan mengatakan padaku,
’ Oh anakku, syaikh-mu memang unik. Tidak ada yang seperti dia sebelumnya.‘
Kemudian kami diajak beliau di tempat lain di bumi ini.
‘ Allah swt memintaku untuk pergi ke batu itu dan memukulnya’ sambil menunjuk sebuah
batu. Ketika beliau memukulnya, sebuah semburan air memancar deras keluar dari batu
itu. Kata beliau, ‘ Air itu akan terus memancar seperti ini sampai kiamat nanti, dan Allah
swt mengatakan padaku bahwa pada setiap tetes air ini Dia ciptakan satu malaikat
bercahaya yang akan selalu memuji-Nya sampai kiamat nanti.’
Kata Allah : ‘ Oh hamba-Ku Abdul Khaliq al-Ghujdawani, tugasmu adalah memberi nama
para malaikat ini dengan nama yang berbeda dan tidak boleh ada pengulangan. Hitung
pula berapa kali pujian-pujian mereka, kemudian bagikan pada seluruh pengikut thariqat
Naqsybandi. Itulah tanggung jawabmu.” Aku takjub akanbeliau beserta tugas luar biasa
yang diembannya.
Penglihatan itu terus berlanjut serasa menghujaniku. Pada hari terakhir khalwat kami
setelah shalat subuh aku mendengar suara-suara dari arah luar ruangan kami.Suara
orang dewasa dan suara anak-anak menangis. Tangisan itu semakin menjadi-jadi dan
berlangsung berjam-jam. Aku tidak tahu siapa yang menangis karena tidak diizinkan
untuk melihatnya. Grandsyaikh bertanya, “ Nazim Effendi, tahukah kamu siapa yang
sedang menangis ?”
Walaupun aku tahu bahwa itu bukan tangisan manusia, namun aku menjawab,
” Oh syaikh, engkaulah yang lebih mengetahuinya.”
“Setan mengumumkan pada komunitasnya bahwa 2 manusia di bumi ini telah lolos dari
kendalinya."
Kemudian aku melihat setan dan bala tentaranya telah dirantai dengan rantai surgawi
untuk mencegah mereka mendekati syaikh dan aku.Penglihatan itu berakhir. Grandsyaikh
meletakkan tangannya di dadaku sambil mengata.kan, ” Alhamdulillah, Nabi bahagia
akan aku dan kamu.”
Lalu aku melihat Nabi Muhammad beserta 124.000 nabi-nabi lain, 124.000 sahabat-
sahabatnya, 7007 awliya-awliya Naqsybandi, 313 awliya agung, 5 Qutb dan
Ghawth.Semuanya memberi selamat kepadaku. Mereka mengalirkan dalam hatiku ilmu
spiritual mereka. Aku mewarisi dari mereka rahasia-rahasia thariqat Naqsybandi dan 40
thariqat-thariqat lainnya.
Karomah Syaikh Nazim
Pada th 1971, syaikh Nazim seperti biasa berada di Siprus selama 3 bulan; rajab, shaban,
dan ramadhan. Suatu hari di bulan shaban, kami mendapat telpon dari bandara
di Beirut. Ternyata dari syaikh Nazim yang meminta kami untuk menjemputnya. Kami
terkejut karena tidak mengira beliau akan datang.
“ Aku diminta Nabi untuk menemuimu hari ini karena ayahmu akan wafat. Aku
yangakan memandikan jenazahnya, mengkafani dan menguburkannya lalu kembali ke
Siprus. “
“ Oh, syaikh. Ayah kami dalam keadaan sehat. Tidak ada sesuatu terjadi pada beliau.”
“Itulah yang dikatakan padaku.” Jawab beliau dengan amat yakin. Kamipun menyerah
saja karena apapun yang dikatakan syaikh kami harus menerimanya.
Beliau meminta kami mengumpulkan seluruh keluarga untuk melihat ayah kami terakhir
kalinya. Kami mempercayainya dan melaksanakannya walaupun ada yang terkejut dan
ada yang tidak mempercayainya saat kami memanggilnya. Adayang hadir dan ada yang
tidak. Ayahku tidak mengetahui masalah ini, hanya melihat kunjungan keluarga sebagai
hal yang biasa. Jam tujuh kurang seperempat. Kata syaikh Nazim,” Aku harus naik ke
apartemen ayahmu untuk membaca surat Ya Sin tepat ketika beliau wafat.” Lalu beliau
naik dari flat kami dibawah. Ayahku memberisalam pada syaikh Nazim lalu
mengatakan,” Oh syaikh Nazim, sudah lama kami tak mendengar anda membaca qur’an.
Maukah anda melakukannya untuk kami ?”Syaikh Nazimpun mulai membaca surat Ya
Sin. Ketika beliau selesai membacanya, jarum jam menunjukkan tepat pukul tujuh. Persis
ketika ayahku berteriak,” Jantungku, jantungku..!!” Kami merebahkan beliau, kedua
saudaraku yang sama-sama dokter memriksa ayah. Jantungnya berdebar keras tak
terkontrol dan dalam hitungan menit, beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
Semua orang melihat pada syaikh Nazim dengan takjub dan keheranan. “
Bagaimana beliau mengetahuinya ? wali macam apakah beliau ? bagaimana bisa dari
Siprus, beliau datang hanya untuk hal ini ? rahasia seperti apakah yang ada di hatinya ?

Rahasia yang di simpan beliau adalah berkat sayang Allah swt pada beliau.Allah memberi
wewenang akan kekuatan dan ramalan karena beliau memelihara keikhlasan, ketaatan,
dan kesetiaan pada agama Allah. Beliau menjaga kewajiban dan ibadahnya. Beliau
menghormati Al-Quran. Beliau sama dengan seluruh awliya naqsybandi sebelumnya,
seperti halnya seluruh awliya thariqat lain dan para leluhurnya, syaikh Abdul Qadir
Jailani dan Jalaluddin Rumi dan Muhyiddin Ibn Arabi yang menaati tradisi-tradisi Islam
selama 1400 tahun. Dengan cinta Ilahi itu beliau akan dianugerahi pengetahuan Ilahiah,
kebijaksanaan, spiritualitas dan segala hal. Beliau akan menjadi orang yang mengetahui
akan masa lalu, saat ini dan masa depan.
Kami merasa terperangkap diantara dua emosi. Satu, karena tangis kesedihan
kami akan wafatnya ayah dan yang kedua kebahagiaan atas apa yang diperbuat oleh
guru kami pada almarhum ayah. Kedatangan beliau demi ayah kami pada akhir hayatnya
tidak akan pernah kami lupakan. Beliau memandikan jasad dengan tangan beliau yang
suci. Setelah semua tugas dijalankan, beliau kembali lagi ke Siprus tanpa diundur.
Suatu ketika syaikh Nazim mengunjungi Lebanon selama 2 bulan pada musim
haji. Gubernur kota Tripoli, Lebanon yang bernama Ashar ad-Danya merupakan
pemimpin resmi suatu kelompok haji. Beliau menawari syaikh Nazim untuk pergi
bersama menunaikan ibadah haji. Kata syaikh,” Saya tidak bisa pergi dengan anda, tapi
insya Allah, kita akan bertemu disana.”
Gubernur tetap memaksa. “ Jika anda pergi, pergilah dengan saya. Jangan dengan orang
lain.” Syaikh Nazim menjawab,” Saya tidak tahu apakah saya akan pergi atau tidak.”
Ketika musim haji telah usai dan gubernur telah kembali, beliau segera menuju ke rumah
syaikh Nazim. Dihadapan sekitar 100 orang, kami mendengar beliau mengatakan,” Oh
syaikh Nazim, mengapa anda pergi dengan orang lain dan tidak bersama
kami?” Kamipun menjawab,” Syaikh tidak pergi haji. Beliau bersama kami disini selama
2 bulan berkeliling Lebanon.”
Gubernur berkata,” Tidak ! beliau pergi haji, kami punya saksi-saksi. Waktu itu saya
sedang thawaf dan syaikh Nazim mendatangiku lalu mengatakan’ Oh Ashur, anda di sini?’
saya mengiyakan dan kami melakukan thawaf bersama-sama. Beliau menginap di hotel
kami di Makkah. Dan menghabiskan siang hari bersama di tenda kami di Arafat. Beliau
juga menginap bersama saya di Mina selama 3 hari. Lalu beliau mengatakan ‘Aku harus
ke Madinah mengunjungi Nabi saw.’
kemudian kami menatap syaikh Nazim yang menampakkan senyum khasnya dan seakan-
akan mengatakan : “ Itulah kekuatan yang dianugerahkan Allah pada para awliya-
Nya. Bila mereka berada di jalan-Nya, meraih cinta-Nya dan hadirat-Nya, Allah akan
menganugerahi segala hal.’
“ Oh syaikh-ku, karamah apa yang engkau tunjukkan pada kami adalah sangat luar
biasa. Tidak pernah aku melihatnya selama hidupku. Aku ini seorang politikus. Aku
percaya pada akal dan logika. Kini aku harus mengakui bahwa anda bukanlah orang
biasa. Anda mempunyai kekuatan supranatural. Sesuatu yang Allah sendiri anugerahkan
pada anda!”
Gubernur itu mencium tangan syaikh Nazim dan meminta bay’at di dalam Thariqat
Naqsybandi. Kapanpun syaikh Nazim mengunjungi Lebanon, gubernur dan perdana
mentri Lebanon akan duduk dalam komunitas syaikh Nazim. Sampai saat ini, keluarga-
keluarga beliau dan masyarakat Lebanon menjadi pengikut Syaikh Nazim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar