Jumat, 16 Oktober 2015

Olah Sukma dan Kebathinan

Halaman ini berisi ringkasan, editan dan kelanjutan tulisan dari halaman-halaman lain tentang kemampuan terawangan dan melihat gaib, terutama kelanjutan dari halaman berjudul : Olah Sukma dan Kebatinan

Mudah-mudahan berguna untuk menambah pengetahuan. 

________

Di masyarakat ada banyak orang yang bisa terawangan / melihat gaib (atau "merasa" bisa melihat gaib). Melihat gaib merupakan salah satu bentuk kemampuan yang dianggap istimewa yang banyak sekali orang ingin menguasai kemampuannya, sehingga mereka rela membayar sejumlah uang asalkan bisa (instan) melihat gaib. 

Walaupun orang-orang yang sudah bisa melihat gaib merasa dirinya istimewa, merasa lebih daripada orang lain yang umum, dan merasa apa yang dilihatnya adalah benar (bukan ilusi / halusinasi), tetapi seringkali penglihatan gaibnya itu berbeda dengan yang dilihat oleh orang lain. Apa yang dilihatnya itu hanya bisa dinikmatinya sendiri saja, karena orang lain yang sama-sama bisa juga melihat gaib tidak melihat yang sama dengan yang mereka lihat. Mereka akan menyalahkan penglihatan gaib orang lain yang berbeda karena dianggapnya hanya penglihatannya sendiri sajalah yang benar. 

Terjadinya perbedaan-perbedaan dalam melihat gaib di antara orang-orang yang sudah bisa melihat gaib ada banyak penyebabnya. Penyebabnya yang utama adalah karena adanya perbedaan dalam cara dan metode orang melihat gaib antara seseorang yang melihat gaib berdasarkan aslinya kemampuannya sendiri melihat gaib dengan orang yang bisa melihat gaib dengan amalan atau dengan bantuan khodam.

Dalam halaman ini Penulis menuliskan teknis cara orang melihat gaib dan faktor-faktor yang menyebabkan melihat gaib menjadi tidak akurat, yang menyebabkan penglihatan gaib seseorang atas suatu objek gaib yang sama berbeda dengan yang dilihat oleh orang lain yang sama-sama bisa melihat gaib.

Dalam halaman ini Penulis menuliskan sebagian hubungan roh sedulur papat dengan kemampuan seseorang dalam keilmuan batin / gaib. 

Untuk dapat lebih memahami isi dari tulisan di halaman ini, sebaiknya memahami lebih dulu penjelasan tentang roh sedulur papat dalam tulisan berjudul :  Sedulur Papat Kalima Pancer.

Kemampuan memiliki ilmu dalam olah sukma, termasuk melihat gaib / terawangan gaib seperti contoh-contoh di bawah ini lebih banyak ditentukan oleh kegaiban sukma. Salah satu tanda bahwa sukma seseorang sudah memiliki kegaiban adalah sukmanya sudah bisa berperan sebagai roh, rohnya sudah bisa melihat / mendeteksi keberadaan roh lain. 

Setinggi-tingginya kekuatan sukma seseorang kemampuan sukmanya akan terbatas bila orang itu sendiri tidak melatih kegaiban sukmanya. Orang-orang kebatinan jaman dulu memiliki kegaiban sukma yang tinggi dari lakunya manembah, dari sukmanya yang menyembah Tuhan. Pada orang-orang itu peka rasa dan batin,weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukmamedhar sukma, dsb, biasanya merupakan kemampuan yang tidak terpisahkan dari kegaiban sukma mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari kegaiban sukma mereka, efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual, laku prihatin, semedi dan tapa brata mereka.

Pada jaman sekarang ini salah satu cara kita melatih kegaiban sukma adalah dengan tekun menjalankan apa yang tertulis di tulisan berjudul Kebatinan Dalam Keagamaan. Itu bisa menjadi sarana kita memperdalam laku ketuhanan yang bila itu tekun dijalani, dan cara dan hasilnya sesuai dengan yang dituliskan disitu, sukma kita bisa menjadi sukma yang berkegaiban tinggi.

Karena itu untuk orang-orang yang ingin bisa melihat gaib tetapi tidak juga berhasil bisa melihat gaib, termasuk walaupun sudah menjalankan latihan olah rasa atau sudah dibukakan mata ketiganya, lebih baiklah bila ia melatih kegaiban sukmanya dulu dengan cara yang disebutkan di atas untuk lebih dulu menggali potensi kegaiban rohnya.

   Ilmu Terawangan / Melihat Gaib 

Terawangan Gaib adalah kemampuan untuk melihat secara gaib ke tempat-tempat yang jauh jaraknya yang tidak cukup jelas untuk dapat dilihat dengan mata kepala kita. 

Banyak orang yang mampu melihat gaib tetapi tidak mengetahui prinsip cara kerjanya, sehingga seringkali terawangan gaib tidak dibedakan dengan kebisaan melihat gaib, sehingga oleh banyak orang terawangan gaib dan melihat gaib seringkali dianggap sama, walaupun sebenarnya berbeda, sehingga orang tidak mampu mengembangkannya menjadi suatu bentuk keilmuan tersendiri. 

Kemampuan melihat gaib adalah dasar untuk terawangan gaib. Terawangan gaib adalah mendayagunakankemampuan melihat gaib untuk dapat melihat suatu objek di tempat yang jauh. 

Ilmu terawangan gaib ini bisa digunakan untuk melihat sosok-sosok gaib di alam gaib atau untuk melihat suatu lokasi / objek tertentu di tempat yang jauh. Kemampuan melihat gaib menjadi dasar untuk terawangan gaib.

Kemampuan melihat gaib dapat dilakukan dengan 3 cara utama, yaitu :

1. Melihat gaib dengan cakra mata ketiga, 

2. Melihat secara batin 

3. Melihat secara roh. 

Masing-masing cara melihat gaib di atas mempunyai cara kerja sendiri-sendiri yang tidak sama dan memiliki juga kelebihan dan kelemahannya sendiri-sendiri, sehingga untuk tujuan melatih dan mengembangkan masing-masing kemampuan melihat gaib itu harus dilakukan dengan cara yang masing-masing juga berbeda. 

Tetapi kebanyakan orang tidak tahu bagaimana cara kerja melihat gaib, karena yang diinginkannya hanyalah untuk bisa melihat gaib saja, terserah bagaimana caranya, sehingga orang tidak bisa mengembangkannya menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi, malah banyak yang tidak bisa membedakan apakah penglihatan gaibnya itu benar ataukah penglihatannya itu sebenarnya ilusi dan halusinasi.

 1. Melihat gaib dengan cakra mata ketiga

Melihat gaib dengan cakra mata ketiga adalah melihat gaib dengan mendayagunakan kemampuan gaib dari cakra energi yang ada di dahi, di antara 2 alis mata (cakra mata ketiga). 

Yang tidak disadari oleh banyak orang adalah pada saat seseorang melihat gaib dengan cakra mata ketiga ini roh sedulur papatnya bergerak keluar dari tubuhnya (pergerakannya tidak disengaja dan tidak disadari).  

Bila digunakan untuk melihat jauh, maka roh sedulur papatnya akan keluar dari tubuhnya mendatangi objek sasaran yang ingin dilihat, kemudian mengirimkan gambarannya kepada roh pancernya di dalam tubuh (kesadaran / pikiran) melalui jalur energi cakra mata ketiga. 

Dengan kata lain, yang bisa melihat gaib adalah sedulur papatnya, bukan pancernya (bukan orangnya). Apa saja yang dilihat oleh roh sedulur papatnya itu disampaikan (disambungkan) kepada pancernya melalui jalur energi cakra mata ketiga, sehingga pancernya dapat ikut melihatnya, sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib secara langsung dan secara sadar.

Jadi, yang melihat gaib adalah sedulur papatnya, yang pada saat seseorang sedang melihat gaib roh sedulur papatnya itu bergerak keluar dari tubuhnya mendekati objek yang ingin dilihat dan kemudian mengirimkan gambaran penglihatannya kepada sukma di dalam tubuh (roh pancer) melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga. 

Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga kuncinya adalah pada adanya ikatan kuat dan komunikasiantara sedulur papat yang berada diluar tubuh dengan sukma di dalam tubuh melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga. 

Sebenarnya tidak tepat menyebut kemampuan ini sebagai melihat gaib dengan cakra mata ketiga, karena yang bisa melihat gaib adalah sukmanya (sedulur papat dan pancernya), bukan cakra mata ketiganya, sehingga orang tidak bisa memiliki kemampuan ini hanya dengan cara membuka cakra mata ketiganya.

Orang-orang yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga, sebenarnya bukanlah dengan cakra mata ketiganya itu ia melihat gaib. Orang bisa melihat gaib karena sudah aktifnya saraf-saraf imajinasi di kepalanya yang itu memudahkan pikirannya (pancernya) menangkap sinyal gaib dari sedulur papatnya atau dari khodamnya atau dari roh halus lain, sehingga orang tidak bisa melihat gaib hanya dengan cara dibuka cakra mata ketiganya saja. 

Aktifnya saraf-saraf imajinasi itu adalah yang dengan sengaja dirangsang dalam orang bermeditasi untuk tujuan melihat gaib, atau dengan melatih kepekaan (olah rasa) atau dengan cara orangnya membiasakan diri berdiam di tempat yang gelap dan sunyi. Aktifnya saraf-saraf imajinasi itu bisa juga terjadi karena ada beban energi dari adanya mahluk halus yang berdiam di dalam kepala (ketempatan mahluk halus di dalam kepala). Tetapi jika saraf-saraf imajinasinya itu belum aktif orang bisa juga mendeteksi kegaiban dengan rasa, dengan saraf-saraf kepekaan rasa di dada (bisa juga terjadi pada orang-orang yang ketempatan mahluk halus di dalam badannya).

Kemampuan melihat gaib ini tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang yang telah terbuka cakra energi mata ketiganya. Dengan telah terbukanya cakra energi di dahi memang akan memfasilitasi  "jalur komunikasi" antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di dalam tubuh. Tetapi cakra-cakra tubuh yang dibuka dengan teknik pengolahan energi tubuh tidak langsung berhubungan dengan alam gaib dan kegaiban,misalnya yang dibuka dengan tenaga dalam / prana / kundalini. Untuk bisa melihat gaib harus ada sugesti pergerakan sukma, walaupun pergerakan itu seringkali terjadi tidak disadari dan tidak disengaja. Untuk keperluan melihat gaib, maka cakra-cakra tersebut harus dibuka khusus untuk tujuan kegaiban, bukan dengan tujuan dan cara yang sama dengan pengolahan energi tubuh.

Bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga merupakan suatu kelebihan dibandingkan orang lain yang tidak bisa, tetapi dari sisi keilmuan, kemampuan itu juga masih mempunyai kelemahan.

Walaupun dengan kemampuan melihat gaib melalui cakra mata ketiga orang merasa dapat melihat gaib secara langsung dengan cukup jelas, tetapi seringkali kemampuan melihat gaib dengan cara ini hanya dapat untuk melihat kegaiban tingkat rendah saja. 

Melihat gaib melalui cakra mata ketiga mengharuskan adanya komunikasi antara roh sedulur papat dengan roh pancer. Dengan demikian orangnya harus melakukannya dengan konsentrasi khusus (dan seringkali juga akan melelahkan pikiran). Selain kualitas energi di cakra mata ketiganya, kualitas penglihatan gaibnya juga tergantung pada kemampuannya membaca gambaran gaib yang dikirimkan oleh roh sedulur papatnya yang mengalir di pikirannya.

Cakra mata ketiga merupakan bagian dari fisik biologis manusia yang kekuatannya terbatas, dan kemampuan melihat gaib dengan cakra mata ketiga tersebut sangat bergantung pada kekuatan energi cakranya. Sesudah bisa melihat gaib, biasanya orangnya sudah merasa puas, kekuatan energi cakra mata ketiganya tidak ditingkatkan kualitasnya, sukmanya sendiri (roh pancer dan sedulur papatnya) juga tidak diolah untuk memiliki kekuatan gaib yang tinggi, kepekaan batinnya juga tidak dilatih supaya lebih tajam, sehingga secara keseluruhan seringkali kemampuan ini hanya dapat digunakan untuk melihat / mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi rendah saja, tidak bisa melihat / mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi tinggi.

Ketergantungan pada kemampuan melihat gaib juga akan menyebabkan orang menjadi tidak peka batinnya, tidak bisa mendeteksi kegaiban di lingkungannya berada, tidak bisa mengedepankan "rasa". 

Orang-orang yang peka rasa batinnya akan dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, tetapi orang-orang yang terbiasa melihat gaib dengan mata ketiga seringkali tidak peka, tidak dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya, kecuali mereka melihat sendiri sosok-sosok wujud gaibnya. Karena kurangnya kepekaan dan ketajaman batinnya seringkali juga pemahaman mereka menjadi dangkal, yang mampu mereka lihat hanya sebatas kulitnya saja, hanya luarnya saja, dan yang dimensinya rendah saja, tidak mampu menelisik lebih dalam, tidak mampu mengetahui kesejatian dari apa yang dilihatnya, malahan seringkali orang-orang itu tertipu oleh penglihatannya sendiri. Dan dari apa yang dilihatnya itu dirinya merasa benar-benar mumpuni menguasai ilmu melihat gaib, kepada orang lain yang awam mereka akan memberikan cerita-cerita dan penjelasan yang seringkali tidak sesuai dengan aslinya hakekat dan kesejatian dari kegaibannya, ceritanya dilebih-lebihkan, akan banyak bersifat dogma dan pengkultusan.

Kelemahan lainnya, orang-orang yang memiliki kemampuan melihat gaib seperti di atas seringkali tidak dapat mengendalikan penglihatannya, mata ketiganya terus terbuka dan terus melihat gaib, walaupun orangnya sedang tidak ingin melihat gaib. Penglihatan gaibnya tidak terkendali.

Pada orang-orang tersebut, kelemahan lainnya adalah jika kekuatan sukmanya masih rendah dan penyatuan antar sukma belum cukup kuat. Misalnya saja kemampuan melihat gaibnya itu digunakannya untuk melihat sesosok gaib yang ternyata "berbahaya", atau dalam kondisi tidur dan bermimpi roh sedulur papatnya pergi sendiri keluar dari tubuhnya diluar kontrolnya. Kondisi itu suatu saat akan dapat menjadi musibah jika roh sedulur papatnya itu ditangkap oleh roh halus lain. Akibatnya, orang tersebut akan dapat menjadi lemah ingatan, lupa ingatan, lemah tubuhnya dan sakit-sakitan, sering bengong melamun tak sadar diri, dsb. Apalagi jika sedulur papatnya itu disiksa oleh sosok gaib yang menangkapnya, atau dikejar-kejar, sedulur papatnya itu akan memberikan gambaran apa yang dialaminya itu kepada orangnya (pancernya) yang kemudian bisa menyebabkan orangnya selalu merasa ketakutan, merasa berhadapan, diserang atau dikejar-kejar mahluk halus, karena sedulur papatnya itu memang sedang berhadapan dengan mahluk halus, ditangkap, disiksa atau dikejar-kejar. Orangnya bisa gila.

Kasus di atas ada juga yang terjadi pada orang-orang yang sedulur papat terpisahnya ditangkap, disandera, atau disiksa oleh mahluk halus lain (baca : Sedulur Papat Yang Terpisah).

Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga banyak dimiliki oleh orang-orang yang melatih melihat gaib dengan jalur ilmu gaib kebatinan, dengan mantra dan amalan melihat gaib. Tetapi isi penglihatannya banyak yang berupa ilusi, karena apa saja yang dilihatnya akan mengikuti sugesti dalam mantra / amalan gaibnya. Dan bila orang-orang itu juga berkhodam, maka penglihatan gaibnya itu akan sama dengan yang disebut oleh Penulis sebagai melihat gaib dengan bantuan khodam.

Umumnya mereka itu masih dalam tahap pemula, yang kekuatan sukmanya belum cukup tinggi, sehingga sedulur papatnya harus pergi keluar mendatangi objek yang ingin dilihat supaya penglihatannya menjadi jelas. Sedangkan bila kekuatan sukmanya sudah tinggi umumnya orang-orang itu melihat gaib secara batin. Dengan melihat secara batin itu orangnya dengan kebatinan dan kekuatan sukmanya yang tinggi bisa "bermain" di alam roh, bukan sekedar melihat gaib saja. Pada tingkatan yang sangat tinggi orang melihat gaib secara roh, tetapi sedikit sekali orang yang mampu melakukannya.

Pada masa sekarang ini sangat jarang ada orang yang bisa melihat gaib dengan mata ketiga, kecuali yang terjadi secara alami. Kebanyakan orang melakukannya dengan melihat gaib secara batin, termasuk para praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib yang sering muncul di televisi. Sebenarnya yang mereka lihat juga hanya sekelebatan bayangan saja, tidak sempurna, sehingga pengetahuan mereka tentang alam gaib juga terbatas. Tetapi ada yang dengan mempertunjukkan keilmuan gaibnya yang lain, menarik dan memasukkan mahluk halus ke dalam tubuh orang lain - mediumisasi, mereka tampak seolah-olah mereka benar mumpuni dalam hal melihat gaib (padahal apa dan siapa mahluk yang masuk ke dalam orang yang dijadikan medium itu seringkali mereka sendiri tidak tahu). Tetapi ada juga sebagian dari mereka yang kemampuan itu sudah dilatih, sehingga penglihatan mereka dapat lebih tajam dan lebih jelas, bukan hanya melihat sekelebatan bayangan saja.

Pada masa sekarang ini orang-orang yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga, yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cukup jelas, yang kebanyakan kemampuannya itu terjadi dengan sendirinya tanpa orang itu pernah melatih kepekaan melihat gaib, kebanyakan sebenarnya adalah orang-orang yang dirinya mengalami ketempatan sesosok mahluk halus di dalam tubuhnya, terutama di dalam kepalanya. Mengenai kasus dan fenomena ketempatan mahluk halus ini silakan dibaca di : Pengaruh Gaib thd Manusia.

Pada orang-orang itu sosok gaib di dalam kepalanya itu memberikan banyak bisikan gaib, penglihatan gaib, termasuk ilusi dan halusinasi. Ketika orangnya ingin melihat / menerawang jauh, karena kondisi kekuatan sukma dan kebatinan orangnya masih lemah, tidak cukup kekuatannya untuk bisa melihat / menerawang jauh, maka di luar sepengetahuannya sosok halus di dalam kepalanya itu memaksa sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek yang ingin dilihatnya supaya penglihatannya menjadi jelas. Sesudah sedulur papatnya itu melihat objeknya, kemudian mereka "melapor" kepada sosok halus yang di dalam kepala melalui jalur energi cakra mata ketiga. Sesudahnya barulah kemudian si sosok halus di dalam kepalanya itu memberikan penglihatan gaibnya itu kepada orangnya (pancernya), sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib. Tetapi apa saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah "disetir", sudah "dibentuk" oleh sosok halus di kepalanya itu, tidak semuanya asli apa adanya.

Tetapi dengan ia merasa bisa melihat gaib itu tanpa disadarinya ia sudah "memperbudak" sedulur papatnya sendiri dan meresikokan sedulur papatnya untuk bertemu / berhadapan dengan mahluk-mahluk halus di alam gaib.

Di sisi lain ada juga orang-orang yang ketempatan mahluk halus di dalam badannya. Pada orang-orang ini sosok gaib di dalam badannya itu juga memberikan banyak penglihatan gaib, termasuk ilusi dan halusinasi. Tetapi ketika orangnya ingin melihat / menerawang jauh, biasanya sosok halus di badannya itu tidak memaksa sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek yang ingin dilihatnya, sehingga penglihatan gaibnya tidak cukup jelas dibandingkan orang-orang yang ketempatan mahluk halus di kepalanya. Tetapi kasusnya sama juga, apa saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah "disetir" atau sudah "dibentuk" oleh sosok halus di badannya itu, tidak semuanya asli apa adanya.

Selain sesosok halus yang berdiam di dalam kepala / badan, ada juga orang-orang yang memiliki khodam ilmu atau khodam pendamping. Khodam-khodam itu juga banyak yang sering memberikan gambaran gaib kepada orangnya sehingga orangnya merasa bisa melihat gaib (merasa mengerti gaib).

Pada orang-orang itu, yang merasa bisa melihat gaib karena dirinya menerima penglihatan gaib dari sesosok mahluk halus di dalam kepala / badannya atau dari khodam ilmu / pendampingnya, yang sebenarnya bukan orangnya sendiri yang bisa melihat gaib, tetapi orangnya merasa bisa melihat gaib karena orangnyamenerima gambaran gaib yang mengalir di dalam kepalanya, kemampuan mereka melihat gaib itu Penulis kategorikan sebagai melihat gaib dengan bantuan khodam.

Uraian lebih lanjut tentang melihat gaib dengan bantuan khodam ini dituliskan di bagian bawah halaman ini.

 2. Melihat secara batin.  

Melihat gaib secara batin berbeda dengan melihat gaib dengan cakra mata ketiga. 

Melihat gaib secara batin adalah melihat gaib dengan mengandalkan ketajaman / kepekaan rasa dan batin(ketajaman indera keenam), ditambah kekuatan kebatinan dan spiritual orangnya.

Dengan cara ini yang melihat gaib bukanlah mata dan kesadaran kita, tetapi adalah kepekaan batin kita yang mampu mendeteksi sesuatu yang gaib atau menginderai suasana gaib di sekitar kita. Sedulur papat tidak bergerak keluar tubuh (kecuali disengaja supaya keluar dari tubuh), biasanya cakra mata ketiganya juga belum terbuka. 

Melihat gaib secara batin, pada tingkat dasar, kalau tidak kuat lama berfokus pada kepekaan batin, seringkali gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit atau ilham dari roh sedulur papatnya. 

Kemampuan menginderai atau melihat secara batin ini biasanya terjadi pada orang-orang yang peka / tajam batinnya, atau pada orang-orang yang menekuni penghayatan kebatinan atau ilmu-ilmu batin. Orang-orang yang menekuni laku kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang peka, kuat dan tajam, dan memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga orang-orang tersebut mengerti kegaiban, tanggap rasa dan firasat dan peka sasmita. Kepekaan dan ketajaman batin (indera keenam) mereka bersifat umum dalam semua bidang kehidupan, tidak semata-mata hanya untuk bisa melihat gaib saja.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya digunakan untuk peka rasa terhadap suasana gaib di sekitar mereka berada dan untuk berkomunikasi batin (kontak rasa dan batin) dengan mahluk-mahluk gaib yang ada.Komunikasi dan interaksi dengan roh-roh lain (juga dengan roh sedulur papatnya) dilakukan secara kontak batin atau kontak rasa, bukan melalui jalur komunikasi cakra mata ketiga. Untuk keperluan itu orangnya tidak harus melakukannya dengan konsentrasi khusus melihat gaib.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan hanya dapat untuk mendeteksi keberadaan sesosok mahluk gaib, tetapi juga peka untuk merasakan tanda-tanda alam beserta kegaiban di dalamnya, peka rasa untuk menilai kepribadian orang lain, peka rasa tentang suatu kejadian yang akan terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering mendapatkan firasat / ilham / wangsit tentang suatu kejadian tertentu yang akan terjadi. Kepekaan dan ketajaman batin mereka itu juga dapat untuk mengetahui kegaiban tingkat tinggi, tergantung pencapaian masing-masing orang. Bukan sekedar untuk melihat gaib, kepekaan rasa yang disatukan dengan kekuatan kebatinan juga menjadi kekuatan mereka untuk mengusir roh-roh halus atau untuk menjadikan suatu kejadian gaib.

Secara keseluruhan kemampuan mereka melihat gaib itu tergantung pada kepekaan rasa dan batin mereka untuk menangkap getaran-getaran kegaiban dan menangkap sinyal gaib dari roh sedulur papatnya, tingkat kesatuan sukmanya dan kekuatan sukmanya. 

Melihat gaib secara batin tidak mengharuskan adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi mata ketiga. Disitulah kelebihannya, yaitu tidak bergantung pada adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi mata ketiga, dan tidak harus dilakukan dengan konsentrasi khusus.

Melihat gaib secara batin kuncinya adalah pada proses awalnya, yaitu kemampuan peka / kontak rasa untuk mendapatkan gambaran awal penglihatan batin dari roh sedulur papatnya. Sesudah mendapatkan gambaran awalnya barulah kita (pancer) fokus batin untuk mempertegas lagi gambarannya. Untuk keperluan itu bisa dilakukan dengan mata terbuka maupun terpejam, yang penting bisa hening peka rasa untuk menangkap informasi gambaran awal dari roh sedulur papat, kemudian barulah ditindaklanjuti dengan pancernya fokus batin kepada sosok gaibnya untuk menjadikannya gambaran penglihatan gaib yang utuh. 

Biasanya, dengan mengedepankan kepekaan batin ini seseorang juga akan mendapatkan informasi yang lain mengenai objeknya, misalnya apakah wataknya baik / jahat, apakah sifat keberadaannya membahayakan, apakah tujuan keberadaannya baik, apakah ada pesan-pesannya, dsb. Karena itu dalam melihat gaib secara batin interaksi batin dengan roh sedulur papat bersifat pokok.

Bila kepekaan batin kuat orang akan mudah untuk merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, mudah untuk menerima sinyal dari roh sedulur papatnya berupa rasa firasat, ide / ilham, tanda-tanda petunjuk, rasa / feeling / intuisi, bisikan-bisikan gaib dan penglihatan / gambaran-gambaran gaib.

Bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran / pancer-nya lemah, gambaran gaib yang diterimanya hanya akan berupa sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, tidak jelas, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit / ilham.  Tetapi bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran / pancer-nya kuat dan memiliki kemampuan yang baik untuk fokus dengan kepekaan batinnya (tidak dengan pikirannya), gambaran-gambaran gaib itu dapat diperjelas dan dapat diikuti gerakannya.

Untuk belajar kemampuan melihat gaib secara batin dapat dilakukan dengan latihan olah rasa seperti dicontohkan dalam tulisan berjudul : Olah Rasa dan Kebatinan.

Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat penglihatannya yang oleh para pemula dianggap tidak langsung, penglihatannya hanya bisa dibatin saja, mengawang-awang, hanya sekelebatan saja, tidak bisa dipastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan ataukah hanya halusinasi saja. 

Yang umum dirasakan oleh orang-orang yang baru sekedar bisa peka rasa adalah tahapan awalnya itu saja, yaitu ia menerima gambaran gaib dari sedulur papatnya, tapi tidak mampu menegaskannya menjadi gambaran gaib yang utuh, gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan saja.

Kelemahan itu terjadi karena orangnya (pancernya) tidak bisa menindaklanjuti sinyal yang diterimanya dari sedulur papatnya untuk dipertegas lagi menjadi gambaran gaib yang utuh, tidak bisa fokus batin untuk mempertegasnya menjadi informasi gambaran gaib yang utuh, gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan saja. Dalam kondisi itu diartikan orang itu baru ada pada tahapan awal peka rasa, ia belum bisa melihat gaib secara batin.

Kelemahan itu bisa diatasi dengan cara melatih olah rasa dan batin, berlatih untuk bisa bertahan lama dengan kepekaan batin untuk menerima gambaran gaibnya sampai gambarannya utuh, kemudian mempertegasnya dengan fokus batin kepada sosok gaibnya sampai kita bisa melihatnya secara utuh.Sesudah bisa begitu barulah mulai bisa kita dikatakan bisa melihat gaib secara batin. Lebih baik lagi kalau kita dapat berinteraksi langsung secara energi (kontak rasa dan energi) dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok gaibnya itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat, tidak mengawang-awang lagi, dan bukan berilusi.

Dengan kata lain, sesudah kita menerima gambaran gaib awal dari roh sudulur papat, sesudahnya kita sebagai pancer mempertegas lagi penglihatannya sampai keseluruhannya tampak secara mendetail. Dengan demikian bukan hanya sedulur papatnya itu saja yang bisa melihat gaib, tapi pancernya juga bisa melihat gaib.

Untuk keperluan itu sebaiknya kita melatih olah rasa dan kontak energi, dengan latihan olah rasa atau dengan cara-cara kebatinan lain yang ada. Satu hal yang perlu diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya pagaran diri, dan jika naluri anda merasakan adanya sesuatu yang berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Lebih baik :sama-sama selamat.

Sekalipun melihat gaib dengan mengandalkan kepekaan rasa oleh para pemula seringkali dianggap sebagai suatu kelemahan, tetapi sebenarnya disitulah kelebihannya, karena itu sebenarnya hanyalah dasar saja untuk ditingkatkan menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi. Kelemahan ini bisa diatasi dengan melatih ketahanan dan ketajaman fokus batin dan berinteraksi langsung secara energi (kontak energi) dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, seperti dalam latihan olah energi dan olah rasa, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok gaibnya itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat.

Pada orang-orang kebatinan jaman dulu mereka bisa "menyatukan" kegaiban batin dan kekuatan sukmamereka dengan alam gaib. Mereka peka suasana gaib dan secara kebatinan mereka bisa lebih "masuk" lagike alam gaib untuk merasakan suasana gaib di lingkungan mereka berada dan untuk "bermain" di alam gaib,untuk mengendalikan kegaiban di sekitar mereka, untuk mengusir / menarik / menyerang / menundukkan atau untuk berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib tertentu, sehingga kelemahan melihat gaib secara batin itu tidak berlaku bagi mereka. Kelemahan itu hanya terjadi pada orang-orang yang baru bisa peka rasa saja, tidak mempunyai kemampuan lain yang lebih dari itu, dan tidak mempunyai kemampuan untuk "bermain" di alam gaib.

Dengan peka rasa itu orangnya bisa merasakan suasana gaib di sekitarnya. Kemudian secara kebatinan mereka berkonsentrasi untuk lebih dalam lagi "masuk" ke dalam kegaiban yang ditemuinya. Dan sambil berkonsentrasi melihat secara batin dengan kekuatan kebatinan / sukmanya orangnya bisa mengerahkan energinya untuk "bermain", bertarung dan "berkuasa" di alam gaib. Kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban tanpa perlu amalan gaib.

Sambil berkonsentrasi peka rasa dan melihat secara batin itu orangnya juga bisa mengetrapkan ilmu merogoh sukma tanpa perlu membaca amalan gaib. Secara batin mereka "masuk" ke alam kegaiban, rohnya keluar dari tubuhnya, masuk ke alam roh, merogoh sukma ..... Dengan merogoh sukma itu semakin leluasamereka bepergian di alam gaib atau bertarung dengan mahluk halus (tetapi sebaiknya jangan anda sengaja merogoh sukma tanpa adanya pembimbingan dan pendampingan dari seorang guru yang benar menguasai keilmuannya).

Rahasia utama melihat secara batin adalah pada kemampuan pancernya yang sudah terasah dalam hal kegaiban, pancernya sudah aktif berfungsi sebagai roh, sehingga pancernya itu bisa juga mendeteksi dan melihat gaib, rohnya sudah bisa melihat roh-roh lain, tidak lagi berfungsi hanya secara biologis saja.Sedangkan sedulur papatnya sifatnya hanya melengkapi saja apa yang dibutuhkan oleh pancernya, memberikan tanda-tanda / firasat dan bisikan gaib jika ada sesuatu yang perlu diperhatikan, memberikan gambaran awal dalam melihat gaib yang itu kemudian ditegaskan lagi seluruhnya oleh pancernya dengan memfokuskan batin, sehingga informasi dan penglihatan gaibnya menjadi utuh dan detail, tidak setengah-setengah, tidak mengawang-awang, dan tidak sekelebatan lagi. Tetapi pada para pemula, mereka baru sampai pada bisikan gaib dari sedulur papatnya saja, pancernya belum aktif berfungsi sebagai roh, sehingga melihat gaibnya juga hanya sebatas gambaran gaib yang diterimanya dari sedulur papatnya itu saja, hanya sekelebatan saja.

Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukmamedhar sukma, dsb, biasanya merupakan kemampuan yang tidak terpisahkan dari kegaiban sukma mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, menjadikan mereka orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari kegaiban sukma mereka, sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual dan semedi / tapa brata mereka.

Selain mumpuni dalam kanuragan dan kebatinan, kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mengerti mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, mengerti dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban tanpa perlu amalan gaib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar