Minggu, 16 Juni 2013

KISAH ABU NAWAS 'MELARANG' RUKU DAN SUJUD

Khalifah Harun al-Rasyid marah besar pada sahibnya yang karib dan
setia, yaitu Abu Nawas. Ia ingin menghukum mati Abu Nawas setelah
menerima laporan bahwa Abu Nawas mengeluarkan fatwa: tidak mau
ruku’ dan sujud dalam salat. Lebih lagi, Harun al-Rasyid mendengar Abu
Nawas berkata bahwa ia khalifah yang suka fitnah! Menurut pembantu-
pembantu-nya, Abu Nawas telah layak dipancung karena melanggar-
syariat Islam dan menyebar fitnah. Khalifah mulai terpancing. Tapi
untung ada seorang pembantunya yang memberi saran, hendaknya
Khalifah melakukan tabayun (konfirmasi) dulu pada Abu Nawas.
bu Nawas pun digeret menghadap Khalifah. Kini, ia menjadi pesakitan.
”Hai Abu Nawas, benar kamu berpendapat tidak ruku’ dan sujud dalam
salat?” tanya Khalifah dengan keras.
Abu Nawas menjawab dengan tenang, ”Benar, Saudaraku.”
Khalifah kembali bertanya dengan nada suara yang lebih tinggi, ”Benar kamu berkata kepada
masyarakat bahwa aku, Harun al-Rasyid, adalah seorang khalifah yang suka fitnah?”
Abu Nawas menjawab, ”Benar, Saudara-ku.”
Khalifah berteriak dengan suara menggelegar, ”Kamu memang pantas dihukum mati, karena
melanggar syariat Islam dan menebarkan fitnah tentang khalifah!”
Abu Nawas tersenyum seraya berkata-, ”Saudaraku, memang aku tidak menolak bahwa aku telah
mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya kabar yang sampai padamu tidak lengkap,
kata-kataku dipelintir, dijagal, seolah-olah aku berkata salah.”
Khalifah berkata dengan ketus, ”Apa maksudmu? Ja-ngan membela diri, kau telah mengaku dan
mengatakan kabar itu benar adanya.”
Abu Nawas beranjak dari duduknya dan menjelaskan dengan tenang, ”Saudaraku, aku memang
berkata ruku’ dan sujud tidak perlu dalam salat, tapi dalam salat apa? Waktu itu aku
menjelaskan tata cara salat jenazah yang memang tidak perlu ruku’ dan sujud.”
”Bagaimana soal aku yang suka fitnah?” tanya Khalifah.
Abu Nawas menjawab dengan senyuman, ”Kala itu, aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 Surat
Al-Anfal, yang berbunyi ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah ujian bagimu.
Sebagai seorang khalifah dan seorang ayah, kamu sangat menyukai kekayaan dan anak-anakmu,
berarti kamu suka ’fitnah’ (ujian) itu.” Mendengar penjelasan Abu Nawas yang sekaligus kritikan,
Khalifah Harun al-Rasyid tertunduk malu, menyesal dan sadar.
Rupanya, kedekatan Abu Nawas dengan Harun alRa-syid menyulut iri dan dengki di antara
pembantu-pembantunya. Abu Nawas memanggil Khalifah dengan ”ya akhi” (saudaraku).
Hubungan di antara mereka bukan antara tuan dan hamba. Pembantu-pembantu khalifah yang
hasud ingin memisahkan hubungan akrab tersebut de-ngan memutarbalikkan berita.

Http//Kisah Abu Nawas Melarang Ruku dan Sujud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar