Minggu, 07 Juli 2013

Pangersa Abah Anom : Kiai Pasak Bumi yang Zuhud

Pangersa Abah Anom : Kiai Pasak Bumi yang Zuhud

Sesepuh Ponpes Suryalaya Abah Anom di Ponpes
Suralaya, Tasikmalaya, Jawa Barat Pembimbing
Thoriqot Qadiriyah Naqsabandiyah di Pondok
Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya. Memiliki
kepedulian sosial yang tinggi. Menerapkan
“Metode Inabah” untuk menyembuhkan para
korban narkoba. Tidak pernah mau bertamu
kepada para pejabat.
Seorang pemuda dengan ransel di pundaknya
memasuki sebuah rumah bercat kuning yang di
bagian atas pintunya tertulis kaligrafi :
Azzamifthaful Thariqat Qadiriyah
wannaqsabandiyah. Rumah yang disebut
madrasah dan bersebelahan dengan Masjid
Nurul Ashrar itu, adalah kediaman Ahmad
Shohibulwafa Tajul Arifi n, pemimpin Pondok
Pesantren Suryalaya.
Pemuda itu bernama Badhrowi, yang sedang
mondok di pesantren tersebut. Ia hendak
menemui Ahmad Shohibulwafa, yang termashyur
dipanggil Abah Anom. Saat itu masih sekitar
pukul enam pagi. Rumah Abah Anom sudah
ramai dikunjungi tamu untuk berbagai keperluan.
Sebagaimana biasa, jika pulang kampung, Badhrowi selalu pamit pada Abah Anom dan meminta
doa dengan media sebotol air putih agar selamat sampai tujuan. Momen di penghujung bulan
Juni 1997 itu, menjadi salah satu kejadian yang berkesan bagi Badhrowi. Ia yang hendak menuju
tanah kelahirannya, Palembang, di tengah perjalanan, persisnya di daerah Pelabuhan Merak, ia
dicegat oleh beberapa orang pemuda yang berprofesi sebagai calo. Mereka mencoba memeras
dan merampas tas satusatunya milik Badhrowi.
Pada saat itulah, Badhrowi meminum air putih yang sudah didoai Abah Anom. Tiba-tiba, calo-
calo pelabuhan yang tak ubahnya preman itu, berubah sikap, menjadi melunak. Mereka segera
mencarikan jalan buat Badhrowi agar menaiki kapal penyeberangan Merak-Bakauheni.
Kejadian unik yang dialami Badhrowi itu, merupakan satu dari sekian banyak kisah tentang
karomah Abah Anom. Toh, sebagai tokoh agama, Abah Anom lebih dikenal berkat peranan
aktifnya di bidang sosial kemasyarakatan. Semua berawal dari pemahamannya tentang makna
zuhud. Namun, ada pendapat bahwa zuhud itu berarti meninggalkan urusan dunia, yang
berdampak pada kemunduran umat Islam.
Sedangkan bagi Abah Anom, “Zuhud adalah qasr al-’amal . Artinya, pendek angan-angan, tidak
banyak mengkhayal, bersikap realistis.”Abah Anom (tengah) di pondok pesantren Suryalaya.
Periode tahun 50-an, adalah masa yang menentukan bagi Abah Anom. Waktu itu, ia secara
resmi menjadi mursyid (pembimbing) Thoriqot Qadiriyah Naqsabandiyah di pesantren tasawuf
tersebut. Di saat yang sama, Tanah Air tengah berada dalam kondisi rawan dengan berbagai
kekerasan bersenjata antarkelompok, terutama antara DI/TII melawan TNI. Melihat itu, Abah tak
tinggal diam, ia membantu para prajurit.
Sebagai pribadi yang memiliki kepedulian sosial, Abah Anom pun terlibat langsung dalam
pembangunan irigasi, serta membangun kincir angin untuk pembangkit tenaga listrik. Untuk
mengantisipasi krisis pangan, ia membuat semacam program swasembada beras di kalangan
masyarakat Jawa Barat. Kegiatan itu kemudian menggugah Menteri Kesejahteraan Rakyat
Suprayogi dan Jenderal A. H. Nasution untuk meninjau aktivitas di Pondok Pesantren Suryalaya.
Di samping itu, Abah Anom juga mebuat program “rehabilitasi rohani” bagi para mantan
anggota PKI. Kontribusinya itu berhasil mendatangkan berbagai penghargaan dari Jawatan
Rohani Islam Kodam VI Siliwangi, Gubernur Jawa Barat dan instansi lainnya.
Sejak itu, Abah Anom mengembangkan “metode inabah” sebagai penyembuhan rohani. Tidak
hanya sekadar nama untuk pesantrennya, inabah adalah landasan teoritis untuk membebaskan
pasien dari gangguan kejiwaan karena ketergantungan terhadap narkoba. Orang yang dirawat
dengan metode inabah diperlakukan seperti orang yang dianggap memiliki masalah kejiwaan.
Dan, terapi yang digunakan terhadap mereka adalah melalui zikir.
Menurut Badhrowi, proses yang harus dilewati terlebih dahulu dalam inabah adalah mandi yang
dilakukan di malam hari. Biasanya, itu dilakukan di atas pukul 12 malam. “Di kemudian hari,
oleh banyak peneliti, metode tersebut dianalisis dan ternyata dapat dibenarkan secara ilmiah,”
ujar Badhrowi. Air di malam hari, ternyata mengandung molekul-molekul yang baik untuk
kesehatan.
Beberapa penghargaan akhirnya diberikan kepada Abah Anom, khususnya terkait metode
penyembuhan terhadap pecandu narkoba tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Juhaya S.
Praja, 1981-1989, sebanyak 93,15% dari 5.845 anak binaan yang mengikuti program inabah, bisa
kembali menjadi normal. Abah Anom mengatakan, makanan tidak halal adalah salah satu
penyebab penyakit. Pada 1980, diadakan lokakarya di pesantren tersebut yang dihadiri oleh
delapan departemen sekaligus, yang merupakan kerjasama lintas sektoral yang dibuat khusus
untuk menanggulangi kenakalan remaja.
Akhirnya, Januari 2009, Abah Anom menerima Piagam Distinguished Service Awards dari
International Federation of Non-Government Organitations (IFNGO), Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Sebuah penghargaan tertinggi yang diberikan lembaga internasional itu bagi
pengabdian seseorang dalam pemulihan korban narkoba.
Piagam itu diserahkan di Australia oleh Chairman IFNGO, Dr. K.C. Lam kepada perwakilan
Pesantren Suryalaya di Jakarta, Ir. Ucu Suparta. Abah Anom dinilai telah menyelamatkan nyawa
serta masa depan anak-anak bangsa. Penghargaan itu terlihat dipajang di dinding ruangan tamu
rumah Abah Anom. Abah Anom adalah pengagum Syekh Abdul Qadir Jailani, yang antara lain
memberikan tuntunan: “Dudukkanlah dirimu bersama kehidupan duniawi, sedangkan kalbumu
bersama kehidupan akhirat, dan rasamu bersama Rabbmu.”
Abah Anom adalah ulama kharismatik yang kepemimpinan dan pengabdiannya di tengah
masyarakat, membuat para tokoh di Tanah Air menaruh hormat kepadanya. Para presiden atau
wakil presiden RI bahkan pernah bertandang ke pesantrennya. Diawali dengan kunjungan
mantan Presiden Soeharto pada 1995. Kedatangan Presiden Soeharto saat itu didamping
Moerdiono yang ketika itu menjabat Menteri Sekretaris Negara. Menjelang pemilihan presiden
2004, giliran Megawati Soekarno Putri yang datang, didampingi tokoh Partai Golkar Akbar
Tandjung.
Lima tahun berselang, Jusuf Kalla yang saat itu hendak menyalonkan diri sebagai Presiden pada
2009 juga mengunjungi Abah Anom. Di tahun yang sama, Presiden SBY pun tak mau
ketinggalan. Sebaliknya, sampai akhir hayatnya Abah Anom tidak pernah mengunjungi siapa
pun pejabat di negeri ini. Kecenderungan itu membuat Abah Anom juga dijuluki “Kiai Pasak
Bumi.” Artinya, Abah Anom hanya akan selalu menerima tamu di tempatnya ketimbang menjadi
tamu di tempat lain.
Sesepuh Ponpes Suralaya Abah Anom di Ponpes Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat
(26/6). Abah Anom meninggal Senin 5 September 2011 sekitar pukul 11.50 WIB atau bertepatan
dengan hari Milad Pesantren Suryalaya 5 September 1905. Sebelumnya, almarhum tidak
terbaring sakit atau dirawat di rumah sakit.
Bahkan, ia sempat menerima tamu di kediamannya. Usai menerima tamu, tiba-tiba ia
merasakan sakit. Abah Anom memang diketahui mengidap penyakit jantung.

Jenazah Abah Anom baru dikebumikan pada 6 September 2011 di sebuah bangunan dekat dengan makam ayahnya, Syekh H Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad. Makam keluarga besar Suryalaya terletak di Puncak Suryalaya atau sekitar kompleks pesantren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar