Kamis, 15 Agustus 2013

Pengertian Ma'rifat

MA’RIFAT
Ma’rifat ialah pengetahuan, mengetahui
sesuatu dengan seyakin-yakinnya atau
haqqul yakin, kenal kepada Allah mengenai
asma-Nya, sifat-Nya, af’al-Nya dan dzat-Nya.
Dari segi bahasa ma’rifat dari kata ‘arafa
ya’rifu’ ‘irfan, ma’rifat yang artinya
pengetahuan atau pengalaman.
Dr. Mustafa Zahri maengemukakan salah satu
pendapat Ulama taswuf yang mengatakan:
Ma’rifat adalah ketetapan hati wujud yang
wajib adanya (Allah) yang mengabarkan
segala kesempurnaan-Nya (Mustafa,
1997:251).
Sedangkan dalam kitab sirojut tholibin yang
dimaksud dengan ma’rifat adalah empat
perkara: a) mengenal diri, b) mengenal Tuhan
dan d) mengenal dunia dan akhirat. Yang
dimaksud mengenal diri ialah dengan
menegakan sifat kahambaan (ubudiyyah) rasa
hina (dihadapan Allah) dan selalu berhajat
kepada Allah megenal Tuhan yang bersifat
kemuliaan, ke-Agungan dan Kuasa, dan
mengenal diri sebagai seorang yang asing
didalam dunia ini hanya sebagai seorang
musafir dari dunia menuju akherat, R. Uwaim
berkata “ma’rifat bagi seorang ‘arif adalah
cermin bila dia memandang dalam ma’rifat /
cermin itu tampak nyatalah / tajalli lah Tuhan
untuknya”. (KH. Haderanie, th : 33,36)
Pengetahuan ma’rifat objeknya sudah bukan
yang eksetoris tapi lebih mendalam kepada
esetorisnya dengan mengetahui rahasianya.
Abu Yazid mengatakan “Ma’rifat itu adalah
mengetahui bahwa gerakan dan diamnya
manusia bergantung pada Tuhan” dan bahwa
tanpa ijin-Nya orang sedikitpun tak kuasa
dan tidak bisa melakukan tindakan apapun,
kecuali Dia menciptakan kemampuan untuk
bertindak dan meletakan karsa untuk
bertindak didalam hatinya, dan bahwa
tindakan-tindakan manusia adalah majazi
(metaforis) dan bahwa Tuhan adalah sumber
yang hakiki. (A-Hujwiri,1993,249)
Orang-oarang Sufi mengatakan:
1. Kalau mata yang terdapat dalam hati
sanubari manusia terbuka, mata
kepalanya akan tertutup dan ketika itu
yang dilihatnya adalah Allah.
2. Ma’rifat adalah cermin, kalau seorang ‘arif
melihat ke cermin itu yang akan
dilihatnya adalah Allah.
3. Yang dilihat orang ‘arif baik sewaktu tidur
maupun sewaktu bangun hanya Allah.
4. Sekiranya ma’rifat mengambil bentuk
materi, semua orang yang melihat
padanya akan mati karena tak tahan
melihat kecatikannya serta keindahannya
dan semua cahaya akan menjadi gelap
disamping keindahan cahaya yang gilang
gemilang. (Drs.Mustafa, 1984:227-228)
Dilihat dari pengertian diatas, ma’rifat adalah
mengenal Tuhan dengan seyakin-yakinnya
sehingga yang ada hanyalah wujud hakiki
yaitu “terlihat”nya Yang Maha Esa. Jika
seorang sufi sudaah mencapai kesana mereka
akan mendapatkan kenikmatan dan
ketentraman, makanya seorang sufi Syekh Al-
Palimbani mengatakan tujuan akhir yang
dicapainya didunia ini, menurut dia adalah
surga hakikat, barang siapa telah
menemukan surga itu niscaya tiada ingat
akan surga akherat nanti. (Dr.M.Chotib
Quzwazin, 1985;107)
Jalan untuk mencapai ma’rifat kepada Tuhan
ada 3 (tiga) cara keyakinan:
1. Ilmu Yaqin
Sesuai dengan firman Allah Q.S At-Takasur
ayat 5:
Kallaa saufa ta’lamuuna ‘ilmal yaqiin
Artinya:
Janganlah begitu, jika mengetahui ILMUL
YAQIN
2. Ainul Yaqin
Q.S At-Takasur ayat 7:
Tsumma latarowunnahaa ‘ainal
yaqin
            Artinya:
“ Dan sesungguhnya kamu benar-
benar akan melihatnya dengan mata /
‘AINUL
YAQIN
3. Haqqul Yaqin
Firman Allah Q.S Al-Waqi’ah ayat: 95
Inhadza lahuwa haqqul yaqin
Artinya:
“ Bahwa sesungguhnya ini adalah
benar-benar kenyataan / HAQQUL YAQIN
Bentuk ketiga keyakinan diatas bisa
diumpamakan seseorang yang melihat asap,
maka yakinlah orang tersebut akan adanya
(wujudnya) api. Kesimpulan itu diketahui
berdasarkan pengetahuan. Dan keyakinan itu
dinamakan ‘ilmul yaqin .
Namun, boleh jadi asap yang
dilihatnya adalah asap yang keluar dari dalam
tanah atau asap yang keluar dari dalam air.
Pengetahuan yaqin yang pertama akan
wujudnya api masih diragukan, maka
diperlukan tindakan yang ke dua yaitu
dengan ‘ainul yaqin (mencari keyakinan
penglihatan mata), yakni melihat ada api
ditempat tadi. Kemudian untuk
menyempurnakan keyakinannya dilanjutkan
tindakan ke tiga yakni meraba api tersebut.
Jika yang ketiga ini sudah dilakukan dan
merasakan ada hawa panas sebagaimana
yang dimiliki sifat api. Maka orang tersebut
bisa meyakini dan membenarkan akan
adanya api. Inilah yang dimaksud dengan
haqqul yaqin.
Begitupun untuk mengetahui akan
adanya Tuhan dapat diketahui dengan cara
diatas yang pertama, ‘ilmu yaqin yaitu
meyakini akan adanya Tuhan berdasarkan
firman Allah sedangkan ‘ainal yaqin yaitu
mengetahui adanya Tuhan berdasarkan
penglihatan alam dan sekitarnya. Dan untuk
terakhir haqqul yaqin yaitu mengetahui akan
adanya Tuhan Yang Ghaib dengan perasaan
yang paling dalam , orang sufi bilang sirr
amrun dzuqi . Sebagaimana ungkapan orang
sufi: “Man lam yadzuq lam ya’rif” artinya:
“barang siapa yang belum merasakan, maka
tidak akan mengetahui (mengenal).”
Pada garis besarnya ma’rifat adalah
musyahadah (menyaksikan) atau ru’yat
(melihat) Tuhan yang tiada serupa dengan
sesuatupun. Namun hal itu bisa dicapai
dengan thoriqoh.

1 komentar: